Pendekatan Pilihan Rasional Rational-Choice

19 terhadap isu-isu politik dan kandidat dengan berdasarkan pertimbangan- pertimbangan yang rasional, seorang pemilih akan dibimbing untuk menentukan pilihan politiknya. Orientasi isu berpusat pada pertanyaan apa yang seharusnya dilakukan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara. Sementara orientasi kandidat mengacu pada persepsi dan sikap seorang pemilih terhadap kepribadian kandidat tanpa memperdulikan label partai yang mengusung kandidat tersebut. 31 Pengaruh isu yang ditawarkan bersifat situasional tidak permanen berubah-ubah terkait erat dengan peristiwa-peristiwa sosial, ekonomi, politik, hukum, dan keamanan khususnya yang kontekstual dan dramatis. Sementara itu dalam menilai seorang kandidat menurut Him Melweit, terdapat dua variabel yang harus dimiliki oleh seorang kandidat. Variabel pertama adalah kualitas instrumental yaitu tindakan yang diyakini pemilih akan direalisasikan oleh kandidat apabila ia kelak menang dalan pemilu. Variabel kedua adalah kualitas simbolis yaitu kualitas keperibadian kandidat yang berkaitan dengan integrasi diri, ketegasan, kejujuran, kewibawaan, kepedulian, ketaatan pada norma dan aturan dan sebagainya. 32 Menurut Dan Nimmo, pemberi suara yang rasional pada hakikatnya adalah aksional diri, yaitu sifat yang intrinsik pada setiap karakter personal pemberi suara 31 http:bluean9el.wordpress.com20111122rational-choice-theory-teori-pilihan- rasional . Diakses pada 3 Oktober 2013. 32 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 148. 20 yang turut memutuskan pemberian suara pada kebanyakan warganegara. Orang yang rasional yaitu: 33 1. Selalu dapat mengambil keputusan bila dihadapkan pada alternatif 2. Memilah alternatif-alternatif sehingga masing-masing apakah lebih disukai, sama saja atau lebih rendah bila dibandingkan dengan alternatif yang lain 3. Menyusun alternatif-alternatif dengan cara yang transitif; jika A lebih disukai daripada B, dan B daripada C, maka A lebih disukai daripada C 4. Selalu memilih alternatif yang peringkat preferensi paling tinggi dan 5. Selalu mengambil putusan yang sama bila dihadapkan pada alternatif- alternatif yang sama, dan bahwa pemberi suara rasional selalu dapat mengambil keputusan apabila dihadapkan pada altenatif dengan memilah alternatif itu, yang lebih disukai, sama atau lebih rendah dari alternatif yang lain, menyusunnya dan kemudian memilih dari alternatif-alternatif tersebut yang peringkat preferensinya paling tinggi dan selalu mengambil keputusan yang sama apabila dihadapkan pada alternatif-alternatif yang sama. Penerapan pendekatan rational choice dalam ilmu politik salah satunya adalah untuk menjelaskan perilaku memilih suatu masyarakat terhadap kandidat atau partai tertentu dalam konteks pemilu. Teori pilihan rasional sangat cocok untuk menjelaskan variasi perilaku memilih pada suatu kelompok yang secara 33 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek Bandung: CV. Remaja Karya, 148. 21 psikologis memiliki persamaan karakteristik. Pergeseran pilihan dari satu pemilu ke pemilu yang lain dari orang yang sama dan status sosial yang sama tidak dapat dijelaskan melalui pendekatan sosiologis maupun psikologis. Dua pendekatan terakhir tersebut menempatkan pemilih pada situasi dimana mereka tidak mempunyai kehendak bebas karena ruang geraknya ditentukan oleh posisi individu dalam lapisan sosialnya. Sedangkan dalam pendekatan rasional yang menghasilkan pilihan rasional pula terdapat faktor-faktor situasional yang ikut berperan dalam mempengaruhi pilihan politik seseorang, misalnya faktor isu-isu politik ataupun kandidat yang dicalonkan. Dengan demikian muncul asumsi bahwa para pemilih mempunyai kemampuan untuk menilai isu-isu politik tersebut. Dengan kata lain pemilih dapat menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional. Sebagai individu yang mendukung legitimasi sistem pemilihan demokratis, maka seorang warga negara harus memiliki kemampuan untuk mengetahui konsekwensi dari pilihannya. Kehendak rakyat merupakan perwujudan dari seluruh pilihan rasional individu yang dikumpulkan public choice. Dalam konteks pemilu di Australia, istilah public digunakan untuk mewakili masyarakat Australia yang terdiri dari individu-individu dengan keanekaragaman karakteristiknya. Mereka bertindak sebagai responden dalam pemilu yang masing- masing memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melakukan pilihan politik. Public choice dalam konteks pemilu sangat penting artinya bagi kelangsungan roda pemerintahan di suatu negara. Bagaimana agenda politik dalam suatu negara 22 itu disusun, tergantung dari pilihan masyarakat terhadap agenda yang ditawarkan melalui pemilihan umum. Akan tetapi yang menjadi permasalahan dari pilihan kolektif semacam ini adalah bagaimana mengkombinasikan berbagai macam prefensi individu-individu kedalam sebuah kebijakan yang akan diterima secara luas oleh masyarakat. 34 Terkait dengan hal tersebut, pemilu digunakan sebagai sarana untuk menentukan suara terbesar dari masyarakat, karena hanya pilihan mayoritaslah yang akan mendominasi arah politik suatu negara. Disamping itu, dalam perannya sebagai individu yang independen, manusia akan selalu mengejar seluruh kepentingannya dengan maksimal dan membuat pilihan-pilihan yang sulit untuk diwujudkan oleh pemerintah di negaranya, akan tetapi dalam peran manusia sebagai anggota sebuah komunitas atau masyarakat, hal itu tidak berlaku. Menurut Buchanan dan Tullock, dalam menentukan suatu public choice, terdapat aspek-aspek yang lebih daripada sekedar memenuhi peraturan politik pemerintah dalam pemilu. Aspek-aspek tersebut meliputi pilihan-pilihan untuk membuat suatu keputusan sosial dengan mempertimbangkan lembaga-lembaga perekonomian yang bebas dari campur tangan pemerintah, disamping mekanisme 34 James Q. Wilson, Marc K. Landy dan Martin A. Levin, The New Politics of Public Policy: New Politics, New Ellites, Old Publics London: The Johns Hopkins University Press, 1995, 263. 23 pemerintahan lain yang terpusat dalam suatu negara dan lembaga-lembaga yang menggabungkan antara sektor publik dan sektor privat. 35 Kemudian Buchanan dan Tullock juga menyatakan bahwa untuk menghasilkan keputusan sosial tersebut dibutuhkan adanya integrasi antara politik dan ekonomi. Integrasi tersebut akan sangat berguna untuk memahami hal-hal seperti mengapa pemerintah melakukan pengaturan terhadap sistem pasar, redistribusi terhadap kekayaan, serta bagaimana kekuatan pasar dapat mempengaruhi tujuan-tujuan politik. Semua segi-segi ekonomi dan politik tersebut hanya dapat dipahami jika kita memandangnya dari perspektif teori yang sama. 36 Pada kenyataannya terutama di daerah pedesaan, tidak semua pilihan menggunakan prinsip-prinsip rasionalitas didalam menentukan pilihannya. Pemilih yang berprinsip rasional lebih banyak ditemukan pada orang-orang yang bermukim didaerah urban. Tingkat pendidikan yang dimiliki serta pemahaman akan politik mempunyai korelasi positif terhadap perilaku pemilih yang semakin rasional. Penduduk yang bermukim di negara-negara maju, seperti Australia yang terkenal memiliki tingkat pendidikan yang sangat tinggi, hal itu dapat dilihat dari tingkat buta huruf yang sangat minim. 35 Peter C. Ordeshook, James E. Alf dan Kenneth A. Shelpse, The Emerging Discipline of Political Economy: Perspective on Positive Political Economy Melbourne: Cambridge University Press, 1990,15. 36 Peter C. Ordeshook et al. The Emerging Discipline of Political Economy, 15. 24 Menurut Saiful Mujani, seorang pemilih akan cenderung memilih partai politik atau kandidat yang berkuasa di pemerintahan dalam pemilu apabila merasa keadaan ekonomi rumah tangga pemilih tersebut atau ekonomi nasional pada saat itu lebih baik dibandingkan dari tahun sebelumnya, sebaliknya pemilih akan menghukumnya dengan tidak memilih jika keadaan ekonomi rumah tangga dan nasional tidak lebih baik atau menjadi lebih buruk. 37 Pertimbangan ini tidak hanya terbatas pada kehidupan ekonomi, melainkan juga kehidupan politik, sosial, hukum dan keamanan. Menurutnya dalam mengevaluasi kinerja pemerintah, media massa terutama yang massif seperti televisi memiliki peranan yang sangat menentukan. Melalui informasi yang berasal dari media massa, seorang pemilih dapat menilai apakah kinerja pemerintah sudah maksimal atau hanya jalan ditempat. Dari sosok Jokowi sendiri, warga Jakarta dapat mempertimbangkan hak pilihnya dengan melihat Jokowi sebagai figur yang merakyat dengan integritasnya melakukan kerja-kerja nyata dan hasil konkret dalam menata Solo ke arah yang lebih baik selama masa kepemimpinannya. Sebagai walikota dengan kepemimpinannya yang khas ia mendapatkan prestasi sebagai The City of Major Foundation yang berbasis internasional di London Inggris. Yang memasukkan Jokowi pada beberapa jejeran 25 nama terbaik dari pengamatan khusus sebagai Walikota terbaik di dunia dengan penilaian yang dibuat berdasarkan tingkat 37 Saiful Mujani, Penjelasan Aliran dan Kelas Sosial sudah tidak memadai, dalam http:islamlib.com?page.php?page=articleid=703 . http:bluean9el.wordpress.com20111122rational-choice-theory-teori-pilihan-rasional . Diakses pada 3 Oktober 2013. 25 kepuasan penduduk terhadap kinerja dan kenyamanan terhadap pelayanan public yang tersedia selama menjabat. 38 Kemudian memperoleh penghargaan Bung Hatta Anticorruption Award pada Tahun 2010. Ini adalah bukti dari tindakan,upaya dan integritas Jokowi dalam membangun sistem layanan publik yang terbuka demi mewujudkan reformasi birokrasi. 39 Dan Basuki yang juga mendapat julukan sebagai pejabat anti korupsi semasa ia menjabat sebagai Bupati Belitung. Kedua figur ini sudah menunjukan kinerjanya yang baik di daerahnya masing-masing sebelum mencalonkan diri sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, hal ini bisa dijadikan warga Jakarta sebagai pertimbangan atau acuan untuk memilih gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta untuk periode 2012 sd 2017.

2. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah tipe kualitatif. 40 Prosedur penelitian ini menghasilkan data yang deskriptif, yaitu menggambarkan dan menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, dalam hal ini mengenai Perilaku Pemilih: Dinamika Pilihan Rasional Dalam Kemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Pada 38 Bimo Nugroho dan Ajianto Dwi Nugroho, Jokowi: Politik Tanpa Pencitraa Jakarta: Gramedia, 2012 12. 39 Nugroho dan Ajianto, Jokowi: Politik Tanpa Pencitraa, 18-23. 40 Alam, Syamsir dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, 30. 26 Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012. Agar dapat menghadirkan sesuatu yang baru bagi kajian perilaku politik dalam pilkada saat ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Studi literatur dan dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai masalah-masalah yang bersangkutan melalui literatur buku, surat kabar, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan objek yang sedang diteliti. b. Wawancara, teknik wawancara ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi melalui tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang tidak berstruktur kepada pihak-pihak yang berkompeten mengenai kasus ini seperti tim sukses Jokowi-Basuki, Warga Jakarta, serta Jokowi-Basuki sendiri jika memungkinkan. Teknik ini memberikan informasi secara langsung dari narasumber yang berkompeten dalam pembahasan skripsi ini.

3. Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu suatu pembahasan yang bertujuan untuk membuat gambaran terhadap data-data yang terkumpul dan tersusun dengan cara memberikan interpretasi terhadap data-data tersebut. Dengan menggunakan teknik penelitian ini berharap dapat memberikan gambaran yang sistematis, faktual, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta seputar perilaku politik dalam pilkada di DKI Jakarta 2012. 27 Untuk pedoman penulisan ini, penulis menggunakan buku terbitan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Panduan Penyusunan Proposal dan Skrispi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 sebagai pedoman.

3. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menyusun pembahasan menjadi beberapa bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, pada bab ini penulis berusaha menguraikan permasalahan yang melatarbelakangi penulisan dengan pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan terkait dalam penelitian mengenai Perilaku Pemilih: Dinamika Pilihan Rasional Dalam Kemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama Pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012 dengan teori Perilaku Pemilih sebagai pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini yang berdasarkan pada metode penelitian kualitatif. Bab II : Pada bab ini penulis membahas sekilas tentang biografi serta profil dari tokoh Jokowi dan Basuki tentang bagaimana didalamnya menjelaskan mengenai beberapa kiprah Jokowi dan Basuki didalam struktur perpolitikan di Indonesia sebelum menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017. 28 Bab III : Pada bab ini penulis memaparkan Strategi Politik Joko Widodo saat berkampanye pada Pilgub DKI Jakarta 2012. Bab IV : Pada bab ini merupakan bagian terpenting dari penulisan skripsi, karena berisikan tentang permasalahan yang penulis angkat. Penulis akan menjelaskan perubahan perilaku pemilih masyarakat Jakarta dengan kemunculan pilihan rasional dalam kemenangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama Pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012. Bab V : Pada bab ini penulis berupaya untuk menyimpulkan pembahasan mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan perubahan perilaku pemilih masyarakat Jakarta dengan kemunculan pilihan rasional dalam kemenangan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama Pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012. Dan selanjutnya saran yang berkaitan dengan masalah yang diajukan dari keseluruhan skripsi ini bagi para pembaca. 29

BAB II PROFIL JOKO WIDODO DAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA

A. Biografi Joko Widodo

Ir. H. Joko Widodo lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961, ia merupakan anak dari seorang tukang kayu ataupun penjual kayu di pinggir jalan, yaitu Noto Mihardjo yang tinggal di sekitar bantaran kali anyar Solo. Setelah kelahirannya, Jokowi dan orangtuanya pindah ke Srambatan di bantaran Kali Premulung. Karena kondisi ekonomi keluarganya saat itu sangat memprihatinkan, kemudian keluarganya memutuskan untuk pindah lagi ke Manggung bantaran Kali Pepe karena tidak memiliki banyak uang untuk mengontrak. 1 Hal ini membuat keluarganya selalu berpindah-pindah tempat tinggal, bahkan pada saat Jokowi dan keluarganya tinggal di Manggung bantaran Kali Pepe, mereka harus pindah lagi. Tapi kepindahannya lebih karena penggusuran oleh pemerintah Kota Surakarta yang dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya, bukan karena tidak mampu membayar kontrakan. Celakanya, pemerintah pada saat itu hanya memberikan sepetak tanah di tempat baru tanpa uang ganti rugi untuk membangun rumah baru. Karena tidak memiliki uang untuk membangun rumah Jokowi dan keluarganya tinggal di rumah kakak ibunya di kawasan Gondang. Dan setelah setahun menumpang, akhirnya mereka sekeluarga pindah ke rumah di sebelah barat Manahan di Jalan Ahmad Yani Solo. 2 1 Biografi Jokowi http:wikipediaBiografi?Jokowi.com . Diakses pada 27 Oktober 2013. 2 Bimo Nugroho dan Ajianto Dwi Nugroho, Jokowi: Politik Tanpa Pencitraa Jakarta: Gramedia, 2012 15.