53
Berdasarkan hasil AMOS pada Gambar 4.2 diketahui nilai p untuk pengaruh Pendapatan Asli Daerah
X
3
terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan Y adalah 0,916 angka ini di atas 0,05 sehingga H
diterima. Ini berarti tidak ada
hubungan yang nyata signifikan antara variabel Pendapatan Asli Daerah X
3
terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan Y pada tingkat kepercayaan 5.
Variabel Pendapatan Asli Daerah X
3
mempunyai koefisien positif sebesar 0,114. Artinya apabila nilai koefisiennya tetap konstan maka kenaikan Pendapatan Asli
Daerah sebesar 1 satuan akan menurunkan anggaran belanja pemeliharaan sebesar 0,114 satuan.
BD kepada DPRD.
4.3. Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara Terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan
Berdasarkan hasil AMOS pada Gambar 4.2 diketahui nilai p untuk
pengaruh Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara X
1
terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan
Y adalah 0,015 angka ini di bawah 0,05 sehingga H ditolak. Ini
berarti ada hubungan yang nyata signifikan antara variabel Aset Tetap yang
Akan Dipelihara X
1
terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan Y pada tingkat
kepercayaan 5. Kondisi ini sesuai dengan teori ataupun ketentuan yang diungkapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 yang
menyebutkan bahwa pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar semua
54
barang selalu dalam kedaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang sedang dalam unit pemakaian, tanpa merubah, menambah atau mengurangi bentuk maupun
kontruksi asal, sehingga dapat dicapai pendayagunaan barang yang memenuhi persyaratan baik dari segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan.
Penyelenggaraan pemeliharaan barang milik daerah dapat berupa pemeliharaan ringan, pemeliharaan sedang, dan pemeliharaan berat. Dalam
melakukan pemeliharaan, Pengguna Barang terlebih dahulu membuat Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah yang selanjutnya menjadi Daftar
Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah. Dengan demikian anggaran
belanja pemeliharaan yang tercantum dalam APBD berawal dari dokumen rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah. Hal ini dilakukan untuk
meyakinkan bahwa aset tetap yang akan dipelihara adalah aset tetap yang memerlukan pemeliharaan dan terhindar dari kegiatan pemeliharaan yang tidak
tepat sasaran. Anggaran belanja pemeliharaan selayaknya menjadi salah satu prioritas belanja agar tidak terjadi pengadaan aset tetap yang terus berulang setiap
tahun anggaran serta mengoptimalkan dan memberdayakan asset tetap yang telah ada. Dalam rekening anggaran belanja pemeliharan tidak termasuk pemeliharaan
terhadap aset tetap yang rusat berat. Aset tetap yang dikategorikan sebagai rusak berat bila dilakukan pemeliharaan akan masuk ke dalam rekening belanja modal
karena telah mengubah kualitas dan menambah masa manfaatnya. Hal ini sejalan
55
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa pemeliharaan aset
tetap yang dilakukan bila mengubah kualitas, dan menambah volume dan masa manfaat akan dikelompokkan dalam anggaran belanja modal.
Pemeliharaan aset tetap yang dilakukan melalui prosedur Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah tentu akan dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah. Pemeliharan sebaiknya hanya dilakukan terhadap aset tetap yang benar-benar memerlukan pemeliharaan.
4.3.2 Pengaruh Belanja Modal Terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan