27
3.3.9 Pereaksi Asam Sulfat 2 N
Larutan asam sulfat pekat sebanyak 9,8 ml ditambahkan air suling sampai 100 ml Depkes RI, 1995.
3.3.10 Pereaksi Liebermann-Burchard
Campurkan 5 ml asam sulfat pekat dengan 50 ml etanol. Tambahkan hati- hati 5 ml asam asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut Depkes RI, 1995.
3.3.11 Larutan Kloralhidrat
Sebanyak 50 g kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling Depkes RI, 1995.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1.1
Pengumpulan Bahan Tanaman
Sampel kulit buah nanas diperoleh dari buah nanas yang dibeli di pasar pagi Setia Budi, Medan. Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposif
yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama di daerah lain.
3.4.1.2 Identifikasi Tanaman
Identifikasi tanaman dilakukan Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Cibinong.
3.4.1.3 Pembuatan Simplisia
Buah nanas yang masih segar dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci dibawah air mengalir kemudian ditiriskan, dikupas untuk diambil kulitnya dan
ditimbang berat basah. Kulit buah kemudian dirajang dan dikeringkan di dalam
28 lemari pengering, setelah kering, dilakukan sortasi kering dan ditimbang berat
kering. Simplisia diserbukkan dan disimpan dalam wadah plastik.
3.4.1.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan
kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu
tidak larut dalam asam.
a. Pemeriksaan Makroskopik dan Organoleptik
Pemeriksaan makroskopik dan organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk, bau dan rasa dari kulit buah nanas segar dan simplisia kulit buah nanas.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksan mikroskopik untuk serbuk simplisia dilakukan sebagai berikut: sejumlah serbuk simplisia diletakkan diatas objek glass yang telah ditetesi larutan
kloralhidrat, ditutupi dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop. c.
Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi Destilasi toluen.
Cara Kerja: i.
Penjenuhan Toluen Dimasukkan 200 ml toluen dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat lalu
didestilasi selama 2 jam. Kemudian toluene dibiarkan mendingin selama 30 menit dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05
WHO, 1998.
29 ii.
Penetapan Kadar Air Sebanyak 5 gram serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama,
dimasukkan ke dalam labu alas bulat, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai
sebagian besar air terdestilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi
dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca
dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung
dalam persen WHO, 1998. d.
Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan dimaserasi selama 24 jam
dengan 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air sampai 1 liter menggunakan labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, 20 ml filtrat dipipet, diuapkan sampai kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah ditara dan dipanaskan pada
suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung dalam persen Depkes RI, 1995.
e. Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 95 menggunakan labu bersumbat sambil sesekali dikocok
selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, 20 ml filtrat dipipet, diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang
30 telah ditara dan dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari yang
larut dalam etanol dihitung dalam persen Depkes RI, 1995. f.
Penetapan Kadar Abu Total Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, kemudian didinginkan
dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu total dihitung dalam persen Depkes RI, 1995.
g. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida 2N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu kemudian dicuci dengan air panas dalam kurs porselen. Residu dan kertas saring dipijarkan sampai bobot
tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara Depkes RI, 1995.
3.4.2 Skrining Fitokimia