Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta 2007

69 dalam sebuah partai. Identifikasi partai pun seringkali di wariskan orang tua kepada anak-anak mereka. 9

B. Dinamika Pilihan Rasional Pada Pilkada DKI Jakarta 2012

Jakarta yang merupakah Ibukota Negara menjadi parameter bagi Republik Indonesia. Terlebih kemunculan tokoh-tokoh daerah seperti Jokowi dan Basuki makin membuat ‘laga’ perebutan kursi DKI Jakarta-1 makin sengit dan menarik untuk di analisa. Apalagi hasilnya Jokowi-Basuki dapat mengalahkan calon-calon lain, bahkan incumbent. Keberhasilan Jokowi-Basuki mengalahkan calon-calon lain, termasuk incumbent setidaknya mampu menjadi tolak ukur bahwa masyarakat Jakarta menginginkan perubahan dari kondisi yang ada pada saat kepemimpinan gubernur sebelumnya. Dengan kesederhanaan sikapnya, integritas pribadi serta prestasi saat menjadi Kepala Daerah menjadi modal sosial pasangan ini dalam bertarung dengan kandidat lain. Tapi kemenangan yang diraih pasangan ini tidak sesederhana sikap yang dimiliki Jokowi. Artinya, terjadi persaingan sengit didalam proses kemenangannya. Dan tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan. Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga terjadi adanya interaksi dan interdependensi antara masyarakat dengan masyarakat lain dalam sebuah wilayah secara keseluruhan. 9 Angus Campbell, Philip E. Converse, dan Warren E. Miller, dan Donal E. Stokes et al. The American Voter New York: Tubingen, 1960, 24-34. 70 Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada masyarakat, semangat kelompok masyarakat group spirit terus-menerus ada dalam masyarakat itu, oleh karena itu masyarakat yang bersangkutan dapat berubah. 10 Dalam melihat pergerakan atau perubahan yang terjadi dalam masyarakat Jakarta, secara teoritis perilaku pemilih dapat menjelaskannya dengan tiga pendekatan. Yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis dan pendekatan pilihan rasional atau rational-choice. 11 Ketiganya tidak sepenuhnya berbeda, dalam beberapa hal ketiganya bahkan saling membangunmendasari serta memiliki urutan kronologis yang jelas. Hal tersebut akan diuraikan pada bagian berikut ini:

1. Berdasarkan Sosiologis

Pendekatan sosiologis menentukan perilaku memilih pada para pemilih, terutama kelas sosial, agama, dan kelompok etnis kedaerahan bahasa. Subkultur tertentu memiliki kondisi sosial tertentu yang pada akhirnya bermuara pada perilaku tertentu. 12 Pendekatan ini berdasarkan pengelompokan sosial, baik secara formal ataupun informal. Secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi- 10 Nazaruddin Sjamsudin, Dinamika Politik Indonesia Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, tersedia di http:sangaji.blog.fisip.uns.ac.id20110614tambahan-tugas-daslog ; Internet; diakses pada 19 Januari 2014. 11 Dieter Roth, Studi Pemilu Empiris: Sumber, Teori-teori, Instrumen dan Metode, Dodi Ambardi, ed., Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung dan LSI, 2009, 23. 12 Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskrido Ambardi. 2012. Kuasa Rakyat: Analisa Tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta: Mizan Media Utama MMU, 2012, 6. 71 organisasi keagamaan, organisasi-organisasi profesi, dan sebagainya. Dan kelompok-kelompok informal seperti keluarga, pertemuan, ataupun kelompok- kelompok kecil lainnya, merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik seseorang, karena kelompok-kelompok inilah yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan sikap, persepsi dan orientasi seseorang. Secara politis, Foke sebagai incumbent mendapat keuntungan karena mempunyai modal kekuasaan dan materi untuk mempermudah penggalangan dukungan. Seperti yang diungkapkan Asri Mulya 46 Tahun, Warga Jakarta mengatakan bahwa Foke telah menjanjikan kepada Pegawai Negeri Sipil PNS di Jakarta jika dia terpilih kembali sebagai Gubernur Jakarta, maka Foke akan menaikan gaji PNS. Dan ibu Asri yang memiliki suami seorang PNS pada pilkada DKI Jakarta kemarin memilih Foke karena suruhan oleh suami agar seluruh anggota keluarganya memilih Foke. 13 Meskipun mayoritas pemilih DKI Jakarta cukup rasional, namun sensitivitas isu-isu SARA menjadi alat propaganda untuk menjatuhkan lawan. Menariknya dari seluruh kandidat, Basuki memiliki tingkat rawan bidik paling tinggi, dari sisi etnisitas dan agama. Prefensi pilihan atas pertimbangan SARA juga nyata dalam Pilkada DKI Jakarta 2012. Penduduk Jakarta dari segi agama mayoritas adalah Islam 82,93. Dalam hal budaya politik, pengaruh agama atas budaya tergantung pada pentingnya peran agama dalam masyarakat dan bila dirasa penting oleh seseorang, agama dapat memengaruhi cara pandang dan penilaiannya atas aspek- 13 Wawancara dengan Asri Mulya, di Jakarta pada 23 Desember 2013. 72 aspek kehidupan karena semakin seseorang memandang sebuah agama sebagai hal yang penting dalam kehidupan maka akan semakin tinggi pula ia memandang aspek-aspek kehidupan menurut perspektif agama yang diyakininya 14 . Muhammad Ali Harist 40 Tahun, Tokoh Agama mengatakan bahwa ia memilih Foke karena satu keyakinan, baik dengan Foke maupun Nara. Meskipun dari segi etnis pun ia sama dengan Foke-Nara, namun ia lebih condong dari sisi agama. Ia juga menilai bahwa ummat Islam sendiri sekarang sudah tidak memperdulikan Al- Qur’an dan Hadist, hanya memikirkan bagaimana pemimpin yang bersih dan jujur. 15 Memang, jika menyangkut masalah keyakinan atau aqidah tidak bisa di bohongi, namun H.Muntazah 61 Tahun, Tokoh Agama mengatakan bahwa demokrasi itu bukan untuk sekelompok-sekelompok orang saja, karena jika di bidang agama adalah urusan masing-masing pribadi. Menurutnya dalam pemerintahan yang dibutuhkan itu adalah kinerjanya yang baik, tidak harus sesuai etnis atau agamanya, karena kita bersuku-bangsa. 16 Preferensi pemilih dengan pertimbangan etnisitas juga memegang peranan penting. Isu putra daerah terutama menguat sejak otonomi daerah di Indonesia. Trend penolakan kandidat yang tidak berasal dari daerah yang bersangkutan sebenarnya berakar dari resistensi atas pola sentralistik sebelumnya dimana banyak figure kepala daerah yang di drop dari pusat. Ketika semangat resistensi 14 Saiful Mujani, William, Kuskrido. Muslim Demokrat Jakarta: Gramedia, 2007, 126. 15 Wawancara dengan Muhammad Ali Harist, di Jakarta pada 21 Desember 2013. 16 Wawancara dengan H. Muntazah, di Jakarta pada 23 Desember 2013. 73 itu mereda, isu putra daerah lebih menjurus kepada keraguan sosok dari luar daerah untuk menyelesaikan masalah daerah yang notabene belum dikenalnya. 17 Namun hasil survey Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis Puskaptis menunjukan bahwa sebanyak 65,69 masyarakat Jakarta menganggap Gubernur Jakarta nanti tidak harus putra daerah. 18 Dari sini terlihat isu putra daerah tidak lagi relevan di Jakarta. Lagipula mayoritas etnis di Jakarta adalah Jawa yaitu 36,17 yang secara primordial menguntungkan bagi Jokowi.

2. Berdasarkan Psikologis

Pendekatan psikologis berusaha untuk menerangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pemilu jangka pendek atau keputusan yang diambil dalam waktu yang singkat. Hal ini berusaha menjelaskan melalui trias determinan dengan melihat sosialisasinya dalam menentukan perilaku politik pemilih, bukan karakteristik sosiologisnya. Jadi pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek, yaitu identifikasi partai, orientasi isu, dan orientasi kandidat. 19 Identifikasi dalam sebuah partai tentu biasanya tidak harus dengan keanggotaan yang formilresmi seorang individu dalam sebuah partai. Oleh karena itu keanggotaan partai secara psikologis juga disebut dengan orientasi partai yang 17 Husein Yazid, Kenapa Foke dan Jokowi, Jakarta: Firdaus, 2012, 43. 18 Yazid, Kenapa Foke dan Jokowi, 44. 19 Roth, Studi Pemilu Empiris, 38.