melalui dakwah politiknya, merupakan langkah yang tepat dalam mempengaruhi khalayak.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Politik Bamusi
Sebagai sebuah organisasi sayap partai yang memiliki tanggung jawab dalam membantu kesuksesan partainya, bamusi diharuskan lebih banyak turun kedalam
lingkungan masyarakat,
untuk meringankanatau
bahkan menghilangkan
permasalahan yang dihadapi oleh partai dalam usaha untuk merebut simpati atau dukungan politik dari masyarakt terhadap pertai, khususnya permasalhan-
permasalahan yang identik dengan agama. Maka, dari itu tentu ada saja permasalhan-permasalahan yang dihadapi oleh
Bmusi sendiri dalam melaksanakan tugas untuk partai. Namun, secara umum seperti yang diungkapkan oleh Hamka Haq, bahwa faktor dukungan dan semangat yang
besar diberikan oleh pimpinan partai Megawati Soekarno Putri terhadap Bamusi dari muali awal pendiriannya hingga program-programnnya. Hal ini tentu saja menjadi
stimulus semangat sehinggaa rasa percaya diri didapatkan oleh bagi Bamusi dalam menjalankan roda organisasinya.
Faktor pendukung lainnya adalah, sumber daya manusia yang Bamusi miliki dalam menyusun strategi maupun materi dalam setiap aktifitas dakwahnya, didukung
oleh sumber daya manusia yang dikatakan cukup mumpuni, keberadaan Hamka Haq yang juga sebagai Guru Besar Ilmu Fiqih dari UIN Makasar, Zuhairi Misrawi yang
dikenal sebagai intelektual Islam dan masih banyak lainnya, sehingga Bamusi
memiliki suatuhal yang dianggapnya kredibilitas dalam mengajak masyarakat ke jalan Islam yang rahmatan lil allamin.
27
Selain itu, komposisi yang terdapat di kepengurusan maupun personalia Bamusi terdiri dari dua unsur Ormas yang
dominan di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan NU, sehingga Bamusi tidak sulit untuk turun ke kantong-kantong masyarakat yang memiliki karakteristik ataupun
dapat dikatakan basis massa dari salah satu Ormas tersebut. Sedangkan hal yang menjadi tantangan, ataupun penghambat dari program-
program Bamusi, tidak berupa sumberdaya manusia yang memang sudah mencukupi ataupun mupuni. Struktur Bamusi sudah tersebar di seluruh Indonesia, mengikuti
struktur-struktur partainya. Namun disadari posisi PDI Perjuangan sebagai partai oposisi, maka, kendala pendanaan adalah masalah utama yang dihadapi oleh Bamusi,
hal ini diungkapkan sendiri oleh Hamka Haq, “Hambatannya tentu menyangkut soal
dana, karena belum ada penyandang dana tetap yang menjadi tumpuan pembiayaan, apalagi partai pun tidak mempunyai dana besar, sebagai partai oposisi, partai kurang
mempunyai hubungan dengan anggaran APBN dan pengusaha tertentu. ”
28
27
Wawancara pribadi dengan Hamka Haq, Ketua Umum PP Bamusi, pada 30 Juli 2013
28
Wawancara pribadi dengan Hamka Haq, Ketua Umum PP Bamusi.
76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Diskursus mengenai dakwah politik tidak dapat terlepas dari hubungan antara konsep Islam, Politik dan Komunikasi. Islam, karena dakwah tidak terlepas dari
anjuran yang biasanya memuat konten- konten aqidah yang terkendung dalam Qur’an
maupun Sunnah, selain itu objek dan subjek dalam dakwah adalah suatu masyarakat Islam dan permasalhan yang dihadapi umat Islam, Sedangkan unsur politiknya, ialah
terjadinya perebutan kekuasaan dan kompetisi pengaruh dalam menancapkan ideologi, dan komunikasi, karena mengandung unsur yang terpadu dalam disiplin
ilmu komunikasi, yaitu, komunikator, pesan, dan komunikan. Dakwah adalah kegiatan yang mulia, karena bertujuan untuk mengantarkan
manusia pada gerbang peradaban yang dirahmati oleh Allah, hanya saja ketika pemeran ataupun pelaku dakwah tersebut mendapatkan justification dari beberapa
kalangan masyarakat yang menganut atapun berseberangan secara ideologi dengan kelompok masyarakat lain yang berdasarkan pada ideologi-ideologi religius tertentu.
Stigmatisasi yang melekat dala m diri PDI Perjuangan sebagai “punggawa”
sekulerisme dalam tatanan sosio-politik di Indonesia olleh kelompok politik maupun sosial tertentu, tentunya akan membawa konsekuensi dari masyarakat awam yang
mudah tersulut oleh isu-isu sensitif yang dihawatirkan akan merusak krediblitas agama, seperti isu sekulerisme, liberalisme maupun pluralisme.