Nilai Pendidikan Kewajiban Belajar Mengajar

⌧ ⌧ ﺮﻤﻘﻟا : - Artinya: “Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan. Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. orang-orang kafir berkata: Ini adalah hari yang berat. QS. Al-Qamar [54]: 6-8. Ada jarak waktu antara peniupan pertama dan kedua. Hanya Allah yang mengetahui kadar waktu itu. Dan ketika semua makhluk telah meninggal, termasuk Israfil, Allah “berseru” dan “bertanya”: Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan”. QS. Al-Mu’min [40]: 16 Saat peniupan kedua, manusia sadar bahwa kehidupan di dunia hanya sebentar.QS Al-Isra’ [17]: 43 bahkan mereka merasa hanya bagaikan beberapa saat disore atau pagi hari An-Naziat [79]: 46.

5. Nilai Pendidikan Kewajiban Belajar Mengajar

Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT. Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusian tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik. Nabi Muhammad bersada: Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim baik muslimin maupun muslimah . HR. Ibnu Majah Dikesempatan lain Allah menyuruh kepada orang mukmin agar tidak sepatutnya semuanya untuk ikut berperang, melainkan tinggal sebagian kelompok untuk menuntut ilmu. Ini menandakan betapa pentingnya ilmu pengetahuan untuk kemajuan Berdasarkan firman Allah yang berbunyi: ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ⌧ ⌧ ﺔﺑﻮﺘﻟا ٩ : Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. QS. At-Taubah [9]: 122 Makna ayat menurut mayoritas ulama tafsir adalah, tidak sepatutnya semua orang-orang mukmin pergi untuk berjihad, namun cukup segolongan dari dari mereka saja yang pergi untuk berjihad sedangkan sebagian lagi memperdalam ilmu agama, sehingga apabila mereka kembali hendaknya memberikan pemahaman dan mengajarkan tentang masalah agama, tentang halal dan haram, karena mendalami ilmu agama sama dengan jihad dijalan Allah. 25 25 Alya’ Ali Ubay, Pahala Amal Saleh: Motivasi Berbuat Kebajikan, terj dari Tsawab Al ’Amalush Shaahih oleh misbah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2004, cet pertama, h. 14 Allah berfirman: ☺ ☺ ةﺮﻘ ﻟا : ٩ Artinya: Allah menganugerahkan Al-hikmah kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah. QS. Al-Baqarah [2]: 269. Sesungguhnya Allah SWT bersaksi kepada orang yang dianugerahi ilmu, yang memberikan kebajikan yang banyak. Allah berfirman: ☺ ☺ ﺔﻟدﺎ ﻤﻟا : Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” . QS. Al-Mujaadilah [58]: 11. Lewat ayat ini Allah SWT memberitahukan ketinggian derajat ahli ilmu dan iman. Allah berfirman: ☺ ☺ ⌧ ﺮﻃﺎ : Artinya: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun . QS. Faathir [35]: 28. Allah SWT memberitahukan bahwa orang yang berilmu adalah orang yang paling takut kepada-Nya, bahwa Allah mengkhususkan mereka di antara hamba- hamba-Nya. Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusian tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik. Karena menuntut ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sangat tepat wahyu pertama turun kepada Nabi SAW mengisyaratkan tentang perintah membaca menuntut ilmu. Kata Iqra’ terambil dari kata kerja kara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Apabila kita merangkai huruf kemudian mengucapkan rangkaian tersebut maka kita sudah menghimpunnya yakni membacanya. 26 Dengan demikinan, realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Karena dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut. Antara lain: menyampaikan, menela’ah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu dan lain sebagainya. 27 Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa ketika Nabi SAW diperintah untuk membaca Iqra’ oleh malaikat Jibril, Nabi SAW bertanya ma Aqra’ ?tetapi malaikat jibril tidak menjawabnya. Ada yang berpendapat Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki agar beliau dan umatnya membaca apa saja, 26 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002. Volume 15 hal 392 27 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an, hal 393 selama bacaan tersebut Bismi rabbika, dalam arti bermanfaat untuk manusia dan dirinya dunia dan Akhirat. Demikian Allah memberikan ransangan kepada manusia, agar senantiasa mengerahkan segala daya dan upayanya dalam menuntut ilmu. Syekh Abdul Halim Mahmud mantan pemimpin tinggi Al-Azhar Mesir serbagaimana dikutip Quraish Shihab dia menulis dalam bukunya al-Qur’an Fi Syahr al-Qur’an : “ dengan kalimat iqra’ bismi Rabbika, al-Qur’an tidak hanya sekedar menyuruh membaca, tetapi membaca adalah lambing dari segala apa yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan semangatnya ingin menyatakan “bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu” . demikian juga ketika kita berhenti melakukan aktifitas hendaklah didasari pada Bismi rabbika sehingga akhirnya ayat itu berarti “jadilah seluruh kehidupanmu, Wujudmu, dalam cara dan tujuanmu, kesemuanya demi karena Allah semata ”. 28 Segala potensi yang dimiliki manusia sebagai jalan untuk mengetahui sesuatu baik berupa isyarat yang jelas tampak maupun yang tersembunyi yang hanya mampu ditangkap dengan indra yang abstrak merupakan cara Allah mendidik manusia. Quruaish Shihab mengatakan, “al-Qur’an sejak dini memadukan usaha dan pertolongan Allah, akal dan kalbu, pikir dan zikir, iman dan ilmu. Akal tanpa qalbu menjadikan manusia seperti setan. Iman tanpa ilmu sama dengan pelita ditangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita ditangan pencuri”. 29

A. Ayat Qauniyah Sebagai Sumber Ilmu