Wewenang Kepolisian Menurut Tinjauan Hukum Islam

Seorang Muhtasib itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1 Merdeka, akhil baligh, dan adil; 2 Memiliki pandangan yang luas serta berpegang teguh kepada ajaran Islam; dan 3 Memiliki pengetahuan yang memadai tentang bentuk-bentuk kemungkaran. Sebagian ahli fiqh menambahkan ayat lain yaitu Muhtasib harus seorang mujtahid akan tetapi, syarat ini ditolak oleh jumhur ulamak. 55 a Posisi Wilayatul Hisbah Dalam sejarah Islam, hierarki struktural wilayatul hisbah, berada di bawah lembaga peradilan wilayatul hisbah bersama dengan wilayatul qadha dan wilayatul madzalim berada di bawah qadhi al-qadha Hakim Agung. Ketiga institusi tersebut mempunyai peran yang sama, yaitu sebagai lembaga peradilan yang memutuskan sengketa dan memberikan hukuman, tetapi ketiganya mempunyai perbedaan dalam hal cakupan tugas serta wewenang. Wilayatul qadha adalah lembaga peradilan umum seperti dikenal sekarang. Wilayatul madzalim adalah lembaga peradilan yang di bentuk untuk menangani kasus keseweng-wenangan dan kezaliman pejabat pemerintah. Sedangkan, Wilayatul hisbah adalah lembaga yang bertugas mengawasi pelaksanaan syari‟at Islam dan amar ma‟ruf nahi mungkar secara umum. 56 Mengambil contoh praktik yang telah dilakukan di wilayah Kota Banda Aceh Darulssalam, wilayatul merupakan satu sistem yang khas dari sistem-sistem Islam. Ia berdiri di atas dasar tanggungjawab seorang Muslim membasmi kemungkaran dan 54 Teungku Mohammad Hasbi Ash Shiddiqie, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001 hlm. 97-98. 55 Drs. H. A. Hafis Dasuki, M.A.dkk, Ensiklopedi Islam, Jilid 1, Jakarta: PT ICHTIAR BARU VAN HOLVE, 1996, hlm. 193. 56 Ibid. menegakkan yang ma‟ruf. Hisbah mempunyai beberapa ciri kehakiman dan kekuasaan, karena itu ia boleh dianggap termasuk dalam lingkungan sistem kehakiman Islam dan sebagian dari institusi-institusi sistem ini. Maka dari itu, hisbah bukanlah sesuatu yang asing dari sistem kehakiman melainkan seperti apa yang diungkap oleh para fuqaha‟ yaitu: “kedudukannya di tengah-tengah antara hukum-hukum kehakiman dan madzalin pengadilan”. 57 Seperti apa yang dipraktikkan di Aceh, Wilayatul hisbah ini merupakan Lembaga pembantu tugas kepolisian yang tugas utamanya adalah mengawasi pelaksanaan syari‟at Islam oleh masyarakat. Posisinya sebagai “jantung” dalam dinas syari‟at Islam yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dinas ini menengakkan syari‟at. 58 Atau ini merupakan suatu tugas keagamaan, masuk ke dalam bidang amar ma‟ruf nahi mungkar. Tugas ini merupakan suatu tugas fardhu yang harus dilaksanakan oleh penguasa. Karenanya penguasa harus mengangkat orang-orang yang dipandang mampu di dalam melaksanakan tugas tersebut. Sehubungan dengan itu, seperti yang di berlakukan di Aceh wilayatul hisbah adalah lembaga pembantu kepolisian yang bertugas membina, melakukan advokasi dan mengawasi pelaksanaan amar ma‟ruf nahi mungkar. Adapun menyurh kepada kebaikan dibagikan kepada tiga bagian. Pertama menyuruh kepada kebaikan yang terkait dengan hak- hak Allah Taa‟la, salah satunya ialah perintah untuk berjamaa‟ah dan tidak menyendiri. 57 Dr. Abdul Karim Zaidan, Sistem kehakiman Islam, Kuala Lumpur; Pustaka Haji Abdul Majid, 2004, h. 78 58 Hafas Furqani, Wilayatul Hisbah, http:www.acehinstinite.org frot-html. Artikel diakses pada 20 Mei 2011, jam 13:45 WIB. Kedua, menyuruh kepada kebaikan yang terkait dengan hak-hak asasi manusia. Dan ketiga, menyuruh kepada kebaikan yang terkait dengan hak-hak bersama antara Allah Taa‟la dan hak-hak asasi manusia, contohnya seperti menyuruh para wali menikahkan gadis-gadis yatim dengan laki-laki yang se-kuju setaraf dan mewajibkan wanita-wanita yang dicerai untuk menjalani iddah masa tunggu setelah perceraian. 59 Dari uraian di atas terlihat bahwa wilayatul hisbah mempunyai kewenangan untuk: 1 masuk ke tempat tertentu yang diduga menjadi tempat terjadinya maksiat atau pelanggaran syari‟at Islam; 2 mencegah orang-orang tertentu untuk melakukan perbuatan tertentu, melarang mereke masuk ke tempat tertentu, atau melarang mereka keluar dari tempat tertentu; 3 menghubungi Polisi dengan menyampaikan laporan atau memohon bantuan dalam upaya melakukan pembinaan atau menghentikan perbuatan yang diduga merupakan pelanggaran atas qanun di bidang syari‟at Islam. 59 Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, Hukum-Hukum Peneyelenggaraan Negara Dalam Syariat Islam, Penerjemah Fadli Bahri, Jakarta: Darul Falah, 2006 Cet II, hlm. 404-408.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP WEWENANG KEPOLISIAN

DAN UNJUK RASA DI TEMPAT UMUM DI MALAYSIA DAN INDONESIA

A. Pengertian Unjuk Rasa

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum, menakrifkan unjuk rasa di tempat umum yang diatur di dalam pasal 1 ayat 3 dengan bunyinya, “ unjuk rasa atau demontrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demontrasi di muka umum”. Pendapat masyarakat umum bila ditanya tentang unjuk rasa atau demonstrasi maka mereka akan mendefinisikan demonstrasi sebagai aktivitas orang banyak yang berteriak teriak di jalan raya untuk menuntut sesuatu atau kepada sesuatu yang kadang diikuti dengan perusakan perusakan benda seperti pembakaran foto, ban, bendera dan sebagainya. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah namun sayangnya tidak jernih sekaligus menunjukkan ketidakpahaman tentang apa itu demonstrasi. Parahnya lagi bila kemudian mereka menolak atau menganggap demonstrasi tapi tidak menolak adanya pawai ramadhan, jalan sehat dengan door price sepeda motor atau kulkas, kampanye pemilu ataupun, parade militer atau bahkan untuk menuntut pembebasan tawanan tersangka dan lain sebagainya, tentu saja ini adalah buah berfikir yang kontradiktif akibat ketidakutuhan ataupun ketidakmengertian tentang hukum syara tentang “aktivitas publik”. 60

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Unjuk Rasa Di Tempat Umum 1. Sejarah Dan Pengertian dalam Islam

Mendudukkan Definisi Demonstrasi Unjuk Rasa Mudhoharoh ر ظ adalah perkara yang penting sebelum membahas apa yang didefinisikan itu sendiri, karena definisi menerangkan pada manusia tentang cakupan suatu kata sekaligus apa yang tidak dicakup dalam kata itu. Siapa saja yang salah definisi sudah pasti salah dalam menghukumi sesuatu. Sebagai contoh : sholat bila didefinisikan secara bahasa saja yaitu berdoa akan berimplikasi pada pembenaran bahwa siapa saja yang berdoa pada jam dan dengan cara apapun maka dia termasuk sudah sholat. Namun ketika sholat di definisikan sebagai aktivitas yang dimulai dari takbiratul ikram hingga salam maka akan berimplikasi bahwa orang yang sekedar berdoa saja tidak dianggap melakukan sholat. 61 Demonstrasi itu berasal adalah bahasa inggris, maka kita lihat definisi dari Longman Dictionary Pertama; an event at which a large group of people meet to protest or to support something in public aktivitas oleh sekelompok orang yang bertemu untuk bersama-sama memprotes atau mendukung sesuatui di tempat umumKedua; an act of explaining and showing how to do something or how something works aktivitas untuk menjelaskan dan menunjukkan cara melakukan sesuatu atau menunjukkan bagaimana 60 Moh. Mufid, Politik dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004, cet. I, h. 9 61 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. III, edisi ke-III, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 886 sesuatu itu bekerja 62 dari definisi diatas tampak bahwa demonstrasi memiliki makna ganda yaitu untuk 1 menunjukkan kemampuan ataupun 2 mendukungmenentang usulan di tempat umum, baik kepada pemerintah ataupun kepada selain pemerintah. Demonstrasi baik itu untuk menentang ataupun mendukung-pun banyak bentuknya, baik berupa aktivitas orasi di jalan ataupun dalam bentuk pawai marchs, rally berkumpul mendengarkan orasi, picketing yakin duduk dan diam saja dengan membawa spanduk, dan sebagainya. 63 Ada pendapat yang membedakan istilah demonstrasi mudhoharoh dengan pawai masirah, namun yang benar adalah bahwa pawai masirah merupakan salah satu bentuk dari demonstrasi mudhoharoh 64 Baginda Muhammad SAW mencontohkan Demonstrasi dalam bentuk pawai long march masirah ريس . Rasulullah SAW bersama para sahabat Abu Bakar, Umar, Hamzah dan lain-lain mencontohkan bagaimana supaya kalimat Tauhid dikenal di tengah masyarakat dengan cara demonstrasi dalam bentuk pawai. 65 Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, di dalamnya disebutkan: Bahwa Umar bin Khathab pernah berkata kepada Nabi SAW, “Wahai Rasululullah, bukankah kita ini berada di atas kebenaran walaupun kita mati atau tetap hidup? Beliau menjawab, “Benar, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan- Nya, sesungguhnya kalian berada di atas kebenaran walau kalian mati atau hidup.” 62 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994, h. 211 63 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer Referensi Ilmiah Ideologi, Politik, Hukum, Ekonomi, Budaya, dan Sains, Surabaya: Gitamedia Press, 2006, cet. I, h. 39 64 http:mmursyidpw.wordpress.com20100305unjuk-rasa-tinjauan-dari-sudut-pandang-edukasi 65 DR Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam,Jakarta:PT raja Grafindo persada 2008 c. I h, 145.