75
peningkatan kualitas diri dengan ikut dalam kegiatan Aisyiyah itu sendiri, kemudian nilai-nilai yang diberikan oleh Aisyiyah ditransformasikan kepada
masyarakat luas dengan tindakan yang dasar yaitu memahamkan kaum perempuan, hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Kholisani yakni:
“Banyak yang tidak bersedia jadi pengurus karena sibuk dengan kerjaannya, tapi anggota harus tetap aktif ikut
kegiatan Aisyiyah seperti pengajian, karena anggota punya kewajiban memperbaiki dirinya terlebih dulu.”
Wawancara 04 Desember 2014
Di dalam peraturan Aisyiyah terdapat kewajiban anggota untuk ikut kegiatan Aisyiyah di tingkatan yang dia jalani minimal mengikuti pengajian rutin.
Di Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Medan sendiri mewajibkan anggotanya mengikuti pengajian 1 satu bulan sekali, di Pimpinan Cabang Aisyiyah juga
melakukan pengajian 1 satu bulan sekali dan di Pimpinan Ranting Aisyiyah melakukan pengajian 4 empat kali dalam sebulan. Ketika ada anggota yang tidak
mengikuti pengajian rutin ini akan mendapatkan peringatan dari pengurus Pimpinan terkait bahkan dapat dikeluarkan dari keangotaan Aisyiyah jika
melampaui batas.
3.4 Peran Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan Dalam Pemberdayaan Perempuan
Dalam menjalankan organisasi, Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Medan melakukan kegiatan-kegiatan dengan memberikan wadah untuk perempuan
dengan mengeluarkan potensi perempuan di publik dengan meningkatkan kualitas
76
hidup perempuan. Aisyiyah sendiri merupakan organisasi yang menggunakan label organisasi berazas Islam yang dimana masih punya perdebatan yang panjang
di masyarakat Islam mengenai peran perempuan di wilayah publik. Ketika berbicara mengenai perempuan, Aisyiyah tidak memandang sempit
peran perempuan. Pembahasan mengenai perempuan di dalam masyarakat Islam menjadi hal yang tabuh namun sebenarnya perempuan memiliki sejarah yang baik
sehingga memiliki posisi martabat yang baik di dalam Islam dilihat dari sejarah perempuan pada zaman Rasullullah SAW. Setelah wafatnya Rasullullah SAW
posisi perempuan mengalami degradasi sehingga perempuan tidak mendapatkan hak yang adil yang seharusnya dimiliki perempuan.
Dalam Islam sendiri memang tidak mengakui isu-isu feminisme barat, namun Aisyiyah tetap menjadikan feminisme barat sebagai sebuah pengetahuan
dan Aisyiyah juga tidak mengakui adanya feminisme Islam namun Aisyiyah sendiri menggunakan konsep feminisme Islam dalam melakukan pergerakan
sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. Kaum perempuan memiliki kedudukan dalam tatanan khusus dalam tatanan masyarakat Islam, dan Islam sendiri mengharamkan
menganiaya dan memperbudak perempuan. Perempuan dalam masyarakat Islam memiliki peranan penting di dalam masyarakat sesuai dengan garis yang diatur
oleh Islam. Yang artinya perempuan dapat melakukan aktivitas di publik tidak menghilangkan kodratnya sebagai perempuan dalam susunan biologisnya. Ketika
perempuan ikut dalam aktivitas publik, maka perempuan itu akan mendapatkan peran ganda bagi perempuan tersebut, karena perempuan harus ingat dan tidak
77
lalai akan perannya di dalam rumah tangga. Hal ini disampaikan oleh Ibu Nursatia selaku Sekretaris I Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Medan:
“Laki-laki diciptakan sama dengan perempuan untuk beriman kepada Allah SWT, jadi perempuan atau isteri
boleh melakukan kegiatan diluar rumah atas izin suami, tapi jangan pernah meninggalkan kewajiban di rumah.
Artinya perempuan punya tugas yang sama dengan laki- laki yaitu mengerjakan amal saleh sesuai dengan QS:
An-Nahl 97.” Wawancara 13 November 2014
Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Medan memandang perempuan sebagai orang yang memiliki peran sama dengan laki-laki untuk berlangsungnya
masyarakat agar terwujudnya suatu sistem yang adil dan makmur demi kesejahteraan umat. Seorang perempuan bukan hanya menjadi seorang isteri yang
melakukan kegiatannya hanya di dalam rumah namun seorang perempuan punya hak dan kewajiban ikut serta dalam melakukan pembangunan. Hal ini dijelaskan
oleh Ibu Suginem yang menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah Pulo Brayan:
“ Perempuan bukan hanya seorang isteri dan menjadi Ibu Rumah Tangga, tapi perempuan punya hak melakukan
aktivitas di luar rumah seperti berorganisasi dan melakukan pengalaman-pengalaman baik untuk dirinya”
Wawancara 21 November 2014
Aisyiyah jelas mendukung perempuan untuk melakukan kegiatan diluar rumah seperti berorganisasi, namun perempuan tidak boleh melupakan perannya
di dalam rumah tangga. Aisyiyah memandang bahwa berlangsungnya kehidupan di dalam masyarakat agar seimbang dengan melibatkan perempuan untuk ikut
serta menyelesaikan masalah sosial yag terjadi khusunya menyelesaikan masalah- masalah perempuan.
78
Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Medan melakukan kegiatan dalam rangka memberdayakan potensi perempuan untuk kesejahteraan perempuan itu
sendiri. Dimulai dengan memberatas buta huruf yang terjadi di kalangan perempuan, kegiatan ini masih dilakukan di bawah naungan Pimpinan Ranting
Aisyiyah. Peserta buta huruf terdiri dari ibu rumah tangga yang memiliki peran ganda di dalam keluarganya, mereka dibantu oleh Aisyiyah untuk mengenal huruf
abjad dan diajarkan membaca dan juga mereka dikenalkan huruf Hijaiyah dan diajarkan mengaji. Selain itu, masyarakat sekitar di berikan pelatihan-pelatihan
kerajinan tangan untuk membantu perempuan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Keterangan ini disampaikan oleh Ibu Meldawati Adnan yakni:
“Dalam melakukan pemberdayaan perempuan kita melakukan hal yang kecil dulu seperti kita berantas
perempuan yang buta huruf, itu dijadikan proyek kerja oleh Pimpinan Ranting seperti Pimpinan Ranting Aisyiyah
Dwi Kora. Diadakan setiap 2 dua kali seminggu setiap hari senin dan kamis, pesertanya ibu-ibu rumah tangga
sekitar dan ibu-ibu yang bantu suaminya cari uang. Ibu- ibu itu harus dibantu agar tidak bodoh dan dibodoh-
bodohi, dan banyak pun yang mau bangkit.” Wawancara 07 November 2014
Kemudian Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Medan memberikan pemahaman mengenai tugas dan fungsi serta peran perempuan dalam masyarakat
dan juga mengenai masalah sosial yang menimpa kaum perempuan agar perempuan itu sendiri paham dan tanggap kondisi yang terjadi di dalamnya.
Untuk selanjutnya, perempuan dipahamkan bahwa peran perempuan sangat penting untuk menjalankan sistem yang ada. Perempuan di latih
mengemukakan pendapat di depan umum, perempuan dilatih secara organisasi
79
dengan mengikuti pelatihan keadministrasian, kemudian perempuan diberikan pemahaman bahwa ilmu lah yang mampu merubah perempuan. Perempuan
memiliki hak yang sama meraih ilmu dengan tidak ada larangan untuk sekolah di dalam kelurganya. Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Medan juga tidak hanya
memberikan pemahaman mengenai permasalahan perempuan kepada perempuan saja namun kaum laki-laki juga harus memahami kondisi tersebut. Maka dari itu,
Aisyiyah yang merupakan organisasi perempuan Muhammadiyah bergerak beriringan dengan organisasi Muhammadiyah itu sendiri.
Dalam hal melakukan aktivitas, Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Medan membantu berjalannya pemerintahan di Kota Medan dengan ikut dalam
pergerakan pemberdayaan perempuan di Kota Medan, hal ini disampaikan oleh Ibu Nursatia K bahwa :
“Kami membantu program-program pemerintah seperti penyuluhan keluarga berencana, kami aktif dekat dengan
pemerintahan, kami punya hubungan baik, kalau kami punya acara dibantu oleh pemerintah.”Wawancara 13
November 2014
Beda halnya dengan Pimpinan Daerah Aisyiyah kota Medan, Pimpinan Cabang tidak memiliki kerjasama dengan pemerintahan sejajarnya yakni
Kecamatan. Hubungan yang terjalin hanya berupa emosional yang disampaikan oleh Ibu Dona Mardier sebagai ketua Pimpinan Cabang Tegal Sari Mandala
bahwa: “Cabang dengan kecamatan ya sering jumpanya di acara-
acara resmi, cabang ngundang kecamatan atau kecamatan yang ngundang cabang. Kalo kerjasama gak ada.”
Wawancara 5 Desember 2014
80
Keterkaitan organisasi perempuan seperti Aisyiyah dengan pemerintahan harus punya hubungan yang baik dalam melakukan pemberdayaan perempuan,
karena pemberdayaan perempuan dilakukan oleh partisipasi orang banyak agar tercapai keseimbangan laki-laki dengan perempuan.
a. Dinamika Organisasi Pimpinan Daerah Asiyiyah Kota Medan