Pengertian Multi-Level Marketing MLM dan Distributor MLM

17 bahkan sejak manusia masih berupa janin dalam rahim seorag ibu. Melalui pendidikan sebagai proses budaya akan tumbuh dan berkembang nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia seperti keimanan dan kelakuan, akhlak, disiplin dan etos kerja serta nilai-nilai instrumental seperti penguasaan IPTEK dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian bangsa Subri, 2003. Oleh karena itu masyarakat dapat mengambil langkah-langkah yang lebih bijaksana dalam bertindak dan mengambil keputusan serta menjadikan pendidikan sebagi investasi yang penting dan produktif bagi kemajuan dalam segala segi kehidupan.

3. Pengertian Multi-Level Marketing MLM dan Distributor MLM

Mulit-Level Marketing MLM berasal dari kata Multi yang berarti banyak dan level yang berarti jenjang atau tingkat. Sedangkan Marketing artinya pemasaran. Jadi Mulit-Level Marketing adalah pemasaran yang berjenjang banyak Tarmizi Yusuf, 2000. Dikatakan Mulit-Level Marketing MLM karena organisasi distributor penjualnya berjenjang banyak. Organisasi distributor bertingkat- tingkat, tidak hanya satu atau dua tingkat saja, akan tetapi lebih dari tiga atau empat tingkat. Jika seseorang mempunyai status sebagai distributor dalam usaha tersebut, maka ia dapat mengajak orang lain untuk ikut juga menjadi distributor dalam usaha Mulit-Level Marketing 18 MLM, kemudian orang lain tersebut dapat pula mengajak orang lain untuk menjadi seorang distributor dalam usaha Mulit-Level Marketing MLM dan seterusnya. Dalam mengajak orang lain untuk bergabung dalam usaha Mulit-Level Marketing MLM tidak dibatasi sampai beberapa tingkat atau beberapa level. Menurut Purnawan 1998, konsep inti dari pemasaran adalah proses sosial dan manajemen dimana pribadi-pribadi atau kelompok memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi sistem pemasaran secara sederhana berarti memindahkan suatu produk dan atau jasa dari produsen ke konsumen. Perpindahan produk dan atau jasa tersebut dapat dilakukan melalui beberapa metode, antara lain: Failla, 1996 a. Eceran atau ritel b. Penjualan langsung c. Sistem pemasaran multi level MLM ini pada dasar prinsipnya adalah sistem pemasaran yang banyak menggunakan jenjang dan sumber daya manusia, dalam suatu organisasi. Sistem ini dirancang guna memindahkan produk dan atau jasa dari produsen ke konsumen, dengan memakai pendekatan langsung dari pribadi ke pribadi Tomsic, Hardwick., 1997. 19 Purnawan 1998 menyatakan, pada bisnis MLM banyak orang yang akan terlibat dalam pendistribusian produk dan atau jasa yang biasa disebut Distributor MLM. Akibatnya, setiap orang akan bekerja lebih ringan pada saat terjadinya penjualan. Selain itu, mereka yang terlibat dalam MLM memiliki kebebasan untuk menikmati hidupnya karena mereka bekerja untuk dirinya sendiri. Pada MLM, setiap orang yang berada di posisi atas maupun di posisi bawah pada struktur jenjang organisasi, memiliki peluang yang sama. Sistem MLM memberikan peluang yang cukup luas bagi setiap orang yang memiliki hasrat dan ambisi untuk mencapai puncak keberhasilan. Di dalam ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 16 tahun 2000 UU KUP, distributor MLM dikategorikan sebagai pengusaha karena sebagai orang pribadi dianggap melakukan usaha perdagangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 571KMK.032003, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku para distributor tadi melakukan penyerahan BKP atau JKP dengan jumlah peredaran bruto lebih dari Rp 600 juta, maka yang bersangkutan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak PKP. Apabila sudah PKP maka distributor MLM mutlak harus menjalankan kewajibannya yakni memungut-menyetorkan-melapor PPN terutang. Namun meski peredaran bruto atas penyerahan BKP 20 atau JKP-nya tidak melebihi Rp 600 juta, distributor boleh memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP. Secara khusus, pengenaan PPh atas penghasilan sehubungan kegiatan MLM diatur dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE- 39PJ.431999. dalam surat edaran tersebut di antaranya diatur hal-hal sebagai berikut: a. Terhadap setiap pembelian produk dari perusahaan MLM, para anggota dapat membayar dengan harga distributor harga yang diberlakukan terhadap anggota, sedangkan untuk penjualan produk tersebut kepada konsumen yang bukan anggota, perusahaan MLM menetapkan harga yang dianjurkan. Selisih antara harga yang dianjurkan dengan harga distributor merupakan keuntungan yang dinikmati oleh distributor. b. Dalam hal produk yang dibeli oleh distributor dari perusahaan MLM tidak seluruhnya terjual maka perusahaan MLM menjamin untuk membeli kembali produk tersebut. c. Setiap bulan perusahaan MLM akan memberikan rabat kepada distributor. Rabat tersebut diberikan dalam bentuk persentase tertentu secara bertingkat sesuai dengan akumulasi pembelian yang dilakukan oleh distributor. d. Rabat pada hakekatnya adalah komisi penjualan yang diberikan oleh perusahaan MLM kepada distributor. 21 e. Berdasarkan Pasal 11 ayat 2 keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP-281PJ1998 tanggal 28 Desember 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan pasal 21 dan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegaitan orang pribadi sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 101994, diterapkan atas Penghasilan Kena pajak dari penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan kegiatan MLM. Besarnya penghasilan bruto bulan yang bersangkutan dikurangi dengan PTKP per bulan. f. Perlakuan perpajakan atas penghasilan yang diterima oleh setiap distributor upline dan downline sehubungan dengan kegiatan MLM adalah: 1 Atas rabat merupakan penghasilan yang terutang dan harus dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21. 2 Atas penghasilan karena selisih antara harga distributor dengan harga yang dianjurkan oleh perusahaan Multilevel Marketing adalah merupakan penghasilan yang harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. 22

4. Konsep Dasar Perpajakan