Pendidikan Tauhid Teks Ayat dan Mufrodat 1.

Berdasar pada isi kandungan sebagai nilai yang dapat dipetik dari firman Allah surat al-Ankabut ayat 16 sampai ayat 24 ini, paling tidak penulis mengambil beberapa nilai pendidikan sebagai intisari kandungan yang akan menjadi pembahasan dalam sub bab ini. Penulis sangat berharap kiranya dari nilai-nilai pendidikan yang akan menjadi pembahasan dapat bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu terutama dalam kaitannya dengan pembinaan pendidikan, adapun nilai-nilai pendidikan tersebut meliputi nilai pendidikan tauhid, nilai pendidikan sabar, nilai pendidikan iman kepada hari kebangkitan, nilai pendidikan kewajiban belajar dan mengajar, nilai pendidikan syukur, yang kemudian akan penulis jabarkan sebagai berikut:

1. Pendidikan Tauhid

Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia. Karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidlah yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di dalam akhirat nanti. Menurut arti harfiah, Tauhid ialah “mempersatukan”, berasal dari kata “wahid” yang berarti “satu”. Sedangkan menurut istilah agama Islam, tauhid ialah “keyakinan tentang satu atau Esanya Tuhan”, dan segala pikiran dan teori berikut dengan dalilnya yang menjurus pada kesimpulan bahwa Tuhan itu Esa disebut ilmu tauhid, di dalamnya termasuk soal-soal kepercayaan dalam agama Islam. 2 Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia maka wajib bagi setiap muslim untuk mempelajarinya. Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini Allah; bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang 1 Hasil wawancara dengan Dr. Hj. Romlah Azkar MA, dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, tanggal 23 oktober 2010, di gedung Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2 Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, Jakarta: PT Rineka, 1996, cet ke-II, h. 1 kebenaran wujud keberadan-Nya dan wahdaniyah keesaan-Nya; dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan sifat-Nya. Allah berfirman, تﺎ راﺬﻟا : Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. QS. Az-Zariyat [51] : 56: Dan firman-Nya, ﺤ ﻟا : Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan: Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut . 3 QS. An-Nahl [16] : 36 Dan firman Allah, ⌧ ءﺎﺴ ﻟا : Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. QS. An-Nisa [4] : 36 Ayat-ayat al-Qur’an ini jelas menunjukkan bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah agar mereka menyembah Tuhan semata. Hanya Tuhan yang patut disembah; hanya dia yang patut diabdi. “wajah”-Nya, yakni keridhaan-Nya, harus menjadi tujan dari seluruh keinginan manusia, harus menjadi tujuan dari semua tindakannya. Inilah esensi dari selurh risalah Nabi kita Muhammad saw, yan hampir-hampir tidak dapat terungkap oleh Nabi sendiri kecuali dalam kata-kata Tuhan: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan bagimu oleh Tuhanmu, yaitu bahwa janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan Dia.” bahwa tauhid adalah perintah Tuhan yang tertinggi dan terpenting dibuktikan oleh kenyataan adanya 3 Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t. janji Tuhan untuk mengampuni semua dosa kecuali pelanggaran terhadap tauhid. “Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, terhadap-Nya, tetapi Dia mengampuni dosa-dosa selain dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. 4 Jelas sekali, tidak ada satu pun perintah dalam Islam yang bisa dilepaskan dari tauhid seluruh agama itu sendiri, kewajiban manusia untuk menyembah Tuhan, untuk mematuhi perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan- larangannya, akan hancur begitu tauhid dilanggar. Allah adalah satu-satunya Ma’bud yang ditujukan ibadah kepadanya. Tak ada ma’bud selain-Nya, dan sama sekali tidak dibolehkan adanya ibadah kepada sesuatu apa pun selain-Nya. Pengertian seperti itu semuanya, ditandaskan oleh al-Qur’an, sunnah, akal dan ijma’. Oleh karena itu tauhid dalam ibadah terbagi pada beberapa tingkatan: Pertama: Tauhid Dalam Zat Allah Yang dimaksud dengan hal ini adalah bahwa Allah SWT adalah Esa, tak ada yang menyamai-Nya, dan tak ada padanan bagi-Nya. Lebih dari itu mustahil ada yang menyamai-Nya, atau menjadi padanan bagi-Nya. Dalilnya dari firman- firman Allah, disamping dalil aqliyah: ☺ ☯ ☯ ☺⌧ ⌦ ⌧ ☺ يرﻮ ﻟا : Artinya: Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan pula, dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. QS. As-Syuura [42]: 11 4 Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid, Terj dari Tawhid: Its Implications for thought and life, oleh Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1995, Cet ke-2, h. 17 Masih banyak lagi ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah adalah Esa, tak ada yang menyamai-Nya, tak ada padanan bagi-Nya, tak ada dua-Nya. Kedua: Tauhid Dalam Penciptaan Khaliqiyah Yang dimaksud dengan hal ini ialah tidak adanya “pencipta khaliq yang sebenarnya” dalam wujud alam semesta ini selain Allah, dan tidak ada pelaku yang bertindak sendiri dan merdeka sepenuhnya selain Allah. Segala sesuatu di alam raya ini baik yang berupa bintang-bintang, bumi, gunung-gunung, lautan, logam, awan, guruh, petir, tumbuhan, pepohonan, manusia, hewan, malaikat, jin maupun segala sesuatu lainnya yang biasa disebut sebagai ‘pelaku’ atau ‘penyebab’ pada hakikatnya adalah benda-benda maujubat yang tidak dapat bertindak sendiri secara sempurna, dan tidak memiliki pengaruh yang mandiri sepenuhnya. Segala pengaruh yang dinisbatkan kepada maujudat itu, tidaklah berasal dari zat-zatnya sendiri secara merdeka dan mandiri, tetapi semua pengaruh itu bermuara pada Allah SWT. Dengan demikian, segala sebab akibat, kendatipun adanya keterkaitan antara kedua-duanya, adalah makhluq hasil ciptaan Allah SWT. Kepada-Nyalah bermuara segala kausalitas dan kepada-Nyalah bermuara segala sebab, Dialah yang melimpahkan semua itu kepada segala benda, dan Dia pulalah yang mencabut semua itu dari segala benda jika diinginkan oleh-nya. Dalilnya dari firman Allah: Firman Allah, ⌧ ⌧ ﺮ ﺰﻟا ٩ : Artinya: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu” . QS. Az-Zumar [39]: 62 Allah berfirman, ⌧ ا ﻦ ﺆﻤﻟ : Artinya: ”yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan dia; Maka Bagaimanakah kamu dapat dipalingkan? . Al-Mu’min [40]: 62 Ketiga: Tauhid dalam Hal Rububiyah dan Pentadbiran Yang dimaksud dengan hal ini ialah bahwa alam raya ini diatur oleh mudabbir pengelola, pengendali tunggal, tak disekutui oleh siapa dan apapun dalam pengelolaan dan pen-tadbiran-Nya. Dialah Allah Maha Suci Dia pengelola alam semesta ini. Adapun pentanbiran para malaikat serta semua sebab lantaran yang saling berkaitan, tidak lain adalah atas perintah-Nya. Hal ini berlawanan dengan pendapat sebagian kaum musyrikin yang percaya bahwa yang berkaitan dengan Allah hanyalah perbuatan penciptaan dan pengadaan mula pertama saja, sedangkan pentadbiran dan pengaturan segala jenis makhluk dan benda di atas bumi ini selanjutnya diserahkan di-tafwid-kan sepenuhnya kepada benda-benda langit, malaikat, jin, serta maujudat spiritual yang diperankan oleh berhala-berhala yang disembah. Jadi menurut mereka tidak ada sangkut paut Allah dalam hal pentadbiran dan pengelolaan urusan segalanya. Akan tetapi, dengan jelas dan terang al-Qur’an menegaskan bahwa Allah adalah sang pengatur dan pengelola al-mudabbir bagi alam semesta, sementara ia menafikan adanya pengelolaan dan pengaturan yang merdeka dan mandiri sepenuhnya oleh sesuatu selain-Nya, dan bahwa seandainya ada pentadbir pengatur selain-Nya, maka yang demikian itu semata-mata atas izin dan perintah-Nya. Firman Allah SWT: ☺ ⌧ ⌧ ⌧ ﻮ : Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. Dzat yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” . QS. Yunus [10]: 3. Firman Allah, ⌧ ☺ ☺ ⌧ ﺪ ﺮﻟا : Artinya: “Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat, Kemudian dia bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan makhluk-Nya, menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya, supaya kamu meyakini pertemuan mu dengan Tuhanmu”. QS. Ar-Ra’d [13]: 2. Maka jika Allah SWT adalah satu-satunya mudabbir, dapatlah dipahami bahwa yang dimaksud dengan istilah malaikat-malaikat pengatur seperti tercantum dalam firman-Nya: ☺ Artinya: Dan Malaikat-malaikat yang mengatur urusan dunia. QS. An- Nazi’at [79]: 5 Demikian pula malaikat-malaikat penjaga, seperti dalam firman-Nya: ⌧ مﺎﻌ ﻻا : Artinya: “Dan dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba- Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga” . QS. Al-An’am [6]: 61 Yang dimaksud dengan hal itu ialah bahwa para malaikat itu mengatur dan menjaga atas perintah-Nya dan dengan kehendak-Nya. Tentunya yang demikian itu tidak bertentangan dengan adanya pembatasan monopoli pentadbiran yang merdeka dan mandiri sepenuhnya pada diri Allah SWT saja. 5

A. Perintah Beribadah Hanya Kapada Allah