Counter Isu Strategi Dakwah Politik Baitul Muslimin Indonesia

Dengan kenyataan komposisi sosok yang diusung PDI Perjuangan tersebut, isu SARA menjadi senjata politik bagi lawan-lawan politik PDI Perjuangan untuk menghadang dan membendung ambisi politik PDI Perjuangan dalam Pilkada DKI Jakarta, dan isu tersebut berhembus kencang dalam berbagai bentuk dan kesempatan. Diantaranya kampanye-kampanye SARA yang cukup kontroversial adalah ketika Rhoma Irama, dalam sebuah ceramah di Masjid yang dihadiri ratusan jemaah mengatakan “haram” jika seorang muslim memilih pemimpin non muslim dan mengatakan bahwa Ibu Jokowi merupakan seorang Nasrani. Kampanye yang tidak jauh berbeda juga dilakukan oleh FPI yang dikenal sebagai ormas yang keras, secara terang- terangan melakukan kampanye yang dikenal “haram pemimpin non muslim” melalui berbagai media seperti kspanduk, selebaran hingga pengajian. Kenyataan bahwa isu SARA yang semakin berkembang dan menyebar secara masif. kondisi atmosfer politik yang demikian disadari tidak menguntungkan bagi PDI Perjuangan dalam upaya mensukseskan calon yang diusungnya apabila dibiarkan terus berkembang, tanpa adanya pendistribusian wacana tandingan untuk menangkal dan menetralisir isu-isu SARA tersebut di masyarakat, dan dapat mempengaruhi persepsi ataupun sikap masyarakat dalam memilih. Hal ini sangat wajar, karena di Indonesia pada umumnya dan di Jakarta pada khususnya mayoritas penduduknya beragama Islam, dimana isu agama sangat sensitif. Meskipun sosok Jokowi yang sangat populer dengan prestasinya dan pembawaannya yang merepresentasikan kepemimpinan yang merakyat, isu SARA yang berhembus kencang dapat menimbulkan keraguan masyarakat untuk memilihnya. Dimana diungkapkan oleh Festinger dalam teorinya Disonansi Kognitif 1957, bahwa keyakinan seseorang dapat berubah pada saat mereka berada pada situasi konflik. Ini dapat terjadi karena pada dasarnya manusia didorong oleh keinginan untuk selalu berada dalam keadaan psikologis yang seimbang konsonan. 3 Di Indonesia secara umum, konflik-konflik ideologis yang melibatkan sistem- sistem keagamaan dan keyakinan politik. Konflik-konflik ini tidak hanya menyangkut pandangan dunia secara umum, tetapi juga menyangkut cetak biru bagi pembangunan masyarakat. Konflik-konflik ideologis yang melibatkan sistem-sistem keyakinan keagamaan meliputi baik konflik internal maupun eksternal. Konflik internal dapat dijelaskan secara kasar sebagai konflik antara tradisonalisme Islam yagn diwakili NU dengan modernisme Islam yang diwakili oleh Muhammadiyah. Koflik eksternal dapat dijelaskan sebagai konflik antara Islam bersus sekularisme dan sistem keagamaan lainnya. 4 Sehingga dari uraian di atas, dikotomi kepemimpinan antara muslim dan non muslim dalam konstelasi perpolitikan di Indonesia secara umum masih sangat tinggi dan tampak dengan jelas dalam berbagai diskursus, wacana kebijakan, maupun dalam tataran struktur masyarakat. Sehingga keputusan PDI Perjuangan yang menyandingkan Jokowi dengan basuki yang nota bene non muslim menuai kontroversi dan menimbulkan konflik-konflik ideologis maupun politis di masyarakat semakin muncul ke permukaan. 3 . Antar Venus, Manajemen Kampanye: Paduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h.36. 4 Yudi Latif, Dialektika Islam, Tafsir Sosiologis atas Sekularisasi dan Islamisasi di Indonesia, Yogyakarta: Jalasutra, 2007, h. 50 Bagi kalangan intelektual ataupun elit politik yang terbiasa dalam rekayasa wacana politik dalam menimbulkan sebuah sensasi demi politis, ataupun di kalangan akademis yang menjadikan isu pluralisme, dikotomi Islam dan non Islam, isu seperti ini adalah bagian dari sumber daya khasanah keilmuan. Namun, dikalangan masyarakat awam, apabila dalam sebuah konstelasi politik, isu seperti ini akan diterjemahkan secara leterlek sebagai sebuah konflik pergulatan batin antara prinsip menjunjung aqidah versus pilihan politik dalam Pilkada DKI Jakarta. Meskipun muncul sebuah konflik sosial yang merepresentasikan konflik antar-agama dalam aspek politik, hal utama yang sebetulnya diharapkan dan muncul adalah konflik psikologis dari benak setiap pemilih, dimana dalam setiap kampanye SARA yang beredar di masyarakat secara masif, dimaksudkan untuk menanam konflik psikologis di dalam diri pemilih, selain itu adalah usaha untuk memunculkan kesadaran yang berdasarkan rekayasa elit politik untuk tidak mengambil pilihan politik tertentu yang diargumentasikan sebagai representasi dari aqidah. Pergulatan konflik batin yang muncul dari dua elemen pengetahuan yang disonan tidak harmonis, mengakibatkan isu dikotomi Islam dan Non Islam maupun pribumi dan non pribumi dalam aspek kepemimpinan politik sudah cukup memunculkan efek disonan pada kondisi psikologis pemilih yang umumnya mengiginkan kondisi psikologis yang seimbang dalam mementukan pilihan politiknya. Upaya counter issue yang dilakukan oleh Bamusi dengan dakwah politiknya dalam menghadapi dinamika pilkada DKI Jakarta yang ketika itu bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Disini Bamusi mengkordininasikan seluruh struktur kepengurusan di tingkat elit dan bawah serta melibatkan simpatisan-simpatisan PDI Perjuangan ditataran grassroot dengan memanfaatkan ramadhan sebagai ajang momentum dakwah politiknya. “...salah satu contoh salah satu cara kita untuk memenangkan Jokowi, karena pada waktu itu adalah bulan ramadhan menjadi bulan kampanye bagi PDI Perjuangan melalui BAMUSI, yang kita lakukan adalah pengajian-pengajian di wilayah yang sulit dijangkau oleh Ahok acara tersebut diikuti masyarakat setempat tetapi diinisiatori oleh simpatisan dan relawan PDI Perjuangan dalam menggalang dukungan masyarakat bagi PDI Perjuangan” 5 Beberapa konsekuensi yang lumayan menarik muncul dari teori disonansi, khususnya di bidang-bidang pengambilan keputusan dan permainan peran role playing. Peran yang dimainkan Bamusi memang sangat strategis, dimana secara administratif jika peran tersebut dilakukan oleh partai secara formal maka akan terkendala batas dan peraturan batasan ruang publik dalam berkampanye, Bamusi dapat memanfaatkan identitasnya sebgai ormas Islam untuk menyentuh dan mendekontruksi pola pikir masyrakat yang terpengaruh oleh wacana-wacana isu SARA tanpa terikat peraturan dan batasan administratif. Role playing Bamusi dengan identitas ke-Islamannya. Konten dan materi dalam dakwah yang dilakukan oleh 5 Pidato Ketua Umum PP Bamusi, Hamka Haq dalam Rapimpus Bamusi 2013 di Surabaya, Arsip Organisasi. Bamusi pada kasus ini, disesuaikan dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh PDI Perjuangan. “Allah tiada melarang kamu berbuat Baik bekerjasama dan berlaku adil terhadap orang-orang umat agama lain yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Al-Mumtahanah: 8 6 “Berkat kerjasama dengan non Muslim membuktikan Khilafah Abbasiyah mencapai zaman kemajuan. Ketika Khalifah Harun al- Rasyid dan Khalifah Al- Ma’mun membangun Baitul Hikmah untuk menterjemahkan pengetahuan Yunani, mereka mengangkat Hunayn bin Ishaq dari kalangan Kristen, mengepalai lembaga tersebut, sekaligus ketua tim Dokter istana. Seorang Kristen Nestoria adalah bakhtisyu, jugaa diangkat menjadi Kepala Rumah Sakit Baghdad. Demikian pendapat-pendapat ulama dalam buku sejarah Akhbar al- „Ulama’ bi Akhyar al-Hukama Juz 1, oleh Al-Qufty; Tarikh al-Islami Juz 4 oleh Al-Dzahaby dan Wayfat al- A’yani wa Anba’u Abna’ al- Zaman Juz 1.” 7 Dalam disonansi kognitif elemen-elemen yang dipermasalahkan mungkin adalah 1 tidak relevan, 2 konsisten satu sama lain dalam istilah Festinger, harmoni, atau 3 tidak konsisten satu sama lain dalam istilah Festinger, disonantidak harmonis. Pada kemungkinan ketiga inilah, Bamusi memainkan perannya untuk mengharmoniskan kognisi-kognisi yang disonan. Strategi pendekatan wacana yang sesuai dengan kognisi dan keyakinan seseorang. Pesan akan lebih mempunyai pengaruh besar untuk dapat mengubah perilaku, maupun sikap khalayak jika dikemas sesuai dengan kepercayaan yang ada pada diri 6 Materi Dakwah Bamusi Pada Pilkada DKI Jakarta, Ajaran Isam Tentang Memilih Pemimpin, Arsip Organisasi 7 Materi Dakwah Bamusi Pada Pilkada DKI Jakarta, Ajaran Isam Tentang Memilih Pemimpin, Arsip Organisasi khalayak. Strategi tersebut merupakan upaya pendekatan persuasi dalam kampanye, mentranmisikan pesan-pesan yang dengan mencari informasi pembenaran. dimana dalam teori disonansi kognitif, strategi persuasi dalam implementasi teori disonansi kognitif dapat membantu mengidentifikasi proses-proses yang terjadi ketika pesan- pesan diarahkan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak. Dengan strategi dakwah yang dilakukan Bamusi, agenda politik PDI Perjuangan yang terganjal oleh isu SARA dapat dinetralisir dengan wacana tandingan untuk mendekontruksi kegelisahan dilematis antara konsistensi agama ataukah konsistensi politik, pada hal inilah Bamusi bekerja dalam memberikan sebuah pemahaman religius yang diperkuat oleh legalitas dogmatis, dengan mengutip ayat- ayat suci maupun naskah-naskah kuno. Bahwa tidak perlu ada keraguan apapun dalam memilih pemimpin meskipun pemimpin tersebut merupakan non Muslim. Bahwa. Karena pilihan tersebut tidak menyalahi aqidah maupun mengurangi iman umat Islam, atau dengan kata lain adalah suatu hal yang halal atau diizinkan oleh syariat 8 dan bukanlah suatu yang haram atau terlarang. 9 Sebagaimana yang dikutip dari Surat Edaran “Halal Memilih Pemimpin Wakil Dari Non Muslim” yang diedarkan oleh Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia berikut ini. 1 Al-Qur’an tidak mengharamkan memilih non Muslim jadi pemimpin wakil yang berdampingan dengan Pemimpin Muslim. 2 Yang Haram, hanya jika Pemimpin wakil dari non Muslim itu tidak berdampingan dengan Pemimpin Muslim, karena dipandang 8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahsa Indonesia: Pusat Bahasa, Jakarta: PT Gramedia, 2008, h. 521 9 Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus besar Bahasa Indonesia, h. 528 telah “meninggalkan orang-orang Mukmin” Itulah maksud ayat Ali Imran: 28 “Janganlah oang-orang mu’min mengambil oang-orang kafir menjadi wali dengan meningkatkan orang- orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena memelihara diri suatu yang ditakuti mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri siksa Nya. Dan hanya kepada Allah kembali mu.” 3 Sepanjang Pemimpin wakil dari Non Muslim itu berdampinganberpasangan dengan Pemimpin Muslim, mereka tidak termasuk dalam kategori “meningalkan orang Mu’min”, sehingga hukumnya HALAL TIDAK HARAM. 10 Dengan berbagai pertarungan kognisi untuk memperngaruhi persepsi dan sikap politik khalayak, berdasarkan teori dosinansi kognitif, memunculkan sebuah pesan yang akan menimbulkan disonansi karena tidak cocok dengan apa yang selama ini mereka percayai. Ketidak cocokan tersebut pada akhirnya akan membawanya berada padakondisi yang aman dan membimbing khalayak agar melakukan perubahan perilaku sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam kampanye, atau lebih tepatnya sesuai dengan dakwah politik Bamusi.

b. Isu Gender dan Sekularisme dalam Pilkada Jawa Barat

Pilkada Jawa Barat yang digelar pada 24 Februari, 2014 PDI Perjuangan mengusung Rieke Diah Pitaloka yang merupakan artis dan juga anggota DPR RI. Rieke, disandingkan dengan Teten Masduki yang berlatarbelakang seorang aktivis anti korupsi ICW Indonesia Coruption Watch. Pada pelikada Gubernur Jawa Barat 2013 PDI Perjuangan harus berhadapan dengan empat pasang calaon lain, yakni; 10 Surat Edaran PP Baitul Muslimin Indonesia, Halal Memiilih Pemimipin Wakil Dari Non Muslim, Jakarta, September 2012, Arsip Organisasi. Didik Mulyana-Cecep Nana Suyarna Toyib merupakan calon dengan jalur independen, Irianto MS Syafiudin-Tatang Farhanul Hakim yang diusung oleh Partai Golkar; Dede Yusuf-Lex Laksamana diusung oleh Partai Demokrat, PAN, Gerindra, PKB; dan Ahmad HeryawanDeddy Mizwar calon incumbent diusung oleh PKS, PPP dan Hanura. Pada pilkada tersebut berbeda dengan pilkada sebelumnya, dimana didominasi oeh kandidat-kandidat dari kalangan selebriti. Namun dalam posisi ini, PDI Perjuangan yang mencalonkan Rieke dan merupakan satu-satunya kandidat perempuan yang berlaga dalam Pilkada Jabar. sehingga PDI Perjuangan tidak kesulitan dalam mensosialisasikan kandidatnya kepada masyarakat, kepopuleran Rieke sebagai selebriti ditunjang merupakan salah satu politisi PDI Perjuangan di parlemen yang dikenal vokal. Namun, terbebas dari pemberitaan-pemberitaan media yang negatif seperti korupsi. Atas dasar itulah PDI Perjuangan memilih Rieke sebagai kandidat calon gubernur yang diusungnya. Berbeda dengan Pilkada DKI Jakarta, dimana isu SARA merupakan senjata politik yang digunakan oleh lawan politik maupun kelompok yang tidak suka dengan PDI Perjuangan. Di Pilkada Jabar yang semua kandidat merupakan representasi dari Putra Daerah Jawa Barat sehingga tidak didapati isu SARA. Menurut survey yang dilakukan oleh tim dari Bamusi dan PDI Perjuangan, tantangan yang dihadapi oleh PDI Perjuagnan dalam mensukseskan kandidat yang diusunganya adalah isu sentimen gender yang mendominasi wacana pencalonan Rieke, isu gender tersebut muncul dalam bentuk keraguan di masyarakat Jabar yang relatif religius untuk memilih kandidat perempuan sebagai gubernurnya. 11 Jika kita definisikan, gender menurut Vitalaya 2010 adalah suatu konsep yang menunjuk pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditemukan oleh perbedaan bilologijenis seksual, akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik dan ekonomi. 12 Adapun WHO World Health Organization mendefinisikan gender adalah seperangkat peran, perilaku, kegiatan dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial dalam suatu masyarakat. 13 Keraguan masyarakat Jawa Barat untuk memilih pemimpin perempuan dilatarbelakangi alasan teologis, dimana di temukan skeraguan tersebut dimungkinkan dikarenakan adanya sebuah ceramah-ceramah dalam pengajian maupun kegiatan ibadah lainnya. Yang memuat himbauan-himbauan haramnya kepemimpinan perempuan dalam Islam. Selain itu, tidak hanya isu sentimen gender, isu-isu klasik bahwa PDI Perjuangan sebagai partai sekuler tempat bernaungnya orang-orang PKI dan orang-orang kristen atau pertainya orang-orang non muslim juga mendominasi isu-isu yang beredar di konstelasi Pilkada Jabar yang masyarakatnya relatif religius. 14 Berdasarkan temuan-temuan tersebutlah PP Bamusi mengkonsolidasikan struktur-struktur organisasinya di Jawa Barat untuk mendekontruksi pola pikir 11 Wawancara Pribadi Nurmansyah E Tanjung, Sekretaris Jenderal PP baitul Muslimin Indonesia. 12 Vitalaya S. Hubeis, Aida. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor: penerbit IPB Pers, 2010. 13 WHO World Health Organization, What Do We Mean By “Sex” and “Gender”? Artikel, WHO, 2012: http:www.who.intgenderwhatisgenderenindex.html diakses pada: 20 Agustus, 2013. 14 Wawancara Pribadi Nurmansyah E Tanjung, Sekjend PP Baitul Muslimin Indonesia masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya pada Pilkada Jabar. Adanya imeage haram mengenai kepemimpinan perempuan hal ini mendorong Bamusi untuk melakukan sosialisasi dan aktifitas-aktifitas keagamaan di wilayah Jawa Barat. Meyadari bahwa Jawa Barat yang secara umum masyarakatnya dikenal memegang teguh prinsip ke- Islaman merupakan “lumbung suara” dari partai Islam yang juga mengusung kandidat incumbent, disisi lain popularitas Rieke yang tinggi membawa konsekuensi rivalitas politik yang berat dalam usaha memrebutkan pengaruh terhadap khalayak. Pada kondisi rivalitas yang demikian, incumbent yang diuntungkan dengan pendekatan prinsip kekuasaan yang dapat difungsikan untuk mengarahkan khlayak pada pilihan sikap tertentu. Prinsip kekuasaan yang merupakan bagian dari inti pembahasan teori disonansi kognitif. Dimana, semakin berkuasa seseorang dipandang oleh orang lain, semakin besar kemungkinan permintaannya akan dipertimbangkan dan akan diterima. Kekuasaan dapat menyangkut posisi yang ia miliki dalam sebuah organisasi atau kemampuan yang ia miliki dalam bidangya. 15 Faktor keterkaitan antara prinsip kekuasaan dan pilihan masyarakat tersebut membuat Bamusi melakukan pendekatan persuasif dan konstruktif di tengah-tengah masyarakat. Strategi persuasi dalam implementasi teori disonansi kognitif dapat membantu mengidentifikasi proses-proses yang terjadi ketika pesan-pesan diarahkan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak. Strategi tersebut juga dapat memperkaya pemahaman mengenai tahapan efek yang akan dimunculkan dalam 15 Antar Venus, Manageman Kampanye: Paduan teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2009, h. 48-49 sebuah kegiatan kampanye maupun aktivitas komunikasi lain yang bertujuan mempengaruhi sikap khalayaknya. Pada kasus sebelumnya, yakni di Pilkada DKI Jakarta, strategi yang dilakukan oleh Bamusi secara umum memiliki kesamaan dengan DKI Jakarta, yaitu bertujuan untuk mendorong dan mensukseskan agenda Politik PDI Perjuangan, namun dalam pendekatannya tidak dapat digeneralisasikan. Fakta perbedaan kondisi, realitas sosial dan karakter masyarakat di Jawa Barat dengan Jakarta dari segi geografis, jumlah populasi, serta dalam hal kesehjahteraan, maupun kognitif, sangat berbeda dengan Jakarta. Dalam diskursus sosio-politik di Indonesia khususnya Jawa Barat yang banyak dipengaruhi dan bahkan bersifat korelatif dengan Islam, sehingga kebijakan politik yang mengusung kesetaraan gender dalam aspek politik terlebih kepemimpinan perempuan dalam jabatan politik, merupakan isu sensitif yang menuai pro dan kontra. Selain itu, isu gender dalam kepeminpinan dianggap identik dengan sekulerism atau liberalism. Pro dan kontra kepemimpinan perempuan dalam jabatan politik di Indonesia, selama ini di dominasi oleh argumentasi yang umumnya bersifat teologis. Mengacu pada pendapat Yudi Latif, secara teoritis, islam adalah suatu agama dengan otoritas pengaturan yang tinggi, yakni suatu sistem keagamaan yang menawarkan aturan-aturan yang rinci dan kompereensif yang mengurus hampir segala aspek kehidupan manusia. Sekulerisasi dianggap sebagai penyebab ataupun mengancam krisis kredibilitas agama, sehingga isu gender yang dianggap sebagai produk dari sekuleriasasi politik, membawa implikasi yang beresiko dalam usaha mensukseskan agenda politik PDI Perjuangan di jawa Barat. Menyadari hal tersebut, Bamusi mencoba untuk meng-counter isu gender dalam konteks kepemimpinan perempuan yang acapkali dilabeli sebagai produk dari sekulerisasi dan liberalisasi, hal tersebut tampak dalam arrgumentasi yang dipublikasikan oleh Bamusi yang mencoba untuk memberikan pemahaman di masyarakat yang selama ini menganggap bahwa kepemimpinan Islam merupakan hal yang bertentangan dengan doktrin agama. Adapun, usaha untuk pembenaran keputusan PDI Perjuangan dalam mengusung kandidatnya juga memiliki legitimasi “syariat” berdasarkan otoritas Ilahiah, dan fakta sejarah peradaban Islam, bahwa Islam juga akomodatif terhadap kepemimpinan perempuan. Dimana hal tersebut tercantum dalam kutipan dari selebaran yang diterbitkan Bamusi “Ajaran Islam Tentang Pemimpin Perempuan” berikut ini: “Nabi Muhammad SAW sangat menghargai pemimpin perempuan . Beliau pernah bergabung dalam manajemen perusahaan di bawah pimpinan seorang perempuan konglomerat termasyur di jazirah Arab, yakni Khadijah RA, yang pada akhirnya menjadi istri Beliau. Nabi Muhammad sekiranya mustahil melakukan ini, sekiranya pemimpin perempuan itu haram.” Dua syarat Pemimpin, yakni kecerdasan dan kekuatan ekonomi, yang dimana pada mulanya hanya dikuasai dan dimonopoli kaum laki-laki, sehingga mereka lebih banyak menjadi pemimpin ketimbang perempuan, sebagaimana disebutkan dalam Q.S.Al-Nisa 4: 34. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin atas kaum perempuan, dengan syarat kelebihan SDM yang dierikan Allah kepada sebahagian mereka atas sebahagian yang lainnya dan dengan kemampuan menafkahkan sebahagian dari harta mereka.” Bahwa Nabi SAW bersabda: Marilah kita menziarahi perempuan yang syahidah ini Ummu Waraqah, Beliau mengizinkannya untuk diazankan baginya, dan agar dia memimpin penduduk negerinya dalam shalat fardhu, dan karena dia telah menguasai bacaan Al- Qur’an” Lihat dalam Shahih Ibnu Khuzaimah, Juz IIIm h. 89. Dalam sunan al-Baihaqi dan Sabulu al-Salam, ditegaskan bahwa Nabi memerintahkan Ummu Waraqah menjadi Imam bagi mereka, walaupun terdapat laki-laki dewasa. Semua hal ini menujukan bahwa dalam keadaan tertentu, Islam merekomendasikan pemimpin perempuan. 16 Selain menggunakan strategi menyebarkan surat edaran secara masif, sebagai upaya menambah kognisi khalayak dalam menentukan sikap politiknya, agar tidak ragu untuk memilih pemimpin perempuan, Bamusi juga secara masif mengadakan beberapa aktivitas dakwah face to face, berupa ceramah-ceramah pada pengajian Majelis Ta’lim, Tabligh Akbar, dan seminar atau diskusi. Diantaranya adalah diskusi yang bertema “Potret Kepemimpinan Perempuan dalam Membangun Kepentingan Pemberdayaan Perempuan”, apada 10 Februari, 2013, dimana dalam diskusi tersebut, dijabarkan sebah kisah kepemimpinan perempuan yang dipuji oleh Allah. “...bahwa didalam surat Andamalik, terdapat kisah mengenai Ratu Balqis yang dipuji oleh Tuhan, kalau memang pemimpin perempuan itu haram, kenapa Tuhan memuji kepemimpinan Ratu Balqis? Ratu Balqis itu perempuan yang yang tadinya tidak beriman, tapi Tuhan mengatakan didalamnya Ratu ini kuat dan senang bermusyawarah, itu artinya Tuhan memujinya. Tapi setelah datang Nabi Sulaiman kemudian Ratu Balqis menjadi beriman. Padahal Al- qur’an sendiri 16 Surat Edaran PP Baitul Muslimin Indonesia, Ajaran Isam Tentang Pemimpin Perempuan, Januari 2013, arsip organisasi. memuji, padahal salah satu cirinya dalam hukum Islam, ciri suatu perbuatan yang haram ialah dicela oleh Tuhan, tidak ada perbuatan haram yang dipuji oleh Tuhan. Kalau ada perbuatan yang dipuji oleh Tuhan, yakin saja perbuatan tersebut tidak haram .” 17 Mengutip dan mempubliksikan dalil-dalil tertentu yang merepresentasikan halalnya kepemimpinan perempuan kepada khalayak secara masif, dan bertepatan dengan moment agenda politik yang sedang dihadapi oleh PDI Perjuangan, mengindikasikan bahwa Bamusi berusaha merkayasa persepsi khalayak melalui informasi pembenaran terhadap langkah politiknya, dan merupakan usaha mencitrakan bahwa gender dalam keepemimpinan perempuan bukanlah merupakan produk dari sekulerisasi dan liberalisasi yang menyebabkan krisis keagamaan, melainkan keniscayaan yang sudah dikehendaki oleh Allah. Informasi pembenaran ini, dalam diskursus teori disonansi kognitif merupakan salah satu faktor strategi untuk mengurangi disonansi ketidak selarasanharmonis suatu informasi yang diterima khalayak Dimana menurut Festinger, bahwa teori disonansi kognitif memprediksi bahwa setiap individu menolak informasi yang menyebabkan disonansi. Dengan demikian dalil-dalil tersebut dalam konteks teori disonansi kognitif adalah sebuah instrument propaganda, dimana khalayak tidak perlu khawatir terhadap isu sekulerisasi, yang dimana isu sekuleriasi adalah faktor yang memuat persepsi disonan tidak haromonis dalam pola pikir dan psikologis khalayak, sedangkan dalil-dalil yang dikutip dan dipublikasikan 17 Ceramah Hamka Haq, Potret Kepemimpinan Perempuan dalam Membangun Kepentingan Pemberdayaan Perempuan, Bandung, 10 Februari, 2013. Arsip Organisasi. oleh Bamusi baik, lisan ataupun tertulis merupakan faktor dekonstruksi dan pengubah kognisi khalayak sebagai faktor persepsi konsonan seimbang.

B. Agenda Ideologi dalam Dakwah Politik Bamusi

Dalam perkembangannya, PDI Perjuangan yang merupakan fusi dari lima partai pada 4 Maret 1970, lima partai tersebut adalah PNI, Partai Murba, IPKI, Partai Katolik dan Parkindo; 18 selanjutnya lahir Partai Demokrasi Indonesia PDI, berangkat dari kebijakan Pemerintah Orde Baru yang ingin menyederhanakan sistem kepartaian. Presiden Soeharto mengutarakan meksud pemerintah untuk melakukan pengelompokan partai-partai politik. Pengelompokan yang dimaksud adalah pertama, Golongan Nasional, kedua, Golongan Spiritual, dan ketiga, Golongan Karya. 19 Seiring dengan bergulirnya reformasi, saat ini pengelompokan tersebut sudah menjadi kabur, hal ini ditandai dengan munculnya puluhan partai politik dengan berbagai latar belakang ataupun asas baik itu religius ataupun nasionalis, bahkan salah satu partai yang lahir pasca Orba, yakni Demokrat mengidentifikasikan diri sebagai partai Nasionalis Religius. Hal ini dikarenakan menguatnya kekuatan Islam di panggung politik Indonesia. Fenomena tersebut mendorong PDI Perjuangan untuk membentuk Bamusi, sayap organisasi keagamaan yang diharapkan dapat menarik simpati dan dukungan dari masyarakat Islamis terhadap PDI Perjuangan. Stigma PKI, liberal dan sekuler 18 Arif Zulkifli, PDI Dimata Golongan Menengah Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996, h. 57 19 Arif Zulkifli, PDI Dimata Golongan Menengah Indonesia, h. 56 yang melekat di PDI Perjuangan membuat posisi PDI Perjuangan tidak menguntungkan secara politis. Memahami keuntungan politis yang dapat diraihnya jika bisa mendekati kalangan Islamis, maka pendirian Bamusi memiliki alasan yang kuat untuk dapat menjangkau suara-suara Muslim. 20 Dengan melihat bahwa dalam konteks Islam di Indonesia, terdapat dua Ormas Islam yang dominan yang dianggap berperan besar dalam perjalanan bangsa dan negara, yaitu Muhammadiyah dan NU. Dengan strategi keterlibatan dua unsur sosio-religius yang dominan, teori disonasi menegaskan, agar dapat mempengaruhi khalayak, kampanye hendaknya disampaikan sesuai dengan strategi perlibatan. Dimana tingkat perlibatan disesuaikan dengn jenis khalayak. 21 Maka dengan melibatkan dua kekuatan tersebut dalam pendirian maupun melengkapi struktur kepengurusan Bamusi, akan sangat strategis dalam menjangkau suara Muslim di Indonesia yang memiliki keragaman karakter sosio-religius. Untuk memahami bagaimana Islam bisa menjadi sarana yang memungkinkan massa untuk bisa dipolitisasi, memerlukan pemeriksaan terhadap struktur dan karakteristik internal Islam sendiri serta faktor eksternal berupa kekhasan sosio- historis Indonesia. Observasi terhadap faktor-faktor internal sangat penting karena potensi-potensi umum bagi orientasi politik dan karakter internal agama-agama, sekalipun aktualisasi dari potensi-potensi ini juga ditentukan oleh kekuatan –kekuatan eksternal. Sedangkan observasi terhadap kekhasan sosio-historis suatu masyarakat 20 Wawancara pribadi dengan Hamka Haq, Ketua Umum PP Bamusi. Pada 30 Juli 2013 21 Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h. 46 juga penting karena tidak ada satu pun proyek sejarah historical project yang bermula dari ruang hampa. Meminjam kata- kata Turner, “Seluruh fenomena sosial memiliki akar kesejarahan, dan oleh karena itu dicirikan oleh kekhasannya masing- masing.” Lagi pula. Sejarah masyarakat-masyarakat tidak dimulai dengan prakondisi yang sama, dan oleh karena itu bisa jadi menuju pada arah yang berlainan. 22

1. Doktrin Ideologi PDI Perjuangan dalam Dakwah Politik Bamusi

Dalam kegiatan dakwahnya, Bamusi cenderung berlawanan dengan arus pemikiran main stream, hal ini dikaitkan dengan ideologi yang melekat pada Bamusi. Secara bahasa, ideologi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan konsep bersistem; cara berpikir seseorang atau sekumpulan manusia; paham, teori dan tujuan yang berpadu merupakan satu program sosial sosial politik. 23 Dalam konteks ideologi, Bamusi segaris dengan PDI Perjuangan, pendapat ini diperkuat dalam salah satu butir deklarasinya yang menyatakan bahwa Bamusi adalah sayap organisasi yang seasas, seideologi, dan seaspirasi dengan PDI Perjuangan. Meskipun menganut Pancasila sebagai dasar ideologi sebagaimana partai-partai maupun organisasi lainnya, dalam hal ini Bamusi memiliki inteppretasi tersendiri terhadap falsafah Bangsa dan Negara Indonesia, yaitu Pancasila 1 Juni, Pancasila yang didasarkan pada pidato Presiden Soekarno tanggal 1 Juni 1945, dimana terdapat 5 dasar sila yang diusulkan yaitu: pertama, nasionalisme atau kebangsaan, disebutkan nasionlisme tersebut bukanlah nasionalisme sempit atau chauvinisme. 22 Yudi Latif, 2007. Dialektika Islam: Tafsir Sosiologis Atas Sekulerisasi dan Islamisasi di Indonesia, Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra, h.48-49 23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indoensia, h. 556

Dokumen yang terkait

Pembuatan Keputusan Rekrutmen politik : Suatu Studi Terhadap Pembuatan Keputusan Rekrutmen Politik Partai Politik PDI Perjuangan Dalam Rangka Pilkada Kota Pematangsiantar 2005

0 52 126

STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MERAIH DUKUNGAN MASSA (Studi Perbandingan Pada PDI-P dan PPP Kota Blitar)

0 7 3

Jaringan Komunikasi Politik dalam Penguatan Basis Massa (Studi pada Partai Demokrasi Indonesia [PDI] Perjuangan Kota Malang)

1 6 22

Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020)

6 36 88

IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI P) KABUPATEN SEMARANG

2 12 139

PERAN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (

0 3 14

PENDAHULUAN Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Surakarta Dalam Rekrutmen Perempuan.

0 2 35

ANALISIS KOMPARATIF KOMUNIKASI POLITIK REKRUTMEN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Sur

0 2 17

STRATEGI MARKETING POLITIK PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN KABUPATEN SRAGEN UNTUK Strategi Marketing Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Sragen Untuk Meningkatkan Citra Partai Tahun 2012.

0 2 13

PERJUANGAN PARTAI MASYUMI (MAJELIS SYURO MUSLIMIN INDONESIA) DALAM BIDANG POLITIK 1955-1959

0 3 109