22
sebagai aset tetap. Barang milik daerah yang rusak berat akan kelompokkan sebagai aset lainnya bila aset tersebut belum dihapuskan.
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka
panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain terdiri dari: aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaantuntutan ganti
rugi TPTGR, kemitraan dengan pihak ketiga, dan aset lain-lain. Aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga. Sebagai contoh dari aset lain-lain
adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Dengan demikian suatu aset tetap dengan kondisi rusak berat harus direklasifikasi ke aset
lainnya karena tidak lagi memenuhi definisi aset tetap. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
disebutkan bahwa barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan
lainnya yang sah. Istilah Barang milik daerah berbeda dengan aset tetap. Dalam barang milik daerah telah termasuk seluruh aset tetap, persediaan, aset lainnya,
dan barang milik daerah lainnya yang tidak dicatat dalam neraca
.
2.1.7. Penatausahaan dan Pemeliharaan Aset Tetap
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa penatausahaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai
23
dengan ketentuan yang berlaku. Dalam menatausahakan barang milik daerah, kuasa pengguna barangpengguna barang harus melakukan pendaftaran dan
pencatatan barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna DBKPDaftar Barang Pengguna DBP menurut penggolongan dan kodefikasi
barang. Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang
milik daerah berupa tanah danatau bangunan dalam Daftar Barang Milik Daerah DBMD menurut penggolongan barang dan kodefikasi barang. Kuasa pengguna
barangpengguna barang harus menyimpan dokumen kepemilikan barang milik daerah selain tanah danatau bangunan yang berada dalam penguasaannya.
Pengelola barang harus menyimpan dokumen kepemilikan tanah danatau bangunan yang berada dalam pengelolaannya.
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar
semua barang selalu dalam kedaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang
sedang dalam unit pemakaian, tanpa merubah, menambah atau mengurangi bentuk maupun kontruksi asal, sehingga dapat dicapai pendayagunaan barang
yang memenuhi persyaratan baik dari segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan. Penyelenggaraan pemeliharaan dapat berupa:
a. Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari hari oleh unit pemakaipengurus barang tanpa membebani anggaran;
24
b. Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara berkala oleh tenaga terdidikterlatih yang
mengakibatkan pembebanan anggaran; dan c. Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara sewaktu-waktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidak dapat diduga sebelumnya, tetapi dapat
diperkirakan kebutuhannya yang mengakibatkan pembebanan anggaran.
Perencanaan kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah disusun dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan
memperhatikan data barang yang ada dalam pemakaian. Perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan barang milik daerah berpedoman pada standarisasi sarana dan
prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dan standar harga yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah dijadikan acuan sebagai dalam menyusun Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah
RKPBMD. RKPBMD tersebut menjadi dasar penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran RKA masing-masing satuan kerja perangkat daerah yang pada akhirnya sebagai bahan penyusunan Rancangan APBD.
Pengelola barang bersama pengguna barang membahas usul Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah masing-masing SKPD dengan
memperhatikan data barang pada pengguna danatau pengelola untuk ditetapkan
25
sebagai Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah. Setelah APBD ditetapkan, pembantu pengelola menyusun Daftar Kebutuhan Pemeliharaan
Barang Milik Daerah DKPBMD, sebagai dasar pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 disebutkan bahwa pengguna barang danatau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas
pemeliharaan barang milik negaradaerah yang ada di bawah penguasaannya. Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang DKPB.
Biaya pemeliharaan barang milik negaradaerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraDaerah. Kuasa pengguna anggaran wajib
membuat daftar hasil pemeliharaan barang yang berada dalam kewenangannya dan melaporkanmenyampaikan daftar hasil pemeliharaan barang tersebut kepada
pengguna barang secara berkala. Pengguna barang atau pejabat yang ditunjuk, meneliti laporan dan menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan
dalam satu tahun anggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan barang milik negaradaerah.
Dalam penatausahaannya, barang milik daerah dikelompokkan dalam tiga jenis kondisi yakni: baik, rusak ringan, dan rusak berat. Kondisi barang milik
daerah ini akan tercantum dalam daftar inventaris barang. Kriteria untuk penentuan kondisi suatu barang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 01KM.122001. Kriteria tersebut dikelompokkan untuk barang bergerak dan barang tidak bergerak, yakni sebagai
berikut:
26
Tabel 2.1.7. Kriteria Kondisi Barang No.
Uraian
1. Barang Bergerak a. Baik B
Apabila kondisi barang tersebut masih dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik
b. Rusak Ringan RR Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan baik. Untuk berfungsi dengan baik memerlukan
perbaikan ringan dan tidak memerlukan penggantian bagian utamakomoponen pokok
c. Rusak Berat RB Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan
tidak berfungsi lagi atau memerlukan perbaikan besarpenggantian bagian utamakomponen
pokok, sehingga tidak ekonomis untuk diadakan perbaikanrehabilitasi
.
No. Uraian
2. Barang Tidak Bergerak a. Tanah
1. Baik B
Apabila kondisi tanah tersebut siap dipergunakan danatau dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukannya.
2. Rusak Ringan RR
Apabila kondisi tanah tersebut karena sesuatu sebab tidak dapat dipergunakan danatau dimanfaatkan
dan masih memerlukan pengolahanperlakuan misalnya pengeringan, pengurugan , perataan dan
pemadatan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.
3. Rusak Berat RB
Apabila kondisi tanah tersebut tidak dapat lagi dipergunakan danatau dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukannya karena adanya bencana alam, erosi dan sebagainya.
b. Jalan dan Jembatan 1. Baik B
Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik
2. Rusak Ringan RR
Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan utuh namun memerlukan perbaikan ringan
untuk dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
27
No.
Uraian
3. Rusak Berat RB
Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan tidak utuhtidak berfungsi dengan baik dan
memerlukan perbaikan dengan biaya besar.
c. Bangunan 1. Baik B
Apabila bangunan tersebut utuh dan tidak memerlukan perbaikan yang berarti kecuali
pemeliharaan rutin.
2. Rusak Ringan RR
Apabila bangunan tersebut masih utuh, memerlukan pemeliharaan rutin dan perbaikan ringan pada
komponen-komponen bukan konstruksi utama.
3. Rusak Berat RB
Apabila bangunan tersebut tidak utuh dan tidak dapat dipergunakan lagi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa barang milik negara ataupun daerah dengan kondisi rusak berat, tidak akan dapat dimasukkan
atau digolongkan sebagai bagian dari aset tetap di neraca. Hal ini tentu sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyebutkan bahwa
bahwa aset tetap harus dalam kondisi siap pakai untuk digunakan. Barang milik negara ataupun daerah dengan kondisi rusak berat akan dikelompokkan atau
digolongkan sebagai aset lain-lain dalam neraca sepanjang barang terse
but belum dilakuan penghapusan.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, disebutkan bahwa penghapusan barang milik negaradaerah dilakukan dalam hal
barang milik negaradaerah sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna barang danatau kuasa pengguna barang. Penghapusan dilakukan dengan
penerbitan surat keputusan penghapusan dari pengguna barang setelah mendapat persetujuan dari pengelola barang untuk barang milik negara dan pengguna
28
barang setelah mendapat persetujuan gubernurbupatiwalikota atas usul pengelola barang untuk barang milik daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka jenis aset tetap seperti: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, dan aset tetap yang
kondisinya rusak berat tidak dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan sebagai aset tetap. Barang milik daerah yang rusak berat tersebut akan dicatat sebagai aset
lainnya sepanjang belum dilakukan penghapusan melalui keputusan Kepala Daerah.
2.2. Review Penelitian Terdahulu