Teori Disonansi Kognitif Strategi Dakwah Politik Baitul Muslimin Indonesia Dalam Meningkatkan Dukungan Politik Pdi Perjuangan

berpendapat bahwa disonansi, “karena secara psiologis tidak nyaman, maka akan memotivasi seseorang untuk berusaha mengurangi disonansi dan mencapai harmonikeselarasan” dan “selain upaya ituorang juga akan secara aktif menilak situasi- situasai dan informasi sekiranya akan menigkatkan disonansi.” Dalam disonansi kognitif elemen-elemen yang dipermasalahkan mungkin adalah 1 tidak relevan satu sama lain, 2 konsisten satu sama lain dalam istilah Festinger, harmoni, atau 3 tidak konsisten satu sama lain disonantidak harmonis, dalam istilah Festinger. Hubungan tidak selalu dikaitkan secara logis dengan konsistensi atau inkonsistensi. Suatu hubungan bisa saja secara logis konsisten bagi seseorang yang percaya pada pengamatan ini. 10 Beberapa konsekuensi yang lumayan menarik muncul dari teori disonansi, khususnya di bidang-bidang pengambilan keputusan dan permainan peran role playing. Fokus buku ini adalah pada cara manusia menggunakan informasi dan teori disonansi penting sekali dalam hal itu. 11 1. Pengaruh Disonansi Kognitif dalam Pengambilan Keputusan Dalam pengambilan keputusan, disonansi diprediksi akan muncul karena alternatif pilihan yang ditolak berisi informasi-informasi yang akan mengakibatkan ia diterima dan alternatif pilihan yang dipilih berisi fitur-fitur yang akan mengakibatkan ia ditolak. Dengan kata lain, semakin sulit keputusan dibuat, maka semakin besar 10 Werner J.Severin - JamesW. Tankard. Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, Jakarta: Kencana, 2008, h. 165 11 Werner J.Severin - JamesW. Tankard. Jr, Teori Komunikasi, h. 165. disonansi setelah keputusan diambil disonansi pasca-keputusan. Selain itu, semakin penting sebuah keputusan, maka semakin besar pula disonansi pasca-keputusan. 12 Pendapat mengenai disonansi pasca-keputusan juga diutarakan oleh Keisler, Collins, dan Miller, mereka berpendapat: Proses pasca-keputusan melipui perubahan kognitif yang tidak berbeda denga perubahan sikap; efek proses ini benar-benar sacara sah bisa disamakan dengan perubahan sikap. 13 Sementara itu, Antar Venus menguraikan dalam bukunya “Manajemen Kampanye”, bahwa disonansi bersifat dinamis dan memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi besarnya disonansi pada seseorang yaitu: a. Derajat Kepentingan atau seberapa penting isu tertentu bagi orang tersebut. b. Besarnya perbandingan disonansi atau kesadaran disonansi seorang manusia yang berhubunan dengan jumlah kesadarn konsonan yang dimilikinya. c. Dasar pemikiran bahwa orang dapat memerintahkan untuk membenarkan inkonsistensi. Ini berangkat dari alasan yang digunakan untuk menjelaskan mengapa inkonsistensi bisa terjadi. 14 12 Werner J.Severin - JamesW. Tankard. Jr, Teori Komunikasi, h. 166. 13 Werner J.Severin - JamesW. Tankard. Jr, Teori Komunikasi, h 166 14 Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h. 36. Selain itu dijelaskan pula, bahwa, besarnya disonansi akan menentukan tindakan yang akan diambil seseorang dan kesadaran mereka untuk mengurangi disonansi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengurangi disonansi, yaitu: a Mengubah kognisi Apabila diantara dua kognisi terdapat ketidakcocokan, maka orang dapat dengan mudah mengganti salah salah satunya agar konsisten dengan yang lainnya. b Menambah kognisi Apabila ada dua kognisi menyebabkan besarnya disonansi, in idapat dikurangi dengan menambah satu atau lebih kognisi yang sesuai atau cocok. c Mengubah atau mengganti kepentingan Antara ketidakcocokan dan kecocokan kognisi harus dipertimbangkan kepentingannya. Hal ini sangat menguntungkan untuk menukar kepentingan dari berbagai macam kognisi. d Membuat misinterpretasi informasi Apabila ada ketidaknyamanan karena informasi berlawanan dengan yang selama ini diyakini, maka akan ada kelegaan dengan menganggap bahwa telah terjadi kesalahpahaman akan informasi baru tersebut. Ini dilakukan misalnya dengan menganggap bahwa pemberi informasi tersebut adalah orang yang sebenarnya tidak mengerti hal yang ia bicarakan. e Mencari informasi pembenaran Sebuah usaha maksimal untuk membuktikan bahwa kognisi yang selama ini diyakini adalah sesuatu yang benar. Ini dilakukan dengan meminta pendapat orang lain yang akan membenarkan kognisi tersebut. 15 Teori disonansi kognitif Leon Festinger, yang menguraikan struktur kuasa dan sikap dalam pengambilan keputusan diklasifikasikan kedalam kategori teori persuasi. Hal ini diperkuat oleh Antar Venus dalam bukunya, Manajemen Kampanye. Dimana, teori disonansi kognitif menjadi bagian dari bab. “Menggunkan Teori-Teori Persuasi Dalam Praktik Kampanye”, 16 . 2. Strategi persuasi dalam Dakwah Politik atau Penyampaian pesan Pace, Peterson dan Burnett 1979 mendefinisikan persuasi sebagai “tindakan komunikasi yang bertujuan untuk membuat komunikan mengadopsi pandangan komunikator mengenai suatu hal atau melakukan suatu tindakan tertentu”. 17 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persuasi pada prinsipnya adalah setiap tindakan komunikasi yang ditujukan untuk mengubah atau memperteguh sikap, kepercayaan dan perilaku khalayak secara sukarela sehingga sejalan dengan apa yang diharapkan komunikator. 15 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h. 36-37. 16 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h. 31 17 Pace, R. Wayne; Peterson, Brent D.; Burnett, M. Dallas, Techniques for Effective Communication, New Jersey: AddisonWestley, 1979, h. 13 Pada kenyataannya setiap kegiatan persuasi selalu ditandai denganemat hal yakni: melibatkan sekurang-kurangnya dua pihak, adanya tindakan mempengaruhi secara sengaja, terjadinya pertukaran pesan persuasif, dan adanya sukarelawan dalam menerima atau menolak gagasan ditawarkan. Istilah persuasi sendiri sangat „cair’ dan mudah berubah. Bila upaya mempengaruhi itu mengndung unsur-unsur penyimpangan kebenaran isi pesan secara sengaja dan sistematis, maka hal itu disebut manipulasi. Bila pelaku lebih bersiat memaksa daripada mempengaruhi secara sukarela maka istilah yang digunakan adalah koersi. Strategi persuasi dalam implementasi teori disonansi kognitif dapat membantu mengidentifikasi proses-proses yang terjadi ketika pesan-pesan diarahkan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak. Strategi tersebut juga dapat memperkaya pemahaman mengenai tahapan efek yang akan dimunculkan dalam sebuah kegiatan kampanye maupuan aktivitas komunikasi lain yang bertujuan mempengaruhi sikap khalayaknya. Bertolak dari teori diatas, Perlof 1993 menyarankan beberapa strategi persuasi yang dapat digunakan dalam praktik kampanye yakni: a. Komunikator yang terpercaya Pesan yang diorganisasikan dan disampaikan dengan baik belum cukup untuk mempengaruhi khalayak. Diperlukan juga kommunikator yang terpercaya untuk menyampaikan pesan tersebut. Semua bukti didunika menunjukan bahwa pesan yang dirancang dan disampaikan denga sempurna tidak akan membawa perubahan perilaku jika khalayak tidak mempercayai komunikator Larson, 1992. Karena alasan ini maka kredibilitas komunikator merupakan hal yang harus diperhatikan agar ia bisa menjadi pembawa pesan yang dapat dipercaya. 18 b. Mengemas pesan sesuai dengan keyakinan khalayak Fishbein dan Ajzen Perlof, 1993 mengatakan bahwa pesan akan dapat mempunyai pengaruh yang besar untuk dapat mengubah perilaku, maupun sukap khalayak jika dikemas sesuai dengan kepercayaan yang ada pada diri khalayak. Karena dari tujuan dan tema utama dari kampanye hendaknya dibuat pesan-pesan yang sesuai dengan kepercayaan khalayak. 19 Dalam konteks dinamika Islam dan komunikasi politik Indonesia, kain sorban dan peci hitam pun sering menjadi pakaian penting para politisi dan aktivitas komunikasi politik ketika membutuhkan dukungan massa yang nota-bene mayoritas beragama Islam. c. Strategi inkonsistensi Berdasarkan teori disonansi kognitif, memunculkan sebuah pesan yang akan menimbulkan disonansi kaena tidak cocok dengan apa yang selama ini mereka percayai. Ketidak cocokan tersebut pada akhirnya akan membawanya berada pada kondisi yang aman dan membimbingkhalayak agar melakukan perubahan perilaku sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam kampanye. Salah satu contoh dari strategi ini dapat kita temui pada kampanye anti rokok. Dahulu, orang yang merokok berpikir bahwa bahaya meroko hanyalah akan menimpa 18 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h. 43-44 19 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h. 44 diri merka sendiri. Konsekuensinya, orang lain tidak punya hak untuk mencampuri dan melarang kebiasaan orang dalam merokok. Kemudian dimunculkanlah fakta- fakta hasil penelitian yang menunjukan bahwa asap rokok juga sangat membahayakan orang yang tidak merokok namun sering terkena asap rokok orang lain yang dekat dengannya. Pengetahuan ini dapat menimbulkan ketidak nyamanan pada diri perokok karena merasa merugikan orang lain ataupun anggota keluarganya yang tidak merokok. Kondisi ini akhirnya membawa mereka untuk mengurangi kebiasaan merokoknya. 20 d. Memunculkan kekuatan diri khalayak Agar dapat membuat perubahan perilaku yang permanen pada diri khalayak, salah satu hal yang harus dilakuakn adalah meyakinkan mereka secara personal mempunyai kekuatan untuk melakukan perubahan tersebut. Khalayak harus disadarkan bahwa mereka dengan segala kemampuannya pasti akan dapat megubah perilaku kurang baik menjadi perilaku yang lebih baik seperti yang dianjurkan dalam kampanye. Keyakinan bahwa seseorang secara personal mempunyai kemampuan untuk membentuk perilaku yang direkomendasikan disebut dengan persepsi kemampuan diri self-efficacy perception. Persepsi kemampuan diri ini berada pada tatran psikologi khalayak, karenanya yang harus dimunculkan dari khalayak adalah pemikiran bahwa mereka mampu merubah perilaku mereka. 21 20 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h. 47 21 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h. 45 3. Prinsip-prinsip Umum Persuasi dalam Teori Disonansi Kognitif Persuasi secara ilmiah dapat dimaknai sebagai, proses, kemampuan, atau seni mempengaruhi, ajakan tindakan atau pendapat orang lain dengan cara-cara dan alasan atau himbauan intelektual dan perspektif dan meyakinkan. 22 Menurut Hogan 1996 ada sembilan prinsip umum persuasi yang selalu dapat diterapkan dalam praktik kampanye baik dalam tataran microlevel maupun macrolevel. Berikut adalah prinsip- prinsip tersebut; a. Prinsip timbal balik. Jika manusia menerima sesuatu yang dipandang berharga, maka seketika ia akan menganggapi dengan pmemberikan sesuatu. Contoh dalam kasus ini adalah, konsultasi gratis yang diberikan peerusahaan kosmetik mengenai perawatan kulit wajah akan membuat konsumen merasa diperhatikan dan memiliki pengetahuan, yang kemudian akan membawanya untuk menggunakan produk tersebut. Hal ini bahkan bisa terjadi tanpa adanya anjuran. b. Prinsip kontras. Sepasang saudara kembar akan terlihat nyata perbedaannya jika berdiri berdampingan, apalagi dua benda yang relatif beda satu sama lain. Mereka akan semakin berbeda jika berdekatan pada ruang dan waktu. Orang cenderung akan memilih yang terbaik dari dua buah pilihan yang hampir sama tersebut. Contohnya, perusahaan real estate menwawarkan kepada seseorang berniat membeli rumah seharga 1,7 milyar, dan setelah itu ditawarkan sebuah 22 M. Dahlan Y. Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah: Seri Intelektual, Surabaya: Target Press, 2003, h.. 607 rumah seharga 2 milyar. Jika dua rumah berada dalam lingkungan yang serupa, semakin mahal rumahnya akan semakin banyak kelebihannya yang dapat ditawarkan perusahaan tersebut kepada calon konsumen. Prang cenderung mengingat hal terakhir yang mereka lihat atau diberitahu bahwa hal tersebut jauh lebih baik dari sebelumnya. Dalam kasus ini, konsumen melihat yang kedua jauh lebih bagus dan selisih harga tiga ratus juta adalah hal kecil. Karenanya dalam sebuah brosur biasanya hal yang terbaik dicantumkan pada posisi akhir den dengan ukuran yang besar. c. Prinsip karena teman. Orang akan melakukan hampir semua hal yang diminta oleh seorang teman kepadanya. Ini terjadi karena teman adalah orang yang disukai dan biasanya rasa suka ini muncul karena teman tersebut juga mempunyai banyak persamaan dengannya. Semakin banyak komunikator menunjukan persamaan dengan komunikan misalnya dalam hal ideologi, latar belakang, sikap dan sebagainya maka semakin besar kemungkinan untuk mempersuai kemungkinan. d. Prinsip harapan. Orang akan cenderung melakukan sesuatu yang ia percayai dan ia hormati. Sebuah kampanye garam beryodium untuk menurunkan jumlah penderita penyakit gondok akan dapat mempengaruhi khalayak yang memiliki harapan besar kan kesehatannya. e. Prinsip asosiasi. Manusia cenderung menyukai produk, jasa, atau gagasan yang didukung oleh oang lain yang disukai atau dihormati. Seseorang yang menyukai orang lain berhubungan dengan suatu produk, cenderung akan mempunyai asosiasi positif tentang produk yang mereka dukung. Inilah mengapa banyak kampanye promosi menggunakan selebritis dan tokoh masyarakat seperti ulama. f. Prinsip konsistensi. Seseorang yang mempunyai pendiri tertulis atau lisan dalam sebuah persoalan akan mempunyai kecenderungan yang kuat untuk membela pendirian itu tanpa peduli bukti-bukti berlawanan yang menghadangnya. Orang akan melakukan sesuati jika itu sesuai dengan pendiriannya. Jika yang ditawarkan merupakan sesuatu yang berlawanan, maka komunikator harus dapat memunculkan nilai-nilai lebih yang akania peroleh dengan melakukan tindakan tersebut dan jangan langsung mengatakan bahwa pendirian yang ia miliki harus diubah. g. Prinsip kelangkaan. Semakin langka sesuatu yang diinginkan, maka akan semakin besar nilainya. Orang juga akan melakukan sesuatu jika merasa bahwa kesempatan yang sama tidakakan ia dapatkan pada waktu dan tempat yang lain. Banyak kampanye promosi yang menggunakan prinsip kelangkaan untuk meningkatkan penjualan pada periode waktu tertentu. Ini dapat terlihat dari adanya pesan- pesan seperti “berlaku hanya pada tanggal x hingga tanggal y”. h. Prinsip kompromi. Kebanyakan orang cenderung menyetujui ide usul, produk, atau jasa yang akan dipandang bisa diterima oleh mayoritas orang lain atau mayoritas anggota kelompoknya. Orang akan menyesuaikan hal-hal yang ia lakukan dengan norma-norma yang berlaku. i. Prinsip kekuasaan. Prinsip ini juga merupakan bagian dari inti pembahasan dari teori disonansi kognitif. Semakin berkuasa seseorang dipandang oleh orang lain, semakin besar kemungkinan permintaannya akan dipertimbangkan dan akan diterima. Kekuasaan dapat menyangkut posisi yang ia miliki dalam sebuah organisasi atau kemampuan yang ia miliki didalam bidangnya. 23 Kesembilan prinsip yang menunjang teori disonansi kognitif tersebut dapat digunakanuntuk membantu merancang dan melaksanakan berbagai tindakan persuasi dalam sebuah kampanye atau aktivitas publisitas. Penggunaan masing-masing prinsip tentunya disesuaikan dengan tujuan serta khalayak sasaran kampanye. 4. Paparan Selektif dan Perhatian Selektif Teori disonansi sangat menarik perhatian kita di bidang-bidang pencarian dan penolakan informasi, sering disebut paparan selektif dan perhatian selektif. Teori disonansi memprediksikan bahwa setiap individu akan menolak informasi yang mengakibatkan disonansi. 24 Beberapa peneliti telah berpendapat bahwa seseorang tidak secara lumrah memilih atau menolak seluruh pesan paparan selektif karena kita sering tidak dapat menilai isi pesan sebelumnya. Beberapa peneliti lain mengamati bahwa biasanya kita dikelilingi oleh orang-orang dan media yang setuju dengan kita dalam isu-isu besar McGuire, 1968. Sejumlah peneliti berpendapat bahwa banyak orang yang secara khususakan memperhatikan bagian-bagian sebuah pesan yang tidak bertentangan dengan sikap, kepercayaan, atau perilaku yag dianutnya perhatian selektif dan tidak 23 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h. 48-49. 24 Werner J. Severin – James W. Tankard. Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan terapan di Dalam Media Massa, Jakarta: Kencana, 2008, h. 167 memperhatikan bagian-bagian sebuah pesan yang sangat bertentangan dengan posisinya dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau disonansi psikologis. Terdapat banyak bukti bahwa orang akan memperhatikan hal-hal yang tidak mendukung posisi mereka apabila mereka yakin bahwa hal-hal itu akan mudah disangkal, tetapi mereka akan menolak informasi yang mendukung posisi mereka bila informasi itu lemah. Bukti yang kedua tersebut dapat menyebabkan mereka kehilangan kemantapan pada posisi awal Brock dan Balloun, 1967; Lowin, 1969; Kleinhesselink dan Edwards, 1975. 25 Dalam sebuah ringkasan penelitian beberapa penulis menyimpulkan bahwa hanya ada sedikti bukti untuk mendukung hipotesis bahwa seseorang akan menolak seluruh pesan paparan selektif yang bertentangan dengan keyakinansikap mereka Brehn dan Cohen, 1962; Freedman dan Sears, 1965; Sears, 1968. Para peneliti menemukan bahwa seseorang yang berupaya mendapatkan hal-hal baru tidak selalu menolak informasi-pemicu disonansi. Manfaat informasi yang tampak misalnya, pembelajaran argumen- argumen kontra “yang tidak masuk akal” dapat mendorong seseorang untuk memperhatikan informasi-pemicu disonansi. Informasi kontradiktif yang baru, menarik, penting, relevan secara pribadi, atau menghibur mungkin tidak akan ditolak. Informasi kontradiktif yang bermanfaat dalam pembelajaran suatu keterapilan atau pemecahan sebuah masalah mungkin akan diperhatikan. Dengan kata lain, apabila pesan berisi penghargaan yang jauh melampaui ketidaknyamanan psikologis atau disonansi yang ditimbulkan, maka mungkin pesan tersebut tidak akan 25 Werner J. Severin – James W. Tankard. Jr, Teori Komunikasi, h. 167-168 ditolak. Orang lebih cenderung memperhatikan hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan, perilaku, atau pilihan mereka yang tidak terlalu kuat. Dengan keyakinan yang kuat orang yang begitu mantap dengan pandangannya tidak akan menolak informasi kontradiktif karena mereka dapat dengan mudah manangkalnya. Untuk pendapat yang berbeda, lihat Freedman dan Sears 1650, yang menyipulkan bahwa seseorang tidak menolak informasi disonan; dan Mills, 1968, yang berpendapat bahwa dalam suasana tertentu seseorang tidak menolak informasi kontradiktif. Keduanya tercantum dalam Abelson et al. 1968, yang memberikan perlakuan yang mendalam dan luas terhadap teori-teori persuasif dan konsistensi. 26 5. Disonansi kognitif sebagai upaya propaganda politik Asal istilah propaganda yang mengacu kepada gejala sosial dapat ditelusuri sampai setengah milenia yang lalu. Pada tahun 1662 Paus Gregorius XV mebentuk suatu komisi para kardinal, congregratio de Propaganda Fide, untuk menumbuhkan keimanan Kristiani diantara bangsa-bangsa lain. Secara khas para misioner itu ditugasi untuk menyebarkan doktrin ini, seorang misioner untuk satu kelompok yang terdiri atas beberapa ribu pemeluk baru yang diharapkan. Maka dari ini berasal tidak hanya istilah propaganda, tetapi juga karakteristik utama kegiatannya, yakni propaganda sebagai komunikasi satu-kepada-banyak. Propagandis adalah seseorang atau kelompok kecil yang menjangkau khalayak kolektif yang lebih besar. 27 26 Werner J. Severin – James W. Tankard. Jr, Teori Komunikasi, h. 169. 27 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 124 Selain itu, definisi propaganda yang diutarakan oleh Dan Nimmo dalam bukunya Komunikasi Politik, bahwa propaganda adalah sebuah aktivitas yang dilakukan oleh kelompok masadepan, dimana masyarakat masadepan ini memiliki tiga ciri utama, yaitu 1 komunikasi satu-kepada-banyak, 2 beroprasi terhadap orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota kelompok, 3 sebagai mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan persuasi untuk mencapai ketertiban. Jacques Ellul, seorang sosiolog dan filosof Perancis, merangkumkan ciri- ciri ini dalam mendefinisikan propaganda, yaitu komunikasi tang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakanpartisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologismelalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organiasasi. 28 Dalam konteks propaganda dakwah politik yang mengkaji tentang partai politik. Maka, propaganda dapat dicontoh tentang sifat satu-kepada-banyak dari propaganda politik. Para pembicara keliling pada masa lampau berpidato di depan kumpulan para partisan mereka; sekarang tradisi itu berlanjut dalam pidato-pidato 29 , dan rapat umum partai lainnya. Seperti yang sudah dikemukakan dalam definisi Ellul, propaganda adalah suatu alat yang dipergunakan oleh kelompok yang terorganisasi untuk menjangkau individu-individu yang secara psikologis dimanipulasi dan digabungkan kedalam 28 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, h. 123-124 29 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, h. 124 suatu organisasi. Bagi Ellul dan juga bagi sarjana-sarjana yang lain, perkembangan kelompok itu terjadi secara serempak dengan perkembangan propaganda. Propaganda adalah suatu gejala kelompok yang erat kaitannya dengan “organisasi dan tindakan – yang tanpa itu propaganda praktis tidak ada”. “propaganda yang efektif”, demikian tulis Ellul, “hany dapat bekerja di dalam suatu kelompok, pada prinsipnya di suatu negara.” 30 Suatu mekanisme kontrol sosial Dasar alasan propaganda terdapat pada teori ini, yaitu bahwa tatanan sosial dihasilkan oleh orang-orang yang secara sinambung belajar dan memperkuat kesetiaan politik, kepercayaan religius, pandangan sosial, kebiasaan, kaidah-kaidah, dan sesuatu cara hidup yang mendasar yang sama pada orang-orang tersebut. Akan tetapi, di dalam suatu masyarakat yang berdasar atas premis bahwa partisipasi rakyat yang luas di dalam peristiwa politik itu diinginkan, tidak ada kelompok yang hanya dapat duduk dan menunggu opini publik yang menguntungkan. Sebaliknya, didalam kondisi partisipasi politik massa dan konflik dengan kelompok-kelompok lain, setiap organisasi giat memobilisasi dukungan publik. Ia menyebarkan ideologinya, membangkitkan kewaspadaan jumlah besar orang, menciptakan hubungan yang erat dengan dan diantara mereka, menggalang kesetiaan mereka, dan mempertahankan ketaatan mereka. Apa yang berlaku bagi setiap kelompok yang berjuang dengan kelompok-kelompok lain di dalam suatu masyarakat, juga berlaku bagi setiap negara yang di didalam dunia penuh dengan konflik. Dengan berbagai macam teknis, setiap 30 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, h. 125 penguasa negara, atau yang bercita-cita menjadi penguasa negara, mempergunakan propaganda sebagai suatu mekanisme kontrol. 31 31 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, h. 126. 41 BAB III GAMBARAN UMUM

A. Profil Baitul Muslimin Indonesia

1. Sejarah

Baitul Muslimin Indonesia atau yang secara resmi disingkat dengan Bamusi adalah organisasi sayap keagamaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI Perjuangan. Pada rencana pendirian Baitul Muslimin Indonesia diinisiatori oleh tokoh-tokoh Islam antara lain Din Syamsudin, Sy afii Ma’arif dan Said Aqil Sirajd. Dan mendapat dukungan penuh dari Megawati Soekarnoputri. Latar belakang PDI Perjuangan mendirikan Bamusi pertama kali berawal dari gagasan almarhum Bapak Taufiq Kiemas, gagasan ini muncul dikarenakan kegelisahan Taufiq Kiemas terhadap stigma yang melekat terhadap PDI Perjuangan. Sepeti yang diungkapkan Nurmansyah E Tanjung Sekjend Baitul Muslimin Indonesia, alasan lain PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis dalam mendirikan Bamusi, dilatar belakangi adanya tiga stigma negatif yang melekat di PDI Perjuangan, diantara Tiga stigma tersebut adalah, pertama partai Preman, kedua Partai non muslim, tidak hanya itu, yang ketiga adalah partai tempat berkumpulnya orang-orang PKI. 1 1 Wawancara pribadi dengan Sekjend Baitul Muslimin Indonesia, Nurmansya E. Tanjung, DPP Baitul Muslimin Indonesia, Jakarta, 25 Juli, 2014. Maka atas inisiatif tersebutlah, Almarhum Pak Taufiq Kiemas mendatangi NU, Muhammadiyah, dan KAHMI. Dimana dimuat diberitakan juga oleh Majalah Baitul Muslimin Indonesia, dalam sebuah wawancara ekslusif bersama Taufiq Kiemas, dikatakan, dalam sebuah diskusi ketika Taufiq Kiemas mengunjungi Muhammadiyah, muncul gagasan dari Prof. Syafii Ma’arif mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Din Syamsudin Ketua Umum PP Muhammadiyah yang menawarkan gagasan perlunya PDI Perjuangan mengambil langkah strategis untuk menghapus citra kurang sedap tersebut dan juga menggugurkan adanya dikotomi antara nasionalisme dan Islam. 2 Setelah mendatangi mereka Muhammadiyah NU, maka munculah inisiatif untuk mendirikan organisasi sayap yang khusus atau untuk menampung dan mengakomodir umat Islam. Tujuan jangka pendeknya adalah untuk menepis stigma- stigma tersebut yang mengatakan PDI Perjuangan identik dengan preman, non Muslim, dan PKI. Yang betul PDI adalah rumah besar kaum nasionalis di Indonesia yang mayoritas beragama Islam, dengan menghadirkan Islam yang bernuansa Indonesia. Itulah misi kehadiran Bamusi. 3 Langkah awal pembentukan Bamusi dimulai dengan Surat Keputusan Nomor 081KPTSDPPXI2006 tertanggal 23 November 2006 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Tim Formatur Pembentukan Sebagai Organisasi Sayap di Bidang 2 Majalah Bulanan Baitul Muslimin, Penjaga Gawang Nasionalisme: wawancara Taufiq Kiemas, edisi Juli 2008. 3 Majalah Bulanan Baitul Muslimin, Penjaga Gawang Nasionalisme Keagamaan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. 4 Adapun susunan Tim Formatur tersebut adalah Hamka Haq, Arif Budimanta, Said Abdullah, Irmandi Lubis, Achmad Baskara, Zainun Ahmadi, M. Nova Andika. Diman DPP PDI Menugaskan kepada Tim Formatur untuk mempersiapkan Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, struktur organisasi, uraian tugas dan usulan nama-nama personalia organisasi sayap partai di Bidang Keagamaan tingkat pusat. 5 Pada selanjutnya Baitul Muslimin Indonesia resmi berdiri dan ditetapkan oleh DPP PDI Perjuangan dengan keluarnya Surat Ketetapan DPP PDI Perjuangan Nomor 50TAPDPPV2007 6 di Lenteng Agung, Jakarta, pada Rabu, 29 Maret, 2007 dan segenap pengurusnya dilantik oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan waktu itu Pramono Anung. 7 Di dalam SK yang ditetapkan mengenai pendirian Bamusi, dikatakan bahwa Bamusi sebagai organissi seazas dan se-aspirasi dengan PDI Perjuangan. 8 Adapun Struktur Komposisi dan Personalia Bamusi, pada waktu itu DPP PDI Perjuangan menetapkan antara lain Prof. DR. H. Hamka Haq sebagai Ketua Umum, dan Zainun Ahmadi, MH sebagai Sekretaris jenderal. 9 Dengan diresmikannya kepengurusan Bamusi, semakin melengkapi sayap-sayap organisasi yang dimiliki 4 Rapat Pimpinan Pusat Baitul Muslimin Indonesia Tahun 2013, Informasi Kegiatan PP Baitul Muslimin Indonesia Masa Bakti 2010-2015, Surabaya: PP Baitul Muslimin Indonesia, h. 9 5 Rapat Pimpinan Pusat Baitul Muslimin Indonesia Tahun 2013, h. 10 6 Surat Ketetapan DPP PDI Perjuangan, 050TAPDPPV2007, Arsip Organisasi 7 Surat Ketetapan DPP PDI Perjuangan 8 Surat Ketetapan DPP PDI Perjuangan 9 Surat Ketetapan DPP PDI Perjuangan

Dokumen yang terkait

Pembuatan Keputusan Rekrutmen politik : Suatu Studi Terhadap Pembuatan Keputusan Rekrutmen Politik Partai Politik PDI Perjuangan Dalam Rangka Pilkada Kota Pematangsiantar 2005

0 52 126

STRATEGI PARTAI POLITIK DALAM MERAIH DUKUNGAN MASSA (Studi Perbandingan Pada PDI-P dan PPP Kota Blitar)

0 7 3

Jaringan Komunikasi Politik dalam Penguatan Basis Massa (Studi pada Partai Demokrasi Indonesia [PDI] Perjuangan Kota Malang)

1 6 22

Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020)

6 36 88

IMPLEMENTASI FUNGSI PARTAI POLITIK SEBAGAI SARANA REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI P) KABUPATEN SEMARANG

2 12 139

PERAN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (

0 3 14

PENDAHULUAN Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Surakarta Dalam Rekrutmen Perempuan.

0 2 35

ANALISIS KOMPARATIF KOMUNIKASI POLITIK REKRUTMEN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK Peran Perempuan Dalam Partai Politik (Analisis Komparatif Strategi Komunikasi Politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Sur

0 2 17

STRATEGI MARKETING POLITIK PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN KABUPATEN SRAGEN UNTUK Strategi Marketing Politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Sragen Untuk Meningkatkan Citra Partai Tahun 2012.

0 2 13

PERJUANGAN PARTAI MASYUMI (MAJELIS SYURO MUSLIMIN INDONESIA) DALAM BIDANG POLITIK 1955-1959

0 3 109