Di Indonesia Tugas dan Wewenang Kepolisian 1. Di Malaysia

b Pasukan Polisi Negara Republik Indonesia tumbuh dan berkembangnya Polisi Republik Indonesia tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak promalasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi militer bersama-bersama kesatuan bersenjata yang lain. Keadaan seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya kesatuan bersenjata yang relatif lebih lengkap. Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan Polisi ini segera mengganti nama menjadi Pasukan Polisi Republik Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh inspektur Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah juga membangkitkan semangat moral dan patriotisme seluruh rakyat maupun persatuan bersenjata lain yang patah semangat akibat kekalahan perang yang panjang. Tanggal 29 september 1845 tentara sekutu yang di dalamnya juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan alasan ingin menghalau tentara Jepang dari negara tersebut. Pada kenyataannya pasukan sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh itu perang antara sekutu dengan pasukan Indonesia terjadi di mana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal sebagai “Pertempuran Surabaya”. Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai Hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh rakyat Indonesia. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat perwiranya mampu menggetarkan dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB masih melihat eksisnya bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Kini tugas Polri yang utama adalah menjaga keamanan dan ketertiban di dalam negeri dan lain-lain. c Tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia tugas kepolisian dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu tugas represif dan tugas prevensif. Tugas represif ini adalah mirip dengan tugas kekuasaan executive, yaitu menjalankan peraturan atau perintah dari yang berkuasa apabila telah terjadi peristiwa pelanggaran hukum. Sedangkan tugas prevensif dari kepolisian ialah menjaga dan mengawasi agar peraturan hukum tidak dilanggar oleh siapapun. Tugas utama dari kepolisian adalah memelihara di dalam negeri. Dengan ini nampak perbedaan dari tugas tentara yang terutama menjaga pertahanan Negara yang pada hakikatnya menunjuk pada kemungkinan ada serangan dari luar Negeri. Sementara itu, dalam Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 pasal 13 dijelaskan bahwasanya tugas pokok kepolisian adalah: a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum; dan c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya pada pasal 14 dijelaskan bahawasanya dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas: a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan; c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan d. Turut serta dalam membina hukum nasional; e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; f. Melakukan kordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Mengenai ketentuan-ketentuan penyelidikan dan penyidikan ini, lebih jelasnya telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHP yang diantaranya menguraikan pengertian penyidikan, penyelidikan, penyidik dan penyelidikan serta tugas dan wewenangnya. h. Menyelenggarakan indenfikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psaikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian; i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi atau pihak yang berwenang; k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalan lingkup tugas kepolisian serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 19 b Wewenang Kepolisian pasal 15 Undang-Undang kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 menyatakan bahawasanya dalam rangka menyelenggrakan tugas sebagaiman dimaksudkan dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang: a. Menerima laporan atau pengaduan; b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga yang dapat menggangu ketertiban umum; 19 H. Warsinto Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, Jakarta; Prestasi Pustaka Publisher, 2005 cet, I, hlm. 40 c. Mangawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; d. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian; e. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan; g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; h. Mengambil sidik jari dan indentitas lainnya serta memotret seseorang; i. Mencari keterangan dan barang bukti; j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional; k. Mengeluarkan surat izin atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat; l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu. 20 Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang- undangan lainnya berwenang: a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya; 20 Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Jakarta: CV Sandaan, 1984, cet I, hlm. 40 b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik; e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam; f. Memberikan izin dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan; g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional; i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional; k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian. Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 dan 14 dibidang proses pidana, maka kepolisian mempunyai wewenang yang telah diatur secara rinci pada pasal selanjutnya. Seorang anggota polisi dituntut untuk menentukan sikap yang tegas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Apabila salah satu tidak tepat dalam menentukan atau mengambil sikap, maka tidak mustahil akan mendapat cercaan dari masyarakat. Oleh kerana itu dalam menjalankan tugas dan wewenangnya harus berlandaskan pada etika moral dan hukum, bahkan menjadi komitmen dalam batin dan nurani bagi setiap insan polisi, sehingga penyelenggaraan fungsi, tugas dan wewenang kepolisian bisa bersih dan baik. Dengan demikian akan terwujud konsep good police sebagai prasyarat menuju good governance, hal yang patut disayangkan saat ini ialah banyaknya polisi yang masih belum bisa menjalankan fungsi dan perannya secara baik dan benar. Polisi yang seharusnya berfungsi sebagai pihak penegak hukum justeru memanfaatkan setatusnya tersebut untuk melanggar hukum, membela pihak yang salah asalkan ada kompensasi dan menelantarkan pihak yang benar yang mestinya mendapatkan pembelaan. sering kita mendengarkan dan menyaksikan kasus-kasus kriminal di mana polisi seringkali terlibat di dalamnya. . Kedudukan Kepolisian Dalam Ketatanegaraan Indonesia, sistem Pemerintahan Negara Indonesia pada Tahun 1945 – 1949 terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD ‟45 antara lain: i. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan wewenang MPR. ii. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer berdasarkan usul BP – KNIP. 21 Seterusnya pada Tahun 1949 – 1950 Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah system parlementer cabinet semu Quasy Parlementary. Sistem Pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukan cabinet parlementer murni karena dalam system parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap kekuasaan pemerintah. Pada Tahun 1950 – 1959 Landasannya adalah UUD ‟50 pengganti konstitusi RIS ‟49. Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer cabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Ciri-ciri: a. presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat. b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan. c. Presiden berhak membubarkan DPR. d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden. Tahun 1959 – 1966 Demokrasi Terpimpin Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya 21 H. Warsinto Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, Jakarta; Prestasi Pustaka Publisher, 2005 cet, Im hlm. 35 sehingga nasib parpol ditentukan oleh presiden 10 parpol yang diakui. Tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat. 22 Tahun 1966 – 1998 Orde baru pimpinan Soeharto lahir dengan tekad untuk melakukan koreksi terpimpin pada era orde lama. Namun lama kelamaan banyak terjadi penyimpangan- penyimpangan. Soeharto mundur pada 21 Mei ‟98. 23 Tahun 1998 – Sekarang ReformasiPelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak pada parpol maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk unjuk rasa. Secara gambaran umum, kedudukan sistem pemerintahan mengikut kedudukan sejarah adalah; Pertama, Sistem Pemerintahan menurut UUD ‟45 sebelum diamandemen: a. Kekuasaan tertinggi diberikan rakyat kepada MPR. b. DPR sebagai pembuat UU. c. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan. d. DPA sebagai pemberi saran kepada pemerintahan. e. MA sebagai lembaga pengadilan dan penguji aturan. f. BPK pengaudit keuangan. Kedua, Sistem Pemerintahan setelah amandemen 1999 – 2002 a. MPR bukan lembaga tertinggi lagi. b. Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh rakyat. 22 Ibid, hlm. 40 23 Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Jakarta: CV Sandaan, 1984, cet I, hlm. 24 c. Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat. d. Presiden tidak dapat membubarkan DPR. e. Kekuasaan Legislatif lebih dominan. Kedudukan kepolisisan di dalam ketatanegaraan Indonesia adalah posisi Polri dalam konstelasi ketatanegaran disimak bersama sejarah perjalanannya ;1 April 1999 Presiden BJ Habibie konsisten terhadap keputusan politiknya, sebagaimana diucapkan pada HUT ABRI 5 Oktober 1998 memisahkan Polri dari stuktur Komando ABRI. Konsistensi itu memberi kedudukan Polri sebagai lembaga yang berdiri sendiri diberikan otonomi dalam melaksanakan tugasnya sekalipun masih berada dengan Menhankam Pangab. 24 Kendatipun Polri sudah keluar dari struktur ABRI namun masih ada intervensi terhadap pelaksanaan tugasnya -- karena Polri masih harus tunduk pada UU no 20 tahun1982 tentang Pokok- pokok Pertahanan Keamanan Negara dan UU no 2 tahun 1998 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata Indonesia. Sebagai aparat penegak hukum dimana Polri berada dalam satu tatanan yaitu Criminal Justice System di satu fihak harus berperan sebagai penegak hukum dalam sistim peradilan , disisi lain ha rus tunduk pada “ hukum tentara, dalam UU No 28 tahun 1997 tentang Polri nampak memiliki otoritas hukum secara penuh, namun dalam UU no 2 tahun 1998 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata Indonesia , jika tidak patuh dan loyal maka kena sangsi tidak naik pangkat, tidak memangku jabatan. Ironisnya bisa terlunta-lunta. 24 H. Warsinto Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, Jakarta; Prestasi Pustaka Publisher, 2005 cet, Im hlm. 40 Sebagai institusi penegak hukum yang berada dalam Criminal Justice System, Polri tidak boleh ditempatkan di departemen manapun atau bahkan membentuk departemen sendiri sebab departemen mengemban fungsi eksekutif. Karena Polri bukan perangkat kebijakan maka tak dapat dikelompokan ke dalam fungsi eksekutif. Polri juga tak bisa ditempatkan dilembaga yudikatif , agar dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum ada check and balance. Perannya terbatas untuk merumuskan peraturan pelaksanaan bersifat administratif. Mencermati perkembangan Polri dalam konstelasi ketatanegaraan, Presiden Abdurahman Wahid mengambil keputusan politik yang sangat arif yaitu menerbitkan Surat Keputusan Presiden Nomor 89 Tahun 2000 tentang Kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia tertanggal 1 Juli 2000. 25 Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas pokok menegakkan hukum,ketertiban dan memelihara keamanan dalam negeri. KepolisianNegara Republik Indonesia berkedudukan langsung di bawah Presiden. Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kepolisian Negara Republik Indonesia berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung , Departemen Hukum Perundangan dan HAM dan dalam urusan yustisial dan dengan Deperteman Dalam Negeri dalam urusan ketentraman dan ketertiban umum. Penegakkan supremasi hukum di Indonesia bukan hanya dituntut oleh masyarakat Indonesia, namun 25 Sadjijono, Menganal Hukum Kepolisian, , Jakarta; Prestasi Pustaka Publisher, 2005 cet, I hlm. 305 masyarakat internasional khususnya kalangan investor mereka menuntut adanya kepastian penegakkan hukum dan jaminan keamanan untuk mengamankan investasinya. 26 Di dalam Pasal7 ; tentang susunan dan Kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia ; ayat 1 Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan Kepolisian Nasional yang organisasinya disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai daerah. Ayat 2 Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden. Ayat 3 Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Sejalan dengan komitmen reformasi, kalangan Parlemen cerdas melihat kepentingan nasional serta internasional, maka dalam Sidang Tahunan 2000 menerbitkan TAPMPR VII 2000. Dalam eleborasinya, Bab II tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 6 ; peran Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Kesimpulannya, perbandingan sistem pemerintahan Indonesia dengan sistrem pemerintahan negara lain adalah Berdasarkan penjelasan UUD ‟45, Indonesia menganut sistem Presidensia. Tapi dalam praktiknya banyak elemen-elemen Sistem Pemerintahan Parlementer. Jadi dapat dikatakan Sistem Pemerintahan Indonesia adalah perpaduan antara Presidensial dan Parlementer. 26 Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Jakarta: CV Sandaan, 1984, cet I, hlm. 30

B. KEDUDUKAN HAK-HAK UNJUK RASA DI MALAYSIA DAN INDONESIA

Pengertian unjuk rasa atau demonstrasi demo adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. 27 Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau menentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang menentang kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas dengan perlakuan majikannya. Namun unjuk rasa juga dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan lainnya. 28 Sementara perkataan de·mon·stra·si pernyataan protes yg dikemukakan secara massal; unjuk rasa. adapun menurut Oxford Dictionary de.mon.stra.ion also informal demo especially in BrE [C] ~ against sbsth a public meeting or march at which people show that they are protesting against or supporting sbsth: to take part in go on a demonstration to hold stage a demonstration mass demonstrations in support of the exiled leader anti-government demonstrations a peaceful violent demonstration. 29 unjuk rasa sebagai cara menyampaikan pendapat adalah hal yang biasa dalam negara yang menganut demokrasi. Namun, etika tetap harus dijaga. Pengunjuk rasa harus 27 Y. Istiyono Wahyu dan Ostaria Silaban, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Batam, Karisma Publishing Group, 2006, h. 200. 28 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer Referensi Ilmiah Ideologi, Politik, Hukum, Ekonomi, Budaya, dan Sains, Surabaya: Gitamedia Press, 2006, cet. I, h. 39 29 http:mmursyidpw.wordpress.com20100305unjuk-rasa-tinjauan-dari-sudut-pandang-edukasi berangkat dari niat baik demi kemajuan bangsa dan negara, karena bagaimanapun juga unjuk rasa merupakan elemen dari demokrasi guna mengemukakan pendapat, bukan memaksakan kehendak. Unjuk rasa harus menjunjung etika dan tidak boleh melakukan kekerasan. Unjuk rasa, apalagi dengan jumlah massa yang besar, tak harus menimbulkan ketakutan dalam diri warga lainnya. Tetapi siapa yang berani menjamin keadaan bisa terkendali seperti itu? Sebab pada kenyataannya yang terjadi lebih sering sebaliknya. Pada setiap kegiatan unjuk rasa, kata-kata kotor seakan menjadi lagu wajib yang harus dinyanyikan dengan penuh semangat sebagai media guna mencaci maki, menghasut, bahkan tidak jarang memprovokasi sehingga berujung pada anarki. 30 Jika sudah demikian, pelajaran demokrasi, akhlaq, dan budi pekerti yang diajarkan di sekolah seolah sama sekali tak lagi berarti. Sungguh mengherankan dalam keadaan seperti ini masih saja ada orang berucap “Inilah Pendidikan Politik” 31

1. kedudukan Hak-Hak Unjuk Rasa Di Malaysia

Apa yang terkait terhadap hak unjuk rasa ditempat umum hanyalah menfokuskan hak yang terkait berpolitikan, seperti demontrasi massa berkaitan hak melibatkan ketidakpuasan terhadap pemerintahan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Dalam hal ini, konstitusi Malaysia telah menyatakan bahwa hak kebebasan warga negara atau hak 30 Dede Rosyada, dkk., Pendidikan Keawarganegaraan Civic Education: Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyrakat Madani, Jakarta: Tim ICCE UIN Syyarif Hidayatullah Jakarta dan Prenada Media, 2003, Cet. I, Edisi Revisi, h. 202 31 Michael Rush and Phillip Althoff, Pengantar Sosialogi politik, Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda, 2003, cet. 3, h. 46 kewarganegaraan merupakan status istimewa yang harus dinikmati oleh warga dalam sebuah negara. Kedudukan ini memberikan hak dan kemudahan tertentu. Status kewarganegaraan ini juga sekaligus menuntut tanggung jawab tertentu pula. Hak-hak yang diperoleh oleh seorang warga negara yaitu: 1. Berhak menjadi pemilih dalam pemilihan raya pemilihan umum; 2. Berhak untuk turut ikut atau aktif dalam politik termasuk berkompetisi dalam pemilihan raya untuk menduduki jabatan politik seperti menteri dan lain-lain; 3. Berhak mengisi jabatan ekslusif yang dikhususkan untuk warga negara saja; 4. Bebas memiliki tanah serta layak dipertimbangkan untuk mendapat keistimewaan- keistimewaan yang berhubungan dengan pembangunan harta; 5. Berhak menerima berbagai faedah dan kemudahan dalam negerinya termasuk pelayanan, pendidikan dan sebagainya; 6. Bebas bergerak dalam negeri; dan 7. Tidak boleh dibuang atau diasingkan ke luar negeri. 32 Kebebasan untuk berunjuk rasa dijamin di dalam Konstitusi Malaysia, sebagaimana yang diatur di dala m pasal 10 bahwa, “ setiap orang bebas untuk mengeluarkan pendapat, berkumpul dan lain- lain”. Perlembagaan Persekutuan menjamin kebebasan berpendapat, berkumpul dan sebagainya. Walau bagaimanapun parlemen dapat memberikan batasan yang dirasakan perlu demi menjaga keselamatan Persekutuan dan negara-negara bagian untuk ketentaraman umum. 32 Tun Mohd Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia, cet. III, AmpangHulu Kelang Selangor Darul Ehsan: Dawama Sdn. Bhd, 2006, h. 259