Berdasarkan Sosiologis Dinamika Pilihan Rasional Pada Pilkada DKI Jakarta 2012
74
efektif, sebuah efek yang sama sekali tidak menggunakan istilah keanggotaan. Identifikasi partai seringkali di wariskan orang tua kepada anak-anak mereka
20
. Pada putaran ke-2 betul-betul menjadi pertarungan yang sangat sengit,
karena seluruh partai besar yang jagoannya kalah dalam putaran pertama berkoalisi dengan incumbent. Partai-partai besar seperti Golkar, PPP, PKS dan
PAN secara resmi mendukung Foke dalam putaran ke-2. Konfigurasi koalisi putaran ke-2 menjadi bukti Jokowi mampu mengalahkan incumbent dan
legitimasi parpol dimata publik semakin melemah. Hal tersebut menandakan bahwa parpol tidak lagi menjadi determinasi kunci dalam pilkada. Justru dengan
terbangunnya koalisi pragmatis makin menguatkan image publik bahwa Foke lebih memilih strategi elitis dan malah akan terbebani dengan utang budi pada
banyaknya investor politik yang mengusungnya dalam pilkada DKI Jakarta 2012.
21
Preferensi orientasi isu dan orientasi kandidat lebih tergantung kepada perubahan dan fluktuasi dibandingkan dengan identifikasi partai.
22
Orientasi isu hanya dapat mempengaruhi perilaku pemilu individu apabila memenuhi tiga
persyaratan dasar: isu tersebut harus dapat ditangkap oleh pemilih, isu tersebut dianggap penting oleh pemilih, pada akhirnya pemilih harus mampu
menggolongkan posisi pribadinya baik secara positif atau negatif terhadap
20
Campbell et al, The American Voter, 146-148.
21
Wawan Fahrudin dan Ardi Nuswantoro, Kartu Sukses Jokowi-Ahok Jakarta: Telentamakara, 2012, 22.
22
Angus Campbell, Geral Gurin, dan Warren E. Miller, The Voter Decides Evan-ston, 1954, 183.
75
konsep pemecahan permasalahan yang ditawarkan oleh sekurang-kurangnya satu partai.
23
Dalam hal ini isu SARA cukup ampuh untuk menghembuskan negative campaign, apalagi jelang putaran ke-2 yang melewati bulan suci ramadhan dan
mengingat mayoritas masyarakat Jakarta adalah muslim. Sehingga pemilih terlalu fokus kepada Basuki yang diketahui sebagai non muslim. Foke rupanya tidak
begitu paham tentang realitas sosiologis masyarakat metropolitan yang berpikir modern dan multikultur. Jargon kampanyenya yang berbau primordial tak
mempan mempengaruhi persepsi masyarakat, bahkan justru menggerus dukungannya. Abdul Munir 25 Tahun, Warga Jakarta mengatakan jika ingin
melihat dari sisi agama tidak jadi masalah, karena pertama walaupun non muslim Basuki itu bukan DKI 1 tapi Jokowi lah Gubernurnya dan Basuki wakilnya.
Kedua, Basuki mempunyai kapabilitas. Terbukti saat ia menjabat sebagai Bupati Belitung, dia menaikan Haji orang banyak dan tidak segan-segan untuk
menyumbang.
24
Isu putra daerah pun terbukti menuai kegagalan. Sentimen etnis yang dihembuskan Foke-Nara justru memperkuat sentimen Jawa untuk berada dalam
barisan Jokowi-Basuki. Isu primordialisme meredup lantaran masyarakat Jakarta memiliki pola pikir rasional. Dari masyarakat
Betawi pun paham betul pentingnya mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan daerah karena Jakarta
adalah ibukota Republik Indonesia, tempat berkumpulnya beragam suku, agama,
23
Campbell et al, The American Voter, 170.
24
Wawancara dengan Abdul Munir, di Jakarta pada 24 Desember 2013.
76
ras dan antargolongan. Network Elections Survey NES menyisir persepsi publik Jakarta yang berasal dari suku Jawa sebanyak 43,7 memilih pasangan Jokowi-
Basuki, sementara yang memilih Foke-Nara hanya 18,4 . Dan persepsi suku Betawi ternyata 47,8 memilih pasangan Jokowi-Basuki, sementara Foke-Nara
hanya 19,7 . Di kalangan ummaat Islam, Jokowi-Basuki juga unggul dengan presentase 37.9 , sementara yang memilih Foke-Nara hanya 20,8 .
25