30
2. Informan Biasa merupakan orang yang terlibat langsung dalam aktivitas
mereka sendiri, aktivitas ini yang merupakan salah satu objek penelitian. Dalam hal ini koordinator Majelis dan Lembaga Pimpinan Aisyiyah kota
Medan sebagai informan biasa. 3.
Informan Tambahan merupakan orang yang ikut dalam aktivitas, namun tidak terlibat langsung sebagai pelaku dalam aktivitas. Dalam hal ini ketua
Pimpinan Cabang Aisyiyah dan anggotanya yang menjadi informan tambahan.
1.6.4 Pengalaman Penelitian
Penelitian sebagai suatu proses dimana saya melakukan observasi partisipasi dengan cara mengeksplorasikan kegiatan yang dilakukan informan dan
mewawancarai orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saya tertarik dengan pembahasan mengenai perempuan, maka itu saya berinisiatif untuk melakukan
penelitian mengenai perempuan. Tepatnya mengenai perempuan dalam organisasi dan saya mengambil organisasi perempuan Aisyiyah sebagai objek penelitian
saya. Penelitian ini, berawal dari keluarnya surat penelitian yang dikeluarkan
oleh Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik sebagai legalitas saya seorang mahasiswa yang akan melakukana penelitian untuk syarat memeperoleh gelar
sarjana. Namun, sebelum mendapatkan surat penelitian, ada data yang harus saya penuhi untuk pemenuhan proposal penelitian saya, kemudian saya diarahkan oleh
Dosen pembimbing saya yaitu Ibu Dra. Nita Savitri, M.Hum untuk melakukan observasi pra penelitian dengan mengunjungi kantor Pimpinan Wilayah Aisyiyah
31
Sumatera Utara yang terletak di Jalan S.M Raja tepatnya di depan Makan Pahlawan Kota Medan. Tidak mudah mendapatkan data ini, karena anggota
Aisyiyah tidak ada di kantor PW Aisyiyah Sumatera Utara dan saya dapat berjumpa dengan anggota Aisyiyah setelah kunjungan ke-3 saya ke kantor
Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara. Saya mendapatkan data yang dibutuhkan, kemudian saya diberikan alamat kantor Pimpinan Daerah Aisyiyah
Kota Medan, karena tingkatan Daerah Kota Medan yang akan saya teliti. Tanggal 3 November 2014 bertepat pada hari Senin pukul 14.00 WIB saya
memulai untuk melakukan penelitian saya dengan membawa surat penelitian. Mudah menemukan kantor Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan yang terletak
di Jalan Santun No. 17 Kecamatan Medan Kota dengan waktu tempuh selama 30 menit dari Padang Bulan menggunakan sepeda motor. Kantor PD Aisyiyah Kota
Medan masih dalam satu wilayah yang sama dengan Panti Asuhan Aisyiyah Kota Medan, hari pertama saya penelitian tidak ada orang di kantor PD Aisyiyah Kota
Medan, pintunya nampak tertutup kemudian saya mencoba bertanya ke kantor Panti Asuhan yang terletak persis di sebelahnya, dan saya disuruh kembali pada
keesokan harinya oleh pengurus Panti Asuhan tersebut. Keesokan harinya saya kembali ke kantor PD Aisyiyah Kota Medan dan saya bertemu dengan Ibu
Nursatia K selaku Sekretaris I Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan. Saya bercerita niatan saya datang ke kantor dan saya senang antusias Ibu Nursatia K
terhadap saya karena baru pertama kali ada mahasiswa USU yang meneliti mengenai Aisyiyah, biasanya mahasiswa dari UMSU Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang datang untuk meneliti Aisyiyah. Suasana
32
di kantor Pimpinan Daerah Asiyiyah kota Medan seperti kantor biasanya. Saat masuk kantor PDA kota Medan yang masih satu wilayah dengan Panti Asuhan
Aisyiyah terlihat lemari kaca yang berisikan buku-buku mengenai Aisyiyah dan kegiatan yang dilakukan oleh Aisyiyah. Di ruangan yang berukuran 5 x 8 meter
tersebut ada kursi dan meja untuk para tamu yang datang sekaligus untuk para pengurus PDA yang akan melakukan rapat. Di dinding kantor itu terlihat foto
pendiri Muhammadiyah yakni K.H Ahmad Dahlan beserta isterinya disisi sebelah kiri, disisi sebelah kanan terdapat papan pengumuman yang berisikan kegiatan-
kegiatan Aisyiyah dan juga stuktur kepengurusan Pimpinan Aisyiyah kota Medan. Kedatangan saya diterima dengan baik dan surat penelitian saya diterima,
kemudian saya akan melakukan penelitian dihari Kamis pada tanggal 6 November, karena yang disampaikan oleh Ibu Nursatia K bahwa kantor PD
Aisyiyah hanya dibuka pada hari Selasa dan Kamis, itupun di hari Selasa hanya beberapa orang dan di hari Kamis ramai karena hari Kamis merupakan hari untuk
rapat pengurus Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan. Kamis, 6 November 2014 saya datang ke kantor Pimpinan Daerah
Asyiyah Kota Medan pukul 10.00 WIB, saya kembali bertemu dengan Ibu Nursatia K kemudian saya mulai mengajak Ibu Nursatia K bercerita, hal ini saya
lakukan untuk membina rapport hubungan baik dengan informan. Tak berapa lama, datang seorang Ibu dan saya diperkenalkan oleh Ibu Nursatia K bahwa Ibu
tersebut salah satu pengurus PD Aisyiyah Kota Medan yakni Ibu Irmanetti Harahap selaku Koordinator Majelis Pembinaan Kader. Ibu Nursatia K
menceritakan maksud kedatangan saya ke kantor, dan Ibu Irmanertti Harahap
33
memberikan antusias yang sama seperti Ibu Nursatia K saat pertama kali saya datang bertemu dengannya. Kemudian, Ibu Irmanetti Harahap langsung bersedia
menjadi informan dan saya mewawancarai beliau sambil bercerita tentang kondisi perempuan saat ini.
Ibu Irmanetti Harahap bercerita mengenai perempuan menurut perspektifnya dengan memposisikan perempuan adalah kaum yang mempunyai
kewajiban untuk mengajar semua orang minimal keluarganya untuk kepada kebaikan. Saya sempat bertanya kepada Ibu Irmanetti Harahap mengenai hari-hari
dimana dilakukannya kegiatan anggota Aisyiyah khusunya pengurus Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan. Dan beliau mengatakan bahwa setiap hari Kamis,
pengurus Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan berkumpul di kantor untuk melakukan rapat mingguan serta di hari Selasa kantor dibuka untuk berkumpul
pengurus yang tidak memiliki kegiatan namun jarang sekali pengurus ada di kantor, hanya beberapa saja yang ada. Tetapi, ketika ada kegiatan-kegiatan yang
sudah direncanakan pastinya para pengurus dan anggota berkumpul untuk mensukseskan kegiatan tersebut. Hal ini disebutkan oleh Ibu Irmenetti Harahap
karena kesibukan pegurus diantaranya membagi waktu untuk menjadi ibu rumah tangga dan ada yang memiliki pekerjaan sebagai pengajar, maka tak heran kantor
Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan terlihat sepi dihari biasa. Setelah saya bercerita panjang lebar, tak terasa sudah banyak pengurus PD Aisyiyah Kota
Medan yang telah datang untuk melakukan rapat mingguan, saya meminta kepada Ibu Nursatia K untuk bisa berhubungan dengan Pimpinan Cabang yang dinaungi
oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan untuk memberikan data-data kepada
34
saya. Kemudian, Ibu Nursatia K memberikan surat pengantar kepada saya dan juga beliau menginformasikan kepada Pimpinan Cabang yang terkait untuk
menerima kedatangan saya nantinya. Pimpinan Cabang yang saya ambil ialah Pimpinan Cabang Aisyiyah Tanjung Sari, Pimpinan Cabang Aisyiyah Tegal Sari
Mandala, Pimpinan Cabang Aisyiyah Sei Kambing, dan Pimpinan Cabang Pulo Brayan. Setelah itu saya berpamitan kepada para pengurus, karena tak lama lagi
rapat mingguan akan berlangsung, sebelumnya saya meminta izin untuk ikut serta, namun saya tidak diizinkan. Saya cukup kecil hati, namun saya mengerti karena
saya yakin ada hal-hal yang tidak boleh diberikan kepada saya mengenai rapat tersebut.
Hari Jum’at tepat ditanggal 7 November 2014, saya telah membuat janji kepada Ibu Meldawati Adnan yaitu Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah Sei
Kambing untuk bertemu, saya mendatangi beliau pagi sekitar pukul 08.30 WIB di Kompleks Muhammadiyah Sei Kambing. Di Kompleks tersebut terdapat Mushola
Aisyiyah yang di dalamnya terdapat kantor Pimpinan Cabang Aisyiyah Sei Kambing, SMP Muhammadiyah, dan TK Bustanul Atfhal yang sedang diperbaiki
serta masjid Muhammadiyah disampingnya. Saya bertemu dengan Ibu Meldawati Adnan di Mushola Aisyiyah dan di dalamnya diisi murid-murid TK Bustanul
Athfal yang sedang belajar, tempat belajar mereka dipindahkan karena TK Bustanul Athfal Sei Kambing sedang diperbaiki.
Saya memulai perbincangan dengan memperkenalkan diri kemudian mewawacarai beliau dengan mengajak bercerita. Kami bercerita mengenai
organisasi perempuan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pimpinan Cabang
35
Aisyiyah Sei Kambing dalam melakukan pemberdayaan perempuan. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PC Aisyiyah Sei Kambing ialah memberantas buta
aksara yang dilakukan 2 kali dalam seminggu yakni hari Senin dan Kamis dengan pesertanya diantaranya ibu-ibu rumah tangga dan ibu-ibu yang memiliki peran
ganda di dalam keluarganya. Mereka diajarkan membaca dan juga dikenalkan dengan huruf hijaiyah untuk memulai belajar mengaji.
Hari Kamis tanggal 13 November 2014 saya kembali ke kantor Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan, saya berjumpa dengan ibu Nursatia K. Beliau
memahami kedatangan saya dan saya memulai mewawancarai beliau. Kami berbincang panjang mengenai Aisyiyah, perbincangan kami mengenai kondisi
pengurus Aisyiyah yang usianya tidak produktif lagi namun masih aktif dalam menjalankan organisasi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kondisi ini
terjadi salah satunya anggota Aisyiyah yang masih produktif memiliki kegiatan lain seperti pekerjaan, anggota Aisyiyah tersebut tidak dapat membagi waktu
antara organisasi dengan pekerjaan kemudian kurangnya peminat perempuan untuk ikut serta memasuki organisasi termasuk Aisyiyah maka itu Aisyiyah
memiliki banyak cara untuk merekrut anggota barunya untuk meneruskan roda organisasi Aisyiyah.
Di tanggal 21 November 2014 bertepat di hari Jumat saya memiliki janji dengan salah satu informan yakni Ibu Nurhana Lubis selaku Ketua Pimpinan
Cabang Aisyiyah Tanjung Sari, saya berjumpa dengan beliau di kantor PC Aisyiyah Tanjung Sari yang terletak di Jalan Abdul Hakim No. 4 Pasar 1 Setia
Budi. Kedatangan saya sudah diketahui oleh Ibu Nurhana Lubis karena
36
sebelumnya Ibu Nursatia K telah menghubungi beliau akan kedatangan saya untuk mewawancarai beliau. Hal yang kami perbincangkan hampir sama dengan
perbicangan saya dengan informan sebelumnya, keterangan yang diberikan oleh beliau memiliki garis besar yang sama bahwasanya perempuan berorganisasi
untuk memperbaiki martabat perempuan yang sebelumnya memiliki pandangan bahwasanya martabat perempuan rendah dibandingkan dengan laki-laki yang
berakibatkan ketidakadilan gender terhadap perempuan. Ibu Nurhana Lubis sepakat dengan adanya Feminisme Islam dimana mesti ada gerakan-gerakan
untuk memperjuangkan hak keadilan bagi perempuan yang dimulai dari keluarga kemudian di publik dengan bukti keikutsertaan perempuan terhadap organisasi.
Saat saya datang kebetulan Pimpinan Cabang Aisyiyah Tanjung Sari akan melakukan acara pengajian rutin sebagai kegiatan Aisyiyah dan saya ikut serta di
dalamnya. Saya menghubungi Ibu Indarsih Darmawani selaku ketua Pimpinan
Daerah Aisyiyah Kota Medan untuk bertemu dan saya akan mewawancarai beliau. Saya baru dapat bertemu pada tanggal 27 November 2014 karena beliau sibuk dan
sebelumnya berada di luar kota. Saya mulai mewawancarai Ibu Indarsih Darmawani dengan pembahasan perempuan di mata beliau, yang dikatakan oleh
Ibu Indarsih Darmawani memiliki banyak kesamaan oleh informan saya sebelumnya maka itu saya memberikan pertanyaan mengenai perempuan dan
politik sekaligus Aisyiyah menanggapi keterlibatan perempuan dalam politik. Aisyiyah sendiri bukan organisasi politik dan juga tidak ada kaitannya dengan
partai politik. Aisyiyah sangat mendukung para kadernya ikut serta dalam
37
perpolitikan di Indonesia, dukungan ini hanya bersifat emosional pribadi ke pribadi tidak melalui organisatoris. Meskipun di kalangan masyarakat terdapat
stereotipe bahwa Aisyiyah yang juga organisasi otonom Muhammadiyah memiliki kaitan dengan partai politik yakni PAN. Ibu Indarsih Darmawani menjelaskan
bahwa stereotipe tersebut dikarenakan pengaruh Amien Rais yang besar dan merupakan kader Muhammadiyah. Namun sejatinya Aisyiyah adalah organisasi
independen yang memiliki tujuan memperjuangkan hak-hak keadilan perempuan dengan meningkatkan kualitas perempuan.
Informan saya berikutnya ialah Ibu Kholisani, dia menjabat menjadi koordinator tabligh pimpinan daerah Aisyiyah Kota Medan, saya bertemu di
kantor PD Aisyiyah Kota Medan pada tanggal 4 Desember 2014. Saya mewawancarai dengan pertanyaan yang sama dengan informan saya lainnya
namun ada yang dikatakan oleh beliau yang menyangkut majelis yang ia pegang. Karena kekurangan penerus regenerasi maka Aisyiyah memberikan kebijakan
anggota yang aktif harus aktif dalam pengajian yang diselenggarakan. Bukan karena hanya untuk meneruskan tongkat regenerasi atau perekrutan anggota
dengan mensyaratkan mengikuti pengajian adalah syarat utama keanggotaan Aisyiyah tetapi dari pengajian anggota Aisyiyah dapat memperbaiki dirinya
terlebih dahulu penerus regenerasi maka Aisyiyah memberikan kebijakan anggota yang aktif harus aktif dalam pengajian yang diselenggarakan. Bukan karena hanya
untuk meneruskan tongkat regenerasi atau perekrutan anggota dengan mensyaratkan mengikuti pengajian adalah syarat utama keanggotaan Aisyiyah
tetapi dari pengajian anggota Aisyiyah dapat memperbaiki dirinya terlebih dahulu.
38
Informan Pimpinan Cabang Aisyiyah saya selanjutnya ialah Pimpinan Cabang Aisyiyah Tegal Sari Mandala, saya mewawancarai Ibu Dona Mardier
selaku Ketua Pimpinan Cabang tersebut pada tanggal 5 Desember 2014. Saya menjumpai beliau di kantor Pimpinan Cabang Aisyiyah Tegal Sari Mandala yang
terletak di Jalan T. Bongkar X Mandala by Pass No. 11, pertanyaan yang saya berikan masih sama, saya juga bertanya mengenai hubungan pimpinan cabang
terhadap pimpinan daerah, hubungan yang dibangun sangat baik. Di hari Senin tanggal 8 Desember 2014 saya mewawancarai Ibu Suginem,
beliau merupakan ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah Pulo Brayan. Saya mewawancarai di kantor PC tersebut yang lokasinya di Jalan Cemara Gg. Turi.
Pertanyaan saya masih seputar interview guide yang saya bawa. Dan hasil pertanyaan juga bermakna sama dengan informan-informan saya sebelumnya.
Ada hal yang sangat sulit bagi saya dalam penelitian ini. Para informan khususnya pengurus Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan memberikan
pernyataan bahwa kegiatan yang dilakukan majelis-majelis di dalamnya dalam melakukan perkaderan berjalan baik. Saya hanya menemukan beberapa kegiatan
yang dilakukan, karena kepengurusan PD periode ini hampir selesai. Kegiatan- kegiatan tersebut telah terlaksana sebelumnya, hal inilah yang menjadi salah satu
kendala saya untuk menemukan data-data yang valid untuk menunjang skripsi saya.
Setelah saya menyelesaikan penelitian saya, saya mulai menulis kerangka hasil penelitian saya dan saya mencoba memberikan hasil penelitan saya kepada
dosen pembimbing saya. Dan ternyata masih ada data yang belm saya dapatkan
39
yakni perkembangan organisasi perempuan di kota Medan, saya diarahkan oleh dosen pembimbing saya untuk datang ke kantor BKOW-SU Badan Kerjasama
Organisasi Wanita Sumatera Utara. Tak cukup waktu lama saya menemukan alamat, kebetulan saya memiliki kenalan seorang perempuan yang aktif disalah
satu organisasi jurnalistik perempuan, beliau memberikan alamat BKOW-SU kepada saya yang terletak di Wisma Kartini yang terletak di jalan Cik. Diktiro
Medan. Beberapa hari kemudian saya mencari lokasi tersebut, cukup sulit bagi saya untuk menemukan kantornya, saya sempat berhenti di depan SMA N 1
Medan untuk bertanya lokasi Wisma Kartini kepada salah satu juru parkir di lokasi tersebut, dan saya sangat terkejut yang beliau katakan bahwa Wisma
Kartini sudah terbakar semenjak satu setengah tahun lalu, dan saya ditunjuk lokasi kebakarannya. Lokasinya bersebarangan dengan kantor Dinas Pendidikan Kota
Medan namun masih sejajar dengan Wisma Kartini bila ditarik garis lurus Jalan Cik. Diktiro. Wisma Kertini memang sudah habis terbakar, saya mencoba
bertanya kepada seorang Ibu yang berjualan di depan gedung tersebut dan ternyata meskipun telah terbakar, BKOW-SU tetap berkantor di lokasi tersebut. Kemudian
saya melihat kekosongan kantor BKOW-SU, saya mencoba datang keesokan harinya.
Keesokan harinya, ditanggal 15 Desember 2014 saya ke kantor BKOW- SU dan saya bertemu salah satu bagian administrasi BKOW-SU, saya
menyampaikan maksud kedatangan saya, dan ternyata pengurus BKOW-SU tidak berada di tempat, dan akan berhadir dihari Kamis. Kemudian saya berpamitan
pulang dan akan kembali dihari Kamis.
40
Dihari Kamis tanggal 18 Desember 2014 saya datang kembali ke kantor BKOW-SU, saya bertemu dengan Sekretaris Umum BKOW-SU yakni Ibu
Risnawati Siregar dan saya bercerita maksud kedatangan saya. Ibu Risnawati sangat terkejut karena yang saya maksud ialah sejarah perkembangan organisasi
perempuan di Kota Medan, beliau mengatakan kurang menguasai perkembangannya dan BKOW-SU merupakan tingkatan provinsi, sedangkan
untuk tingkatan kabupatenkota dinamakan GOW Gabungan Organisasi Wanita. Saya berpamitan kepada Ibu Risnawati Siregar dan akan melakukan bimbingan
dahulu mengenai kondisi ini terhadap dosen pembimbing saya. Dosen pemimbing saya mengatakan, BKOW-SU pasti memiliki sejarah
tentang organisasi perempuan di kota Medan, dan di tanggal 8 Januari 2015 saya kembali ke kantor BKOW-SU dan saya bertemu kembali dengan Ibu Risnawati
Siregar, dan ternyata ada catatan mengenai sejarah singkat BKOW-SU. Ibu Risnawati menceritakan sejarah tersebut sampai terbentuknya tigkatan persatuan
organisasi perempuan di Indonesia. Secara Nasional dinamakan dengan Kowani, tingkatan Provinsi BKOW dan tingkatan kabupatenkota ialah GOW. Dan yang
dikatakan Ibu Risnawati bahwa GOW kota Medan sudah tidak ada lagi semajak 10 tahun terakhir diakrenakan kurang aktifnya pengurus di dalamnya, hal ini
membuat Ibu Risnawati Siregar miris melihat kondisi tersebut. Ibu Risnawati Siregar selaku pengurus BKOW-SU tidak dapat membentuk GOW kota Medan
karena tidak ada hubungan hirarki di dalamnya. GOW dapat dibentuk dari organisasi-organisasi perempuan yang tingkatanya berada di kota Medan, namun
41
saat ini belum ada organisasi yang berniat membentuk GOW kota Medan kembali.
Partisipasi anggota di dalam Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan wajib diikuti anggota Aisyiyah untuk berlangsungnya organisatoris Aisyiyah
untuk menjalankan tujuan Aisyiyah. Meskipun di dalamnya terdapat kendala yakni kurangnya usia produktivitas untuk menjadi pengurus Aisyiyah dikarenakan
kesibukan anggota Aisyiyah yang memiliki usia produktivitas. Dengan kondisi seperti ini, Aisyiyah memiliki cara perektutan anggota yang terbilang klasik
namun masih ampuh dalam mencari anggota yakni melalui keluarga. Hubungan yang terjalin antara pengurus dengan anggota cukup baik,
karena Aisyiyah sendiri mengutamakan perkaderan anggotanya kemudian masyarakat sekitar khususnya perempuan. Anggota Aisyiyah menjadi sasaran
utama untuk melakukan perkaderan dan hal ini dibuktikan dengan konsitensinya anggota untuk mengikuti kegiatan-kegiatan Aisyiyah.
42
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Perkembangan Organisasi Perempuan Di Indonesia
Organisasi merupakan sebuah alat perjuangan, dengan organisasi seseorang maupun sekelompok orang dapat melakukan perubahan. Organisasi
memiliki banyak macam bentuk dengan berbagai landasan yang dipakai. Salah satu organisasi yang terkait ialah organisasi yang mengatas namakan perempuan
untuk memperjuangkan hak-hak perempuan bahkan memperjuangkan kemerdekaan. Penulis akan memberikan gambaran mengenai perkembangan
organisasi perempuan di Indonesia yang bersumber dari buku Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Aisyiyah terbitan Pimpinan Pusat Aisyiyah
tahun 2007. Sebelum kemerdekaan Indonesia, perjuangan untuk melawan penjajahan
telah disuarakan seluruh nusantara. Perjuangan ini dilihat dari pergerakan bangsa yang dilihat jelas dari pelajar, mahasiswa sehingga mereka melakukan pergerakan
melalui organisasi. Organisasi yang merupakan bentuk dari pergerakan tersebut ialah Boedi Oetomo yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 yang di dalamnya
terdapat divisi perempuan. Setelah Boedi Oetomo berdiri, banyak organisasi perjuangan bermunculan baik organisasi laki-laki maupun organisasi perempuan
yang bertujuan untuk memperbaiki nasib kaum perempuan di Indonesia. Di Jawa