38
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Juli 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Sistem Budidaya Ikan, Loka Riset Pemuliaan dan
Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar LRPTBPAT, Sukamandi, Subang,
Jawa Barat.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bak fiber bulat dengan dasar berbentuk corong ukuran 250 L, aerator, jaring penutup,
peralatan lapangan mangkok, ember, gelas plastik, corong plastik, saringan, selang, dan plastik kiloan, botol sampel, corong, pipet tetes, gelas ukur, tissue,
erlenmeyer, labu ukur, beaker glass, timbangan digital, timbangan analitik, Water quality checker, desikator, oven, vakum, pipet volumetrik, kertas saring wathman
no.42, furnance, cawan porselen, dan Spektrofotometer U-I500.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ikan lele Clarias gariepinus ukuran 50 gramekor, pakan ikan lele Pro-vite 781,
molases, bakteri komersil minabacto, reagent amonia, reagent nitrit, dan reagent
nitrat.
39
3.3 Disain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat perlakuan
dengan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah: 1.
Perlakuan A: pemberian pakan tanpa bakteri dan molases 2.
Perlakuan B: pemberian pakan dengan molases dan tanpa bakteri. 3.
Perlakuan C: pemberian pakan dengan bakteri dan tanpa molases 4.
Perlakuan D: pemberian pakan dengan bakteri dan molases.
Molases sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan bakteri sebagai agen transformasi limbah nitrogen. Kombinasi molases dan
bakteri merupakan budidaya sistem heterotrofik.
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah persiapan wadah ikan. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah berupa corong
yang terbuat dari fiber berukuran 250 liter. Wadah ini diisi air sebanyak 200 liter. Diatas corong ditutup dengan menggunakan jaring. Jaring dikaitkan dengan
kawat. Jaring ini digunakan untuk mencegah keluarnya ikan dari dalam corong akibat aktivitas ikan lele. Jumlah corong yang digunakan sebanyak 12 corong.
Aerasi dipasang pada masing-masing corong untuk mensuplai oksigen pada tiap- tiap corong.
40
Gambar 2. Bak Fiber Bulat Dengan Dasar Bentuk Corong
Penelitian ini menggunakan empat perlakuan. Dari ke empat perlakuan masing-masing perlakuan digunakan 3 ulangan, sehingga di peroleh kode
perlakuan sebagai berikut dengan jumlah corong adalah 12 corong :
Tabel 1. Kode Perlakuan Corong
Kode Perlakuan Perlakuan
1 B1
Tanpa bakteri + molases
2 A1
Tanpa bakteri + tanpa molases
3 C2
Bakteri + tanpa molases
4 D1
Bakteri + Molases
5 C1
Bakteri + tanpa molases
6 B3
Tanpa bakteri + molases
7 D2
Bakteri + Molases
8 A2
Tanpa bakteri + tanpa molases
9 A3
Tanpa bakteri + tanpa molases
10 C3
Bakteri + tanpa molases
11 B2
Tanpa bakteri + molases
12 D3
Bakteri + Molases
250 liter
41
Berikut adalah skema letak corong dan kode yang digunakan dalam
penelitian ini :
Gambar 3. Skema Letak Corong
Ikan lele berukuran 50 gramekor dimasukan ke dalam corong sebanyak 20 ekor pada masing-masing corong. Sebelum ditebar, ikan diseleksi terlebih
dahulu. Ikan yang layak digunakan adalah ikan yang memiliki organ tubuh yang
lengkap, yang aktif gesit, ukuran seragam dan tidak ternfeksi penyakit.
3.4.2 Pemberian pakan
Pemberian pakan diberikan pada ikan lele. Jumlah pemberian pakan adalah sebesar 3 dari bobot biomassa ikan. Pakan diberikan setiap hari selama
21 hari. Pakan yang digunakan berupa pakan komersil yang bersifat mengapung,
6 B3
7 D2
5 C1
8 A2
4 D1
3 C2
2 A1
11 B2
12 D3
10 C3
9 A3
1 B1
42
dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, pagi sekitar pukul 07.00 WIB,
siang sekitar pukul 13.00 WIB, dan sore sekitar pukul 16.00 WIB. Perhitungan pemberian pakan:
Total pemberian pakan mengikuti pertumbuhan ikan. Biomassa Ikan akan diukur setiap 7 hari sekali sehingga jumlah pakan yang akan diberikan diganti
setiap 7 hari sekali.
3.4.3 Pemberian Molases dan Inokulasi Bakteri
Inokulasi bakteri dilakukan sekali pada awal penelitian dengan dosis 20 ml dalam 10
6
cfuml Lampiran 3. Inokulasi bakteri hanya dilakukan pada 3 corong sesuai dengan perlakuan. Inokulasi bakteri ini hanya dilakukan sekali pada
awal penelitian.
Molases diberikan setiap pagi sebelum pemberian pakan pada ikan. Molases diberikan dengan dosis yang disesuaikan dengan bobot ikan per corong
dan sesuai dengan perhitungan CN Rasio Lampiran 4. Pemberian molases
hanya diberikan pada 6 corong sesuai perlakuan.
3.4.4 Pengamatan
Parameter yang diamati meliputi: Volatile suspended solid, amonia, nitrit, nitrat, pH, DO, dan suhu. Parameter-parameter tersebut diukur selama dua
hari sekali pada sepuluh hari pertama dan tiga hari sekali pada sepuluh hari terakhir. Hal ini dilakukan karena pada sepuluh hari terakhir parameter yang
Total pakan yang diberikan = 3 x total biomassa ikan
43
diukur tersebut dianggap sama dengan sepuluh hari pertama sehingga pengukuran
dilakukan tiga kali sehari pada sepuluh hari kedua.
3.4.4.1 Pengukuran Amonia
Pengukuran amonia ini dilakukan di laboratorium kimia dengan menggunakan Spektrofotometer U-I500 dan dilakukan pada H0, H2, H4, H6, H8,
H10, H13, H16, H19, dan H21. Pengambilan sampel air dari tiap-tiap corong pada
jam 06.00 WIB sebelum pemberian pakan dan molases.
Sampel air disaring dengan kertas saring. Sebanyak 5 ml sampel air dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,2 ml larutan fenol; 0,2 ml
larutan nitroprussida, dan 0,5 ml larutan oksidan. Lalu dibiarkan warnanya terbentuk pada suhu ruang 22-27ºC, Kemudian dikocok dan dibiarkan selama
satu jam. Lalu dianalisa dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
640
m HACH, 2005.
3.4.4.2 Pengukuran Nitrit
Pengukuran nitrit ini dilakukan di laboratorium kimia dengan menggunakan Spektrofotometer U-I500. Pengukuran ini dilakukan pada H0, H2,
H4, H6, H8, H10, H13, H16, H19, dan H21. Pengambilan sampel air dari tiap-tiap
corong pada jam 06.00 WIB sebelum pemberian pakan dan molases.
Sampel air disaring dengan kertas saring. Sebanyak 5 ml sampel air dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,1 ml asam sulfinat, lalu
dibiarkan 2-8 menit. Kemudian ditambahkan 0,1 ml larutan NED-dihidroklorida
44
dan dikocok. Lalu dibiarkan selama 10-20 menit dan akan terbentuk warna merah keunguan. Lalu dianalisa dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
540
m HACH, 2005.
3.4.4.3 Pengukuran Nitrat
Pengukuran nitrat ini dilakukan di laboratorium kimia dengan menggunakan Spektrofotometer U-I500 dan dilakukan pada H0, H2, H4, H6, H8,
H10, H13, H16, H19, dan H21. Pengambilan sampel air dari tiap-tiap corong pada
jam 06.00 WIB sebelum pemberian pakan dan molases.
Sampel air disaring dengan kertas saring. Sebanyak 2 ml sampel air dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 0,4 ml larutan Brusin 0,5.
Kemudian ditambahkan dengan hati-hati 4 ml larutan H2SO4 pekat, dan dinginkan. Lalu dianalisa dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
420
m HACH, 2005.
3.4.4.4 Pengukuran DO, Suhu, dan pH
Pengukuran kualitas air pendukung meliputi: DO, suhu, dan pH. Pengukuran kualitas air pendukung ini dilakukan pada H0, H2, H4, H6, H8, H10,
H13, H16, H19, dan H21 pada jam 06.00 WIB sebelum dilakukan pemberian pakan dan molases. Pengukuran DO, pH, dan suhu dilakukan dengan
menggunakan Water Quality Cheker.
45
3.4.4.5 Pengukuran Volatile Suspended Solid
Pengukuran Volatile suspended solid dilakukan pada H0, H2, H4, H6, H8, H10, H13, H16, H19, dan H21, bertempat di laboratorium kimia.
Pengambilan sampel air dari tiap-tiap corong pada jam 6.00 WIB sebelum
pemberian pakan dan molases.
Sampel air sebanyak 100 ml disaring dengan menggunakan kertas saring wathman 42 dan divakum. Setelah itu kertas saring filter dikeringkan di dalam
oven pada suhu 103°C selama 60 menit. Kertas saring didinginkan dalam desikator lalu ditimbang A. Setelah itu kertas saring dimasukkan ke dalam
furnance pada suhu 550°C selama 60 menit. Setelah itu didinginkan dalam
desikator dan ditimbang lagi B. Hasil timbangan A dan B dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan: A: hasil timbangan filter setelah suhu 103ºC mg
B: hasil timbangan filter setelah suhu 550ºC mg V: volume sampel air yang digunakan 100 ml
APHA, 2005.
VSS mgl = _____A
– B_____ V sampel air ml
46
3.5 Analisis Data
Hasil pengukuran setiap paramater ditampilkan secara grafis untuk melihat dinamika dari setiap parameter. Nilai pengukuran parameter pada akhir penelitian
diuji dengan analysis of variance ANOVA satu arah untuk melihat perbedaan antara perlakuan variasi pakan, bakteri, dan molases terhadap kadar amonia, nitrit,
nitrat, nilai volatil suspended solid, kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu.
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Dinamika Biomassa Bakteri
Pengukuran biomassa bakteri dalam bentuk volatile suspended solid VSS selama pengamatan 21 hari menunjukkan hasil yang berfluktuatif, namun
tidak jauh dari kurva pertumbuhan bakteri pada umumnya. Hasil pengukuran VSS selama penelitian berlangsung dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Nilai Volatil Suspended Solid Selama Penelitian
Nilai VSS secara keseluruhan dari semua perlakuan yaitu berkisar antara 0,114-0,193 mgl. Dari hari ke-0 sampai hari ke-21 biomassa bakteri secara
keseluruhan mengalami kenaikan dan diakhir penelitian mengalami penurunan
0,000 0,100
0,200 0,300
0,400 0,500
0,600 0,700
H0 H2
H4 H6
H8 H10 H13 H16 H19 H21
V S
S m
gl
A NoBak+NoMOl B NoBak+Mol
C Bak+NoMol D Bak+Mol