25
2.3 Tingkat Teknologi Budidaya Perikanan
Pada sistem akuakultur terdapat tingkat teknologi budidaya perikanan. Tingkat teknologi budidaya perikanan ini meliputi: budidaya perikanan ekstensif,
semi-intensif, dan intensif.
2.3.1 Budidaya Perikanan Sistem Ekstensif
Tingkat teknologi budidaya perikanan sistem ekstensif merupakan sistem bubidaya perikanan yang belum berkembang. Input produksinya sangat
sederhana. Budidaya dengan sistem ini biasanya dilakukan di kolam air tawar dan di sawah. Pengairan bergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan
biasanya kolam pekarangan yang sempit. Penggantian air kolam menggunakan air sumur dan dilakukan seminggu sekali. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi
keluarga sendiri.
Ciri-ciri pemberian pakan pada pemeliharaan ikan secara ekstensif adalah: suplemen pakan yang diberikan tidak optimum, nutrisi pakan biasanya tidak
sempurna dan tidak seimbang Ditjen Perikanan Budidaya, 2002. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur dan limbah
pertanian dedak, bungkil kelapa, dll.. Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan
yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-waktu Sugiarto, 1988.
2.3.2 Budidaya Perikanan Sistem Semi Intensif
Budidaya perikanan sistem semi intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring apung. Budidaya perikanan ini biasanya
26
digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan
pemberian pakan tambahan yang teratur.
Prasarana dalam sistem budidaya intensif ini berupa saluran irigasi yang cukup baik. Selain itu, penggantian air juga dilakukan secara rutin. Sistem semi
intensif juga dapat dilakukan secara terpadu, artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga, misalnya usaha
ternak kambing, itik dan ayam. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak
menjadi pupuk untuk kolam Sugiarto, 1988.
2.3.3 Budidaya Perikanan Sistem Intensif
Budidaya perikanan sistem intensif adalah sistem budidaya perikanan paling modern. Budidaya ikan intensif merupakan kegiatan usaha yang efisien
secara mikro tetapi inefisien secara makro, terutama apabila ditinjau dari segi dampaknya terhadap lingkungan. Sistem budidaya seperti ini akan menghasilkan
total beban limbah pakan yang lebih banyak daripada yang teretensi menjadi daging ikan. Limbah budidaya yang dimaksud merupakan akumulasi dari residu
organik yang berasal dari pakan yang tidak termakan, ekskresi amoniak, feces dan
partikel-partikel pakan Avnimelech et al., 1994.
Budidaya perikanan ini dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dengan pengairan yang baik. Intensifikasi budidaya perikanan ditandai dengan
peningkatan padat penebaran yang diikuti dengan peningkatan pemakaian pakan buatan kaya protein Avnimelech, 2006. Pembesaran ikan secara intensif
27
dicirikan dengan padat penebaran yang tinggi, teknik pemberian pakan dan
manajemen lingkungan yang baik Gunadi et al., 2009.
Pergantian air pada budidaya perikanan intensif dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap
hari sebanyak 20 atau bahkan lebih. Makanan hariannya 3 dari berat biomassa populasi ikan per hari. Makanan berupa pelet yang berkadar protein 25-26 dan
lemak 6-8. Produksi ikan yang dihasilkan cukup tinggi Sugiarto, 1988.
2.4 Ikan Lele Clarias gariepinus