masyarakat Muslim Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yamng Maha Esa, memiliki kepribadian, dan menjunjung tinggi kebangsaan, dan keadilan sosial.
25
Islamisme yang menjadi ideologi politik dari Bamusi, strategi yang digunakan sekilas memiliki kemiripan dengan Jalur Siyasah kepartaian yang identik dengan
Ihwanul Muslimin, jalur ini digunakan sebagai salah satu aktualisasi kader dalam dunia politik. Gagasan-gagasan yang telah dimatangkan dalam jalur jamaah
diterjemahkan dalam lapangan politik kepartaian. Karena itulah partai dianggap sebagai kelanjutan dari strategi dakwah,
26
yang paling strategis.
2. Kanan Liberal
Secara identifikasi, jika di tinjau dari pendapat As’ad Said Ali, Bamusi dapat diklasifikasikan sebgai kelompok ideologi kanan liberal. Istilah kiri dan kanan berasal
dari tradisi politik perancis. Kelompok politik kanan adalah mereka yang secara umum mendukung kebijakan penguasa atau raja pada saat itu, sedangkan yang
menawarkan perubahan dalam sistem tersebut disebut kelompok kiri. Pada saat ini, identifikasi kanan erat kaitannya dengan sebuah kelompok yang menganut atau
berfaham konservatisme atau mengusung ideologi spiritual tertentu. Disamping ideologi, jika ditinjau dari segi filsafat, Bamusi berkeyakinan
mengenai pentingnya kemerdekaan setiap individu untuk mencapai setiap tujuan yang diharapkan. Karena itu, menurutnya, semua manusia memiliki hak yang sama di
25
ADART Bamusi, pasal 10
26
As’ad Said Ali, Gerakan-gerakan Sosial-Politik Dalam Tinjauan Ideologis: Ideologi Gerakan Pasca-Reformasi, Jakarta: LP3ES, 2012, h. 77.
depan hukum yang dimaksudkan bagi kemerdekaan sipil. Isu gender yang pernah dikumandangkan dalam dakwah politiknya Bamusi, merupakan salah satu indikasi
ke-identikannya dengan ideologi kanan liberal, hal ini oleh penulis didasarkan pada ulasan diatas. Salah satu indikatornya juga mengenai pengarus utamaan gender
gender main stream. Di sini, liberaliasi tersebut ditujukan untuk menyamakan peran laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut, liberalisasi itu juga meliputi secara masif sikap
sosial, termasuk hubungan sosial dalam aspek politik dan ekonomi. Dalam konteks perpolitikan di Indonesia, peran agama dalam membentuk
karakter dan atmosfer politik sangat dominan dan terasa, sehingga ketika program PDI Perjuangan yang dianggap oleh banyak kalangan dianggap sekuler, merupakan
titik kelemahan dalam agenda politik PDI Peruangan. Sehingga kehadiran Bamusi ini merupakan perwujudan dari upaya doktrinasi Ideologi kepada khalayak melalui
pendekatan-pendekatan spiritualistik. Melalui pendekatan itulah, khalayak Islamis yang menganggap otoritas agama adalah suatu hal yang mutlak, sehingga ketika ada
suatu kelompok atau gagasan yang mencoba mendegreadasi sistem keyakinan mereka, akan menimbulkan stigma-stigma yang negatif ataupun sikap sentimen yang
lebih besar. Islam sebagai sistem keyakinan merujuk pada keberadaan ideologi-ideologi
keagamaan, sebagai sosok doktrin yang padu. Kecenderunganuntuk melihat Islam sebagai doktrin agama masih dijumpai secara luas, karena otoritas dogmatik dalam
Islam sangat tinggi. Oleh karena itu, pembenaran suatu ideologi yang dianut oleh PDI Perjuangan dengan pendekatan jalur dogmatik yang didistribusikan oleh Bamusi
melalui dakwah politiknya, merupakan langkah yang tepat dalam mempengaruhi khalayak.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Politik Bamusi
Sebagai sebuah organisasi sayap partai yang memiliki tanggung jawab dalam membantu kesuksesan partainya, bamusi diharuskan lebih banyak turun kedalam
lingkungan masyarakat,
untuk meringankanatau
bahkan menghilangkan
permasalahan yang dihadapi oleh partai dalam usaha untuk merebut simpati atau dukungan politik dari masyarakt terhadap pertai, khususnya permasalhan-
permasalahan yang identik dengan agama. Maka, dari itu tentu ada saja permasalhan-permasalahan yang dihadapi oleh
Bmusi sendiri dalam melaksanakan tugas untuk partai. Namun, secara umum seperti yang diungkapkan oleh Hamka Haq, bahwa faktor dukungan dan semangat yang
besar diberikan oleh pimpinan partai Megawati Soekarno Putri terhadap Bamusi dari muali awal pendiriannya hingga program-programnnya. Hal ini tentu saja menjadi
stimulus semangat sehinggaa rasa percaya diri didapatkan oleh bagi Bamusi dalam menjalankan roda organisasinya.
Faktor pendukung lainnya adalah, sumber daya manusia yang Bamusi miliki dalam menyusun strategi maupun materi dalam setiap aktifitas dakwahnya, didukung
oleh sumber daya manusia yang dikatakan cukup mumpuni, keberadaan Hamka Haq yang juga sebagai Guru Besar Ilmu Fiqih dari UIN Makasar, Zuhairi Misrawi yang
dikenal sebagai intelektual Islam dan masih banyak lainnya, sehingga Bamusi