Berdasarkan Psikologis Dinamika Pilihan Rasional Pada Pilkada DKI Jakarta 2012

77 maka mereka akan di pilih kembali. Apabila hasil penilaiannya negatif, maka pemerintahan tersebut tidak akan dipilih kembali. 26 Salah satu kunci keberhasilan daerah berada pada pundak pemimpin. Peningkatan pelayanan publik, pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, serta tingkat kemajuan pembangunan infrastruktur daerah setidaknya menjadi indikator untuk mengukur tingkat kemajuan suatu daerah. Kinerja pemerintahan Foke pun menjadi kata kunci bagaimana calon pemilih menilai. Dalam pemerintahannya, Foke berhasil merealisasikan Banjir Kanal Timur BKT, penambahan jalur busway, Kawasan Parkit Terpadu, Car Free Day Hari Bebas Kendaraan Bermotor, pembangunan tanggul di pantai utara Jakarta, pengendalian air tanah, dll. 27 Namun sangat disayangkan bahwa realitas keberhasilan Foke tidak diiringi dengan komunikasi politik yang baik. Hampir tidak ada pemberitaan positif terkait statement Foke yang menguatkan keberhasilannya dalam mengolah kota Jakarta. Faktor lainnya yang membuat penilaian positif Foke tertutup adalah faktor ketidakpuasan warga atas kinerjanya. Gamal Abdul Naser 49 Tahun, Warga Jakarta menilai bahwa kinerja pemerintahan pada saat Foke menjabat sebagai Gubernur masih standar-standar saja, warga tidak merasakan perubahan yang 26 Valdimer O Key, The Responsible Electorate: Rationality in Presidential Voting 1936- 1960 Melbourne: Cambridge University Press, 1966, 61. Roth, Studi Pemilu Empiris, 49. Saiful Mujani, Penjelasan Aliran dan Kelas Sosial sudah tidak memadai, dalam http:islamlib.com?page.php?page=articleid=703 . http:bluean9el.wordpress.com20111122rational-choice-theory-teori-pilihan-rasional . Diakses pada 3 Oktober 2013. 27 Fahrudin dan Nuswantoro, Kartu Sukses Jokowi-Ahok, 34. 78 menonjol. 28 Dari hasil survey Puskaptis menunjukan proporsi terbesar 54,5 responden yang menilai kinerja pemerintahan Foke tidak memuaskan. Responden yang mengaku puas hanya 23,3 . Selebihnya, 16,8 responden abai atau tidak tahu. 29 Hal ini menjadi faktor pendorong signifikan kekalahan Foke. Kekalahan Foke-Nara juga tidak lepas dari menurunnya citra Partai Demokrat di tingkat nasional. Keterlibatan kader Partai Demokrat dalam kasus- kasus korupsi, seperti Angelina Sondakh wakil Sekjen Partai demokrat, M. Nazarudin mantan bendahara Partai Demokrat, dan beberapa kader yang diduga terlibat korupsi seperti Anas Urbaningrum Ketua Partai Demokrat, Andi Malarangeng Menpora sekaligus Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat dalam kasus pembangunan pusat olah raga di Hambalang, Jawa Barat. Dan terakhir kasus pengusaha Hartati Murdaya anggota Dewan Pembin Partai Demokrat yang terlibat kasus suap Bupati Buol, Sulawesi Tengah. 30 Berbagai kasus korupsi yang menimpa kader Partai Demokrat tersebut, secara tidak langsung memberikan pengaruh pada menurunnya kepercayaan masarakat pada Partai Demokrat dan turut berkontribusi bagi kekalahan Foke- Nara pada Pilkada DKI Jakarta 2012. Kondisi sosial-kemasyarakatan Jakarta merupakan faktor yang kuat membuat publik menaruh ketidakpercayaan kepada petahan. Sebagian besar masyarakat sudah semakin merasakan semrawutnya kondisi sosial- 28 Wawancara dengan Gamal Abdul Naser, di Jakarta pada 21 Desember 2013. 29 Yazid, Kenapa Foke dan Jokowi, 23. 30 Fahrudin dan Nuswantoro, Kartu Sukses Jokowi-Basuki, 46. 79 kemasyarakatan Jakarta. Masyarakat setiap hari bergulat dengan kemacetan, sehingga waktu dan tenaga terbuang sia-sia dijalan. Kemudian kriminalitas, buruknya transportasi publik, serta kerap dihantui dengan banjir tatkala hujan lebat mengguyur DKI Jakarta atau bahkan ‘banjir kiriman’ dari daerah sub-urban DKI Jakarta lekat dengan sosok Foke dengan jargon ‘ahlinye’. Jika sudah tidak puas, harapan yang terbersit pada warga tentu adanya suatu perubahan. Dari hasil survey Puskaptis sebesar 61 responden menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik. 31 Munculnya figur Jokowi-Basuki mampu mewakili sebagian besar harapan masyarakat Jakarta untuk perubahan Jakarta kearah yang lebih baik. Dalam perspektif marketing, positioning Jokowi sangat tepat dalam merebut simpati publik dan mood pemilih. Demokrasi langsung yang sekarang ini dianut di Indonesia memiliki konsekuensi pada tingginya biaya politik. Sistem demokrasi pasar bebas tersebut telah membentuk oligarkhi pemegang kuasa uang. Semakin besar kekuatan modal, maka makin berpeluang untuk memenangkan pertarungan Pemilu Pilkada. Dengan tingginya biaya yang tidak berimbang dengan renumelasi Kepala Daerah dan anggota legislatif maka akan membuka peluang korupsi untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan atau balas budi para donatur. Penyebab utama praktik korupsi politik adalah sistem pendanaan partai yang rapuh, sistem politik atau pemilu berbiaya tinggi, serta perekrutan partai yang transaksional dan berbasis uang. 32 31 Yazid, Kenapa Foke dan Jokowi, 23. 32 Fahrudin dan Nuswantoro, Kartu Sukses Jokowi-Ahok, 76. 80 Namun bukan hal yang utopia lagi harapan untuk membuat demokrasi yang lebih murah dan rasional atas kemenangan Jokowi-Basuki dalam pilkada DKI Jakarta 2012. Kekuatan Jokowi dalam berkampanye memang bukan pada mesin uang. Jokowi lebih memilih personal brand yang kuat, baik dari pretari- prestasinya selama ini maupun sikapnya yang bersahaja dan sederhana. Kekuatan Jokowi adalah kedekatannya dengan rakyat. Baginya, sederet prestasi yang telah diukirnya tak cukup menjadi modal meraih dukungan warga ibu kota Jakarta. Oleh karena itu , Jokowi merasa harus ‘turun gunung’ menyambangi warga. Jokowi sangat memahami ilmu komunikasi, keterampilan terbesarnya adalah dalam berdialog dan bernegosiasi. Jokowi mampu berinteraksi dengan masyarakat, tanpa sekat, merakyat dan dengan bahasa yang dipahami warga. Menurutnya dengan cara itu dia baru benar-benar bisa meyakinkan warga Ibukota sehingga mempercayainya memimpin Jakarta. Kepada warga Jokowi meyakinkan bahwa dia mampu mewujudkan ‘Jakarta Baru’ yang lebih baik sesuai slogan kampanyenya. Sosok Jokowi ini berbandingan terbalik dengan Foke yang terkesan formal, protokoler, elitis, arogan sehingga tertanam dalam ingatan masyarakat persepsi bahwa Foke tidak menyentuh langsung persoalan masyarakat dan lebih memilih para kelas atas yang memang selama ini mendukungnya. Sejak awal Jokowi paham dia tidak akan bisa mengalahkan Foke jika memakai kekuatan uang. Biaya kampanye Jokowi-Basuki pun tidak seperti biaya kampanye yang biasanya dikeluarkan oleh kandidat pilkada lain di Indonesia. Masyarakat yang harus berkampanye dan membiayai kampanyenya. Disini