9 modal dan pendapatan asli daerah. Dan penelitian Sembiring menggunakan data
realisasi sedangkan penelitian ini menggunakan data anggaran.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut, penelitian ini
bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Nilai Aset Tetap Yang Akan Dipelihara, Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah
Terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan Dalam Penyusunan APBD pada
Kabupatenkota Di Provinsi Sumatera Utara.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi rumusan masalah yakni: Apakah nilai aset tetap yang akan dipelihara, belanja modal dan
pendapatan asli daerah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada
kabupatenkota
di wilayah Provinsi Sumatera Utara?.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara, belanja modal dan
pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada
kabupatenkota
di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
:
1 Untuk Peneliti: Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang berguna bagi mereka yang ingin mengkaji dan
10
meneliti lebih dalam mengenai pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan, belanja modal pendapatan asli daerah terhadap
anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada
kabupatenkota
. 2 Untuk Para Praktisi: Dapat memberikan informasi khususnya kepada
Pemerintahan Daerah, sejauh mana pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara, belanja modal dan pendapatan asli daerah
berpengaruh pada anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD serta dapat menjadi masukan dalam mengambil keputusan di
masa yang akan datang.
3 Untuk AkademisiPengembangan Ilmu: Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi
pemerintahan serta membuktikan secara empiris tentang pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara, belanja modal dan pendapatan
asli daerah mempengaruhi anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1.
Agency Theori
Teori keagenan Agency Theory merupakan sebuah kontrak antara seseorang atau lebih yang disebut sebagai Principal yang menunjuk orang yang
lainnya yang disebut sebagai Agen untuk menjalankan layanan sesuai dengan kepentingan Principal, yang mencakup pendelegasian beberapa kewenangan
pengambilan keputusan kepada Agen Jensen dan Meckling, 1976, dalam McCue dan Prier. Stassart de Visscher 2005 dalam Legrain dan Auwers 2006
menjelaskan bahwa: The supervisory authority thus becomes the principal, which, for reasons
of efficiency,delegates part of its mission to specialized implementing parties the agents. Their relation is mainly governed by means of a
contract formal or no, which determines therights and obligations of each party, including the results that the principal would like tosee, as well
as the resources made available by the principal to enable the agencies tocarry out the assignment given to them.
Akibat yang ditimbulkan dari penerapan teori keagenan dapat menimbulkan hal positif dalam bentuk efisiensi, tetapi lebih banyak yang
menimbulkan hal negatif dalam bentuk perilaku opportunistik opportunistic behaviour. Hal tersebut terjadi karena pihak agensi memiliki informasi keuangan
yang lebih daripada pihak prinsipal keunggulan informasi, sedangkan dari pihak prinsipal memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri self-
12
interest karena memiliki keunggulan kekuasaan discretionary power. Masalah keagenan yang timbul di kalangan eksekutif cenderung memaksimalkan utiliti
self-interest dalam pembuatan atau penyusunan anggaran APBD, karena memiliki keunggulan informasi asimetri informasi. Akibatnya eksekutif
cenderung melakukan ”budgetary slack”. Hal ini terjadi disebabkan pihak eksekutif akan mengamankan posisinya dalam pemerintahan di mata legislatif dan
masyarakatrakyat, bahkan untuk kepentingan pilkada berikutnya, tetapi budgetary slack APBD lebih banyak untuk kepentingan pribadi kalangan
eksekutif self interest daripada untuk kepentingan masyarakat. Latifah, 2010. Teori keagenan berfokus pada persoalan asimetri informasi:
agen mempunyai informasi lebih banyak tentang kinerja aktual, motivasi, dan tujuan, yang berpotensi menciptakan moral hazard dan adverse selection.
Prinsipal sendiri harus mengeluarkan biaya costs untuk memonitor kinerja agen dan menentukan struktur insentif dan monitoring yang efisienPetrie, 2002. Lebih
lanjut, Kasper dan Streit 1999 dalam Abdullah dan Asmara 2006menjelaskan bahwa dengan adanya asimetri informasi di antara eksekutif-legislatif
danlegislatif-pemilih menyebabkan terbukanya ruang bagi terjadinya perilaku oportunistik dalamproses penyusunan anggaran, yang justru lebih besar
daripada di dunia bisnis yang memiliki automatic checks berupa persaingan. Penelitian empiris Syukriy Abdullah 2006 menunjukkan pihak legislatif
di sebagian pemerintah daerah di Indonesia berperilaku opportunistik dalam penyusunan APBD dan digunakan sebagai political corruption.
13
2.1.2. Pengertian APBD
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP, 2005, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD membuat rencana pendapatan dan rencana belanja untuk satu tahun yang
setiap tahunnya disusun oleh kepala daerah dan disampaikan kepada DPRD untuk ditetapkan.
Pengertian APBD menurut Direktorat Jenderal Pemerintah Umum dan Otonomi Daerah adalah
“Anggaran daerah yang lazim disebut dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD merupakan gambaran keseluruhan perencanaan
keuangan dan program kerja pemerintah daerah selama satu tahun anggaran yang membuat seluruh perkiraan kegiatan dalam bentuk angka-
angka baik pada sisi pendapatan maupun pada sisi belanja.”
Dari uraian diatas maka Anggaran daerah merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Anggaran merupakan
rencana programkegiatan yang diukur dalam satuan uang yang berisikan perkiraan kebutuhan belanja dalam satu periode tertentu serta sumber dana yang
yang diusulkan untuk membiayai belanja tersebut. Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan
14
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah APBD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Soetjipto dan Sudikdiono 2011 mendefinisikan anggaran sebagai “rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja; gambaran
strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk pembangunan, alat pengendalian, instrumen, politik dan disusun dalam periode tertentu”
Dengan demikian, APBD merupakan suatu rencana keuangan pemerintah daerah yang membuat anggaran pendapatan, anggaran belanja dan anggaran
pembiayaan untuk satu periode tahun anggaran yang telah disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD serta ditetapkan melalui peraturan daerah.
Berdasarkan hal diatas, anggaran yang belum ditetapkan dengan peraturan daerah tentu tidak akan bisa dilaksanakan kecuali terdapat ketetapan khusus yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengecualikannya. Format APBD sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 tahun 2006 adalah sebagai berikut. Tabel 2.1.1. Format APBD
Pendapatan A
Belanja B
Surplusdefisit C = A-B
Penerimaan Pembiayaan D
Pengeluaran Pembiayaan E
Pembiayaan Netto F = D-E
SiLPA G = C+F
15
2.1.3. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu jenis pendapatan pada pemerintahan daerah. Menurut standar akuntansi pemerintahan KSAP, 2005
pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum NegaraDaerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan Pemerintah Daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, pendapatan
transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah
PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan
yang terdiri dari: a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Berdasarkan uraian diatas, dapat diuraikan bahwa pendapatan asli daerah
adalah penerimaan daerah yang bersumber dari sumber ekonomi asli daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang menjadi hak pemerintah yang tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.
16
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 disebutkan bahwa Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup: bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD, bagian laba
atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintahBUMN; dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha
masyarakat. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah merupakan pendapatan asli
daerah yang diperoleh Pemerintah Daerah di luar pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, seperti: hasil penjualan
kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk
lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan
denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian dan lain-lain.
17
2.1.4. Belanja Pemeliharaan
Belanja pemeliharaan merupakan salah satu rekening obyek belanja dalam pengelolaan keuangan daerah. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan
KSAP, 2005 belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah Daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Nomor 59 Tahun 2007, beberapa pengelompokan belanja dalam penyusunan
APBD adalah sebagai berikut: Belanja barangjasa yang merupakan bagian dari belanja operasi
digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 duabelas bulan dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah. Belanja barangjasa dapat berupa belanja barang pakai habis, bahanmaterial, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan
bermotor, cetakpenggandaan, sewa rumahgedunggudangparkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan
minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari- hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan
pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, dan lain-lain pengadaan barangjasa, dan belanja lainnya yang sejenis.
18
Belanja pemeliharaan yang merupakan bagian dari belanja barang adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset
lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain: pemeliharaan
tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi,
peralatan mesin, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, belanja pemeliharaan untuk aset tetap
telah ditetapkan dengan nomor dan nama rekeningakun belanja. Rekening belanja pemeliharaan tersebut dikelompokkan dalam dalam dua objek rekening belanja
yakni belanja perawatan kendaraan bermotor untuk menampung seluruh rekening belanja pemeliharaan yang terkait dengan kendaraan bermotor dan belanja
pemeliharaan yang menampung seluruh rekening belanja pemeliharaan aset tetap selain dari belanja perawatan kendaraan.
Rincian obyek belanja yang terkait dengan belanja pemeliharaan aset tetap dapat didilihat pada Tabel 2.1.4. Walaupun nomor dan nama rekening
belanja pemeliharaan telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri, hal ini tidak menutup kemungkinan Pemerintahan Daerah untuk menambah nomor
dan nama rekening yang terkait dengan belanja pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintahan daerah.
19
Tabel 2.1.4. Rekening Belanja Pemeliharaan
No. Rekening Nama Rekening Obyek dan Rincian Obyek Belanja
5.2.2.05 Belanja Perawatan Kenderaan Bermotor
5.2.2.05.01 Belanja Jasa Service
5.2.2.05.02 Belanja Penggantian Suku Cadang
Dst........... 5.2.2.20
Belanja Pemeliharaan 5.2.2.20.01
Belanja Pemeliharaan Jalan 5.2.2.20.02
Belanja Pemeliharaan Jembatan Dst............
2.1.5. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Nilai aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga belibangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaanpembangunan aset
sampai aset tersebut siap digunakan. Dengan demikian istilah belanja dalam akuntansi pemerintahan berbeda dengan istilah beban dalam akuntansi keuangan.
Belanja dalam akuntansi pemerintahan adalah merupakan pengeluaran kas yang
20
terjadi selama tahun anggaran sedangkan beban merupakan nilai perolehan sumber daya yang telah digunakan.
2.1.6. Aset Tetap
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP, 2005 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya; dan konstruksi dalam pengerjaan. Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki
atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk tanah
yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan. Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat
bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat
persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit
peralatan proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 dua belas bulan dan dalam kondisi siap digunakan.
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan bangunan di neraca
21
meliputi antara lain bangunan gedung; monumen; bangunan menara; dan rambu- rambu.
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
digunakan. Jalan, irigasi, dan jaringan yang terdapat dalam neraca antara lain meliputi jalan dan jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan. Akun ini tidak
mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud akan dimasukkan dalam akun
tanah. Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan
ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap
lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaanbuku dan barang bercorak senibudayaolah raga.
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun
seluruhnya. Berdasarkan uraian di atas, barang milik daerah dapat dikelompokkan
sebagai aset tetap hanya bila diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan dengan masa manfaat
lebih dari dua belas bulan. Barang milik daerah dengan kondisi yang rusak berat sehingga tidak siap digunakan atau dimanfaatkan, tidak dapat dikelompokkan
22
sebagai aset tetap. Barang milik daerah yang rusak berat akan kelompokkan sebagai aset lainnya bila aset tersebut belum dihapuskan.
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka
panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain terdiri dari: aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaantuntutan ganti
rugi TPTGR, kemitraan dengan pihak ketiga, dan aset lain-lain. Aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga. Sebagai contoh dari aset lain-lain
adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Dengan demikian suatu aset tetap dengan kondisi rusak berat harus direklasifikasi ke aset
lainnya karena tidak lagi memenuhi definisi aset tetap. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
disebutkan bahwa barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan
lainnya yang sah. Istilah Barang milik daerah berbeda dengan aset tetap. Dalam barang milik daerah telah termasuk seluruh aset tetap, persediaan, aset lainnya,
dan barang milik daerah lainnya yang tidak dicatat dalam neraca
.
2.1.7. Penatausahaan dan Pemeliharaan Aset Tetap
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa penatausahaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai
23
dengan ketentuan yang berlaku. Dalam menatausahakan barang milik daerah, kuasa pengguna barangpengguna barang harus melakukan pendaftaran dan
pencatatan barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna DBKPDaftar Barang Pengguna DBP menurut penggolongan dan kodefikasi
barang. Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang
milik daerah berupa tanah danatau bangunan dalam Daftar Barang Milik Daerah DBMD menurut penggolongan barang dan kodefikasi barang. Kuasa pengguna
barangpengguna barang harus menyimpan dokumen kepemilikan barang milik daerah selain tanah danatau bangunan yang berada dalam penguasaannya.
Pengelola barang harus menyimpan dokumen kepemilikan tanah danatau bangunan yang berada dalam pengelolaannya.
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar
semua barang selalu dalam kedaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang
sedang dalam unit pemakaian, tanpa merubah, menambah atau mengurangi bentuk maupun kontruksi asal, sehingga dapat dicapai pendayagunaan barang
yang memenuhi persyaratan baik dari segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan. Penyelenggaraan pemeliharaan dapat berupa:
a. Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari hari oleh unit pemakaipengurus barang tanpa membebani anggaran;
24
b. Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara berkala oleh tenaga terdidikterlatih yang
mengakibatkan pembebanan anggaran; dan c. Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara sewaktu-waktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidak dapat diduga sebelumnya, tetapi dapat
diperkirakan kebutuhannya yang mengakibatkan pembebanan anggaran.
Perencanaan kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah disusun dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan
memperhatikan data barang yang ada dalam pemakaian. Perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan barang milik daerah berpedoman pada standarisasi sarana dan
prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dan standar harga yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah dijadikan acuan sebagai dalam menyusun Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah
RKPBMD. RKPBMD tersebut menjadi dasar penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran RKA masing-masing satuan kerja perangkat daerah yang pada akhirnya sebagai bahan penyusunan Rancangan APBD.
Pengelola barang bersama pengguna barang membahas usul Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah masing-masing SKPD dengan
memperhatikan data barang pada pengguna danatau pengelola untuk ditetapkan
25
sebagai Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah. Setelah APBD ditetapkan, pembantu pengelola menyusun Daftar Kebutuhan Pemeliharaan
Barang Milik Daerah DKPBMD, sebagai dasar pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 disebutkan bahwa pengguna barang danatau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas
pemeliharaan barang milik negaradaerah yang ada di bawah penguasaannya. Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang DKPB.
Biaya pemeliharaan barang milik negaradaerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraDaerah. Kuasa pengguna anggaran wajib
membuat daftar hasil pemeliharaan barang yang berada dalam kewenangannya dan melaporkanmenyampaikan daftar hasil pemeliharaan barang tersebut kepada
pengguna barang secara berkala. Pengguna barang atau pejabat yang ditunjuk, meneliti laporan dan menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan
dalam satu tahun anggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan barang milik negaradaerah.
Dalam penatausahaannya, barang milik daerah dikelompokkan dalam tiga jenis kondisi yakni: baik, rusak ringan, dan rusak berat. Kondisi barang milik
daerah ini akan tercantum dalam daftar inventaris barang. Kriteria untuk penentuan kondisi suatu barang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 01KM.122001. Kriteria tersebut dikelompokkan untuk barang bergerak dan barang tidak bergerak, yakni sebagai
berikut:
26
Tabel 2.1.7. Kriteria Kondisi Barang No.
Uraian
1. Barang Bergerak a. Baik B
Apabila kondisi barang tersebut masih dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik
b. Rusak Ringan RR Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan baik. Untuk berfungsi dengan baik memerlukan
perbaikan ringan dan tidak memerlukan penggantian bagian utamakomoponen pokok
c. Rusak Berat RB Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan
tidak berfungsi lagi atau memerlukan perbaikan besarpenggantian bagian utamakomponen
pokok, sehingga tidak ekonomis untuk diadakan perbaikanrehabilitasi
.
No. Uraian
2. Barang Tidak Bergerak a. Tanah
1. Baik B
Apabila kondisi tanah tersebut siap dipergunakan danatau dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukannya.
2. Rusak Ringan RR
Apabila kondisi tanah tersebut karena sesuatu sebab tidak dapat dipergunakan danatau dimanfaatkan
dan masih memerlukan pengolahanperlakuan misalnya pengeringan, pengurugan , perataan dan
pemadatan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.
3. Rusak Berat RB
Apabila kondisi tanah tersebut tidak dapat lagi dipergunakan danatau dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukannya karena adanya bencana alam, erosi dan sebagainya.
b. Jalan dan Jembatan 1. Baik B
Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik
2. Rusak Ringan RR
Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan utuh namun memerlukan perbaikan ringan
untuk dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
27
No.
Uraian
3. Rusak Berat RB
Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan tidak utuhtidak berfungsi dengan baik dan
memerlukan perbaikan dengan biaya besar.
c. Bangunan 1. Baik B
Apabila bangunan tersebut utuh dan tidak memerlukan perbaikan yang berarti kecuali
pemeliharaan rutin.
2. Rusak Ringan RR
Apabila bangunan tersebut masih utuh, memerlukan pemeliharaan rutin dan perbaikan ringan pada
komponen-komponen bukan konstruksi utama.
3. Rusak Berat RB
Apabila bangunan tersebut tidak utuh dan tidak dapat dipergunakan lagi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa barang milik negara ataupun daerah dengan kondisi rusak berat, tidak akan dapat dimasukkan
atau digolongkan sebagai bagian dari aset tetap di neraca. Hal ini tentu sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyebutkan bahwa
bahwa aset tetap harus dalam kondisi siap pakai untuk digunakan. Barang milik negara ataupun daerah dengan kondisi rusak berat akan dikelompokkan atau
digolongkan sebagai aset lain-lain dalam neraca sepanjang barang terse
but belum dilakuan penghapusan.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, disebutkan bahwa penghapusan barang milik negaradaerah dilakukan dalam hal
barang milik negaradaerah sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna barang danatau kuasa pengguna barang. Penghapusan dilakukan dengan
penerbitan surat keputusan penghapusan dari pengguna barang setelah mendapat persetujuan dari pengelola barang untuk barang milik negara dan pengguna
28
barang setelah mendapat persetujuan gubernurbupatiwalikota atas usul pengelola barang untuk barang milik daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka jenis aset tetap seperti: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, dan aset tetap yang
kondisinya rusak berat tidak dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan sebagai aset tetap. Barang milik daerah yang rusak berat tersebut akan dicatat sebagai aset
lainnya sepanjang belum dilakukan penghapusan melalui keputusan Kepala Daerah.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian Sembiring 2009 tentang “Analisis Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi
Anggaran Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara” menunjukkan bahwa belanja modal dan pendapatan asli daerah secara simultan
mempunyai pengaruh terhadap belanja pemeliharaan. Belanja modal dan pendapatan asli daerah secara parsial mempunyai pengaruh terhadap belanja
pemeliharaan, namun belanja modal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap belanja pemeliharaan.
Penelitian Karo-Karo 2006 menemukan bahwa tidak terdapat korelasi di antara belanja modal dengan belanja pemeliharaan. Dalam penelitiannya, Karo-
karo menggunakan sampel Kabupaten Kota di Pulau Jawa untuk anggaran 2003- 2004 serta menemukan bahwa ketika Pemerintah Daerah membuat kebijakan
untuk mengalokasikan anggaran belanja modal, tidak diiringi dengan dengan
29
pengalokasian untuk belanja operasional dan pemeliharaan yang seimbang. Penyebabnya adalah karena tidak akuratnya Pemerintah Daerah dalam
mengalokasikan anggaran terhadap proyekkegiatan. Rustiyaningsih 2012 meneliti pengaruh belanja modal terhadap belanja
pemeliharaan Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Jawa Timur. Hasil penelitian menemukan bahwa belanja modal berpengaruh signifikan terhadap
belanja pemeliharaan pada tahun yang sama serta belanja modal tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja pemeliharaan dengan menggunakan
tahun yang berbeda. Kenaikan belanja modal berpengaruh signifikan terhadap kenaikan belanja pemeliharaan.
Abdullah dan Halim 2004 menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara belanja modal dengan belanja pemeliharaan. Pendapatan yang
bersumber dari dana perimbangan berpengaruh terhadap anggaran belanja modal yakni apabila terdapat kenaikan dalam dana perimbangan akan mengakibatkan
kenaikan dalam belanja modal. Thomassen 1999 menyatakan bahwa setengah negara bagian state di
Amerika Serikat yang melaporkan pos belanja modal dan non belanja modal secara terpisah telah gagal menggabungkan anggarannya untuk melakukan
evaluasi secara simultan dan komparatif untuk kedua pos belanja yang bersangkutan.
30
Tabel 2.2. Review Penelitian Terdahulu No.
Nama dan tahun
Penelitian Judul penelitian
Variavel yang Digunakan
Hasil Penelitian
1. Sembiring
2006 Analisis pengaruh
belanja modal dan pendapatan asli
daerah terhadap belanja
pemeliharaan dalam realisasi
anggaran pemerintahan
kabupaten dan kota di provinsi
sumatera utara. Variabel
Independen • Belanja
Modal • Pendapatan
Asli Daerah Variabel
Dependen • Belanja
pemeliharaan
1. Belanja modal dan pendapatan asli daerah
secara simultan mempunyai pengaruh
terhadap belanja. pemeliharaan.
2. Belanja modal dan pendapatan asli daerah
secara parsial mempunyai pengaruh terhadap belanja
pemeliharaan, namun belanja modal memiliki
pengaruh yang lebih besar terhadap belanja
pemeliharaan.
2.
Karo Karo 2006
Hubungan Belanja Modal dengan
Belanja Operasional dan
Pemeliharaan Pemerintah
KabupatenKota di pulau jawa
Variabel Independen
• Belanja Modal
Variabel Dependen
• Belanja Pemeliharaan
• Belanja Operasional
Pengalokasian anggaran belanja modal tidak diiringi
dengan pengalokasian untuk belanja operasional dan
pemeliharaan yang seimbang
3.
Rustiyaningsih 2012
Pengaruh Belanja Modal Terhadap
Belanja Pemeliharaan
Studi Empiris pada Pemerintah Daerah
Jawa Timur
Variabel Independen
• Belanja Modal
Variabel Dependen
• Belanja pemeliharaan
1. Belanja modal berpengaruh signifikan
terhadap belanja pemeliharaan pada tahun
yang sama
2. Belanja modal tidak berpengaruh signifikan
terhadap belanja pemeliharaan dengan
menggunakan tahun yang berbeda.
3. Kenaikan Belanja modal berpengaruh signifikan
terhadap kenaikan belanja pemeliharaan
31
No. Nama dan
tahun Penelitian
Judul penelitian Variavel yang
Digunakan Hasil Penelitian
4.
Abdullah dan Halim
2008 Pengalokasian Bela
nja Fisik dalam Anggaran
Pemerintah Daerah: Studi Empiris atas
Determinan dan Konsekuensinya
Terhadap Belanja Pemeliharaan
Variabel Independen
• Belanja Modal
• Dana Perimbangan
Variabel Dependen
• Belanja Pemeliharaan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara belanja
modal dengan belanja pemeliharaan.
2. Pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan
berpengaruh terhadap anggaran belanja modal
5.
Thomassen 1999
Capital Budgetting for a state
Revenues and costs capital
consumption Setengah negara bagian state
di Amerika Serikat yang melaporkan pos belanja modal
dan non belanja modal secara terpisah telah gagal
menggabungkan anggarannya untuk melakukan evaluasi
secara simultan dan komparatif untuk kedua pos belanja yang
bersangkutan.
32
2.3. Kerangka Konseptual