Tata LaksanaInfrastruktur Kekuatan Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat

kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntunan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Sarana wisata kuantitatif menunjukkan pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standart wisata yang baku, baik secara nasional dan secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakannya.

4. Tata LaksanaInfrastruktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti: a. Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang membantu sarana perhotelanrestoran. b. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusikannya yang merupakan bagian vital bagi terselenggaranya penyediaan sarana wisata yang memadai. Universitas Sumatera Utara c. Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan lancar akan memudahkan wisatawan untuk mengunjungi objek-objek wisata. d. Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan informasi maupun mengirimkan informasi secara cepat dan tepat. e. Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan kemudahan di berbagai sektor bagi para wisatawan. Keamanan diterminal, di perjalanan, dan di objek- objek wisata, di pusat-pusat perbelanjaan, akan meningkatkan daya tarik suatu objek wisata maupun daerah tujuan wisata. Di sini perlu ada kerjasama yang mantap antara petugas keamanan, baik swasta maupun pemerintah, karena dengan banyaknya orang di daerah tujuan wisata dan mobilitas manusia yang begitu cepat membutuhkan sistem keamanan yang ketat dengan para petugas yang selalu siap setiap saat. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

5. MasyarakatLingkungan

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wisatawan. a. Masyarakat Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut dan akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu Universitas Sumatera Utara mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. Dengan terbinanya masyarakat yang sadar wisata akan berdampak positif karena mereka akan memperoleh keuntungan dari para wisatawan yang membelanjakan uangnya. Para wisatawan pun akan untung karena mendapat pelayanan yang memadai dan juga mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya. b. Lingkungan Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitar objek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu adanya upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata. c. Budaya Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tidak boleh tercemar oleh budaya asing, tetapi Universitas Sumatera Utara harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi tiap wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang memahami, menghayati, dan mengamalkan sapta pesona wisata di daerah tujuan wisata menjadi harapan semua pihak untuk mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah telah menetapkan pengelompokan daerah tujuan wisata DTW ke dalam wilayah tujuan wisata WTW dengan maksud untuk menyebarkan kunjungan wisatawan dan pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Adapun pengelompokan dan pembagiannya adalah sebagai berikut: 1. Wilayah Tujuan Wisata WTW A yang terdiri dari Daerah istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau. 2. Wilayah Tujuan Wisata WTW B yang terdiri dari Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu. 3. Wilayah Tujuan Wisata WTW C yang terdiri dari Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 4. Wilayah Tujuan Wisata WTW D yang terdiri dari Jawa Timur, Bali, Nusantara Tenggara Timur. 5. Wilayah Tujuan Wisata WTW E yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur. 6. Wilayah Tujuan Wisata WTW F yang terdiri dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Universitas Sumatera Utara 7. Wilayah Tujuan Wisata WTW G yang terdiri dari Propinsi Maluku dan Irian Jaya. Menurut Samsurijal 1997, Peran serta masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan dapat terbina bila masyarakat memahami manfaat pariwisata untuk kepentingan nasional, terutama bagi perbaikan hidup mereka sendiri. Apabila pariwisata dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas, serta merata masyarakat akan mendukung pembangunan kepariwisataan. Menurut Fandeli 2001, Obyek wisata adalah faktor yang paling menarik perhatian para pelaku wisata, dalam hal ini pengunjung, baik itu obyek wisata alam maupun budaya. Obyek wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata, seperti hutan, sungai, danau, pantai, laut, museum atau budaya tradisional lainnya. Sungai merupakan saluran alami yang di dalamnya terdapat aliran air yang bermuara di danau atau laut. Aliran air pada sungai memiliki kesuburan yang dibutuhkan oleh biota tumbuhan, hewan maupun manusia, sehingga sungai dapat menjadi sumber kehidupan. Oleh karena itu, sungai sangat potensial menjadi daya tarik wisata, khususnya wisata sungai. Wisata sungai adalah kegiatan wisata yang obyek dan daya tariknya bersumber dari potensi sungai. Sungai dapat menjadi obyek wisata petualangan, diantaranya kegiatan wisata arung jeram. Arung jeram adalah jenis kegiatan di alam bebas dengan menggunakan perahu karet dan dayung yang dilakukan pada sungai berarus deras, bergelombang, berbatu dan berjeram. Dari pengertian tersebut dapat diketahui, bahwa tidak setiap sungai dapat dipilih sebagai arena kegiatan arung jeram. Universitas Sumatera Utara Di dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, menyatakan bahwa: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. 2. Wisatawan adalah orang yang menikmati kegiatan wisata. 3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. 4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

2.5. Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah PAD terdiri dari: a. Pajak Daerah, b. Retribusi Daerah, c. Laba dari Badan Usaha Milik Daerah BUMD, d. Pendapatan lain yang sah.

2.5.1. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa mendapatkan imbalan langsung yang seimbang, yang dapat Universitas Sumatera Utara dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan daerah. Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 1999, obyek pajak daerah untuk daerah provinsi meliputi: pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Sedangkan pajak daerah untuk daerah kabupatenkotamadya meliputi: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak penggalian bahan galian golongan C, dan pajak parkir. Ketentuan dasar pengenaan tarif pajak daerah baik untuk daerah provinsi maupun daerah kabupatenkotamadya.

2.5.2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah kemampuan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah digolongkan menjadi tiga golongan yaitu: retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Dasar penetapan tarif pemungutan retribusi oleh Pemerintah Daerah untuk retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu berbeda. Retribusi jasa umum didasarkan pada kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek Universitas Sumatera Utara keadilan. Retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak, sedangkan retribusi perizinan tertentu berdasarkan pada bulan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

2.6. Pengembangan Pariwisata dalam Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Menengah Daerah Kabupaten Langkat 2006-2010 Sesuai dengan visi-misi, tujuan dan sasaran Kabupaten Langkat, maka ditetapkan arah kebijakan di bidang pariwisata Kabupaten Langkat sebagai berikut: 1. Menggali dan mengembangkan potensi pariwisata khususnya di daerah dengan penekanan pada peningkatan sarana dan prasarana pariwisata. 2. Pemasaran industri pariwisata dengan penekanan pada keterpaduaan antar produk dan pasar pariwisata, termasuk pengembangan sistem informasi jaringan pariwisata antardaerah dalam rangka mendukung penguatan dan pengembangan promosi pariwisata terpadu ke pasar global. 3. Menggali, memelihara, mengembangkan serta melestarikan nilai budaya daerah yang berakar pada nilai tradisional serta sejarah dan situs sejarah. Serta program untuk meningkatkan kualitas dan kwantitas sarana dan prasarana kepariwisataan untuk mendukung kunjungan pariwisata daerah Pangkalan Susu, Basilam, Bahorok, dan Karang Gading serta objek wisata lainnya. Universitas Sumatera Utara Program ini didukung oleh kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Peningkatan daerah tujuan wisata Pangkalan Susu, Basilam, Bahorok, Karang Gading serta menggali pengembangan objek wisata lainnya. 2. Peningkatan peran kebudayaan daerah. Rencana tata ruang wilayah yang dilihat dari arah pengembangan pariwisata untuk memanfaatkan potensi pariwisata Kabupaten Langkat demi mendukung peningkatan perekonomian daerah dengan tetap, menjaga kelestarian lingkungan, maka dilakukan strategi pengembangan pariwisata sebagai berikut: 1. Pengembangan kepariwisataan secara menyeluruh dan terpadu baik obyek wisata sejarah, budaya, alam, dan bahari. 2. Pengembangan kepariwisataan beroreintasi kepada pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, yakni dengan cara pengembangan kawasan wisata Bahorok, Tangkahan dan Pulau Sembilan dengan pengembangan ekowisata dan peningkatan kualitas obyek wisata. Dalam rangka memberhasilkan tugas pokok dan fungsi di atas kantor kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Langkat telah menetapkan visi yaitu: Terwujudnya kebudayaan dan pariwisata yang maju dan berwawasan lingkungan melalui misi: 1. Mewujudkan aparatur yang profesional. 2. Mewujudkan pembinaan kebudayaan, pengembanganpromosi dan pembangunan di bidang kepariwisataan. Universitas Sumatera Utara 3. Mewujudkan pelestarian nilai-nilai tradisi budaya dan peninggalan sejarah.

2.7. Penelitian Terdahulu

Sembiring 1999 dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Pariwisata dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Kota Brastagi dan Sekitarnya. Prediksi berdasarkan modal analisa regresi berganda, diperoleh bahwa penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata dipengaruhi oleh variabel bebas yang ditentukan yaitu jumlah wisatawan, jumlah tempat tidur hotel, jumlah sarana transportasi dan jumlah sarana pariwisata. Hasilnya bahwa perkembangan pariwisata secara positif meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Brastagi dan sekitarnya. Kemudian pada penelitian Wati yaitu Pengaruh Produk dan Promosi Wisata terhadap Kunjungan Wisatawan dan PAD Bidang Kepariwisataan di Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari; Produk dan Promosi Wisata Kota Bandar Lampung terhadap kunjungan wisatawan di Kota Bandar Lampung, Jumlah kunjungan wisatawan Kota Bandar Lampung terhadap PAD bidang kepariwisataan di Kota Bandar Lampung, Besaran pengaruh produk dan promosi wisata Kota Bandar Lampung terhadap kunjungan wisatawan dan PAD bidang kepariwisata di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian ini yaitu; Secara statistik PAD sektor pariwisata di Kota Bandar Lampung secara tidak langsung dipengaruhi oleh variabel bebas jumlah kunjungan wisatawan pada tingkat signifikan Universitas Sumatera Utara alfa 10 atau pada tingkat kepercayaan 90 dengan derajat kebebasan sebesar tujuh, dengan besaran nilai elastisitas kunjungan wisatawan sebesar – 0,609.

2.8. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Pendapatan Asli Daerah Pengembangan Wilayah Kawasan Wisata Tangkahan Upaya Pengembangan 1. Objek dan Daya Tarik Wisata 2. Sarana Wisata 3. Prasarana Wisata 4. Masyarakat di sekitar Objek Wisata Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan wisata Tangkahan yang berada di Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat. Pelaksanaan penelitian dimulai dari Juli- Oktober 2009 dengan tahapan dimulai dari studi pendahuluan, pemilihan masalah, penelusuran pustaka, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data, dan menyusun laporan penelitian.

3.2. Metode Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkanmemaparkan dan menjelaskan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tersebut. Pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, sedangkan jenis penelitian adalah penelitian survei.

3.3. Populasi dan Sampel

Data yang diperoleh dari Lembaga Pariwisata Tangkahan, menunjukkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Tangkahan pada tahun 2006-2008, yaitu sebanyak 5003 orang, yang terdiri dari wisatawan nusantara sebanyak 4880 orang dan Universitas Sumatera Utara wisatawan mancanegara 123 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah 5003 orang wisatawan. Tabel 3.1. Jumlah Wisatawan ke Tangkahan Tahun 2006-2008 No Tahun Wisatawan Nusantara orang Wisatawan Mancanegara orang Jumlah orang 1 2006 2243 53 2296 2 2007 4417 83 4500 3 2008 7981 233 8214 Total 14641 369 15010 Rata-ratathn 4880 123 5003 Sumber: Lembaga Pariwisata Tangkahan, 2006-2008 Sevilla, dkk 1993 menyatakan bahwa untuk menentukan ukuran sampel dari populasi dapat menggunakan rumus Slovin: Di mana : N = jumlah populasi n = jumlah sampel e = tingkat kesalahan Populasi N sebanyak 5003 orang wisatawan dengan asumsi taraf kesalahan e sebesar 10, maka besarnya sampel n adalah: Dengan demikian sampel untuk wisatawan berjumlah 98 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel nonprobolitas secara aksidental accidental sampling, menurut Sugiono 2003: teknik pengambilan sampel Universitas Sumatera Utara aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu ternyata sesuai untuk dijadikan sebagai sumber data. Sedangkan untuk populasi masyarakat yaitu di Dusun Kuala Buluh dan Dusun Kuala Gemoh, di mana kedua dusun ini adalah dusun yang terdekat dengan Kawasan Wisata Tangkahan dan termasuk kedalam Desa Namo Sialang. Jumlah populasi di kedua dusun ini adalah sebanyak 70 KK maka jumlah sampel pada masyarakat adalah: Tabel 3.2. Jumlah Masyarakat yang Berada di Sekitar Kawasan Wisata Tangkahan Tahun 2008 Desa Dusun Populasi Sampel Namo Sialang Kuala Buluh Kuala Gemoh 32 38 32 38 Jumlah 70 70 Sumber: Kecamatan Batang Serangan Dalam Angka 2008. Sesuai dengan pendapat Arikunto 2006 yang menyatakan jika populasi kurang dari 100 maka jumlah sampel adalah keseluruhan dari populasi namun jika populasi lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15 atau 20-25 atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari: a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya waktu. Universitas Sumatera Utara

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: 1. Wawancara interview kepada wisata nusantara dan wisatawan mancanegara yang menjadi responden. 2. Daftar pertanyaan questionnaire diberikan kepada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara yang dijadikan responden penelitian ini. 3. Studi dokumentasi, adalah mengumpulkan data atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari berbagai sumber seperti: World Tourism Organisation dokumen mengenai wisata, Indonesia Ecotourism Network dan Yayasan Leuser Indonesia data dan dokumen mengenai kawasan wisata Tangkahan, dan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintahan Kabupaten Langkat data mengenai pengembangan ekowisata.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini digolongkan atas dua bagian: 1. Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan daftar pertanyaan. 2. Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi.

3.6. Model Analisis Data

Universitas Sumatera Utara Untuk menjawab perumusan masalah 1 yaitu pengembangan kawasan wisata yang dilihat dari: objek dan daya tarik wisata, sarana wisata, prasarana wisata, masyarakat di sekitar objek wisata dilihat berdasarkan kuesioner pertanyaan yang diberikan kepada Wisatawan dan Masyarakat dengan diukur menggunakan metode net balance saldo bersih, dengan menggunakan jawaban kuisioner, diperoleh selisih antara jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi optimis dengan jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi pesimis Woroutami, 2004. Secara matematis, perhitungan net balance dilakukan sebagai berikut: X 100 Keterangan: SB = Saldo Bersih O = Jumlah jawaban responden yang optimis P = Jumlah jawaban responden yang pesimis TR = Total Responden Untuk menjawab perumusan masalah 2 yaitu apakah upaya pengembangan kawasan wisata Tangkahan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif.

3.7. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memberikan Universitas Sumatera Utara gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Objek dan daya tarik wisata adalah: potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata yang dilihat dari keindahan alam berupa pegunungan sungai hutan dan sebagainya. 2. Prasarana wisata adalah: sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan seperti jalan, air, listrik, telekomunikasi dan tempat pusat perbelanjaan. 3. Sarana wisata adalah: kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan seperti hotel, alat transportasi, rumah makan dan lain-lain. 4. Masyarakat adalah: masyarakat yang berada di sekitar objek wisata Tangkahan Kabupaten Langkat Kecamatan Batang Serangan. 5. Pendapatan Asli Daerah adalah: pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber Pendapatan Daerah berupa Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan lain-lain yang dikelola sendiri oleh Pemeritah Daerah. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kawasan Wisata Tangkahan

4.1.1. Gambaran Kawasan dan Sistem Pengelolaan

Tangkahan merupakan sebuah kawasan di perbatasan Taman Nasional Gunung Leuser TNGL di sisi Sumatera Utara, secara geografis Tangkahan berada pada LU 03 41’ 01”, BT 98 4’ 28,2” secara administratif, kawsan ini termasuk dalam Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Tangkahan berada pada ketinggian 130-200 meter diatas permukaan laut dengan jenis tanah terdiri dari podsolid dan litosol. Topografi kawasan berupa kawasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi 45-90 jarak Tangkahan dari Medan melalui Stabat-Simpang Sidodadi adalah ± 95 kilometer. Kawasan Tangkahan terletak di pertemuan dua sungai yaitu sungai Buluh dan sungai Batang Serangan. Memiliki bentukan bentukan alami, bentang alam yang indah, sumber mata air panas, air terjun, goa, tebing, keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, dan hujan tropis. Luas kawasan wisata Tangkahan yaitu seluas ± 103 Ha, kawasan perkampungan seluas 18.526 Ha dan kawasan hutan seluas 17.653 Ha, sehingga keseluruhannya mencapai ± 36.282 Ha. Universitas Sumatera Utara Suhu udara rata-rata di kawasan ini antara 21,1 C – 27,5 C dengan kelembapan nisbi berkisar antara 80 – 100. Musim hujan di daerah ini berlangsung secara merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti. Curah hujan rata-rata 2000-3200 mm pertahun, sehingga menurut Koppen daerah ini termasuk dalam iklim hujan tropik AF dan menurut Scmid dan Fergusson daerah ini beriklim tipe B dengan melihat perbandingan antara bulan kering dengan curah hujan kurang dari 60 mm dan bulan basah dengan curah hujan lebih dari 100 mm.

4.1.2. Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT

Berdasarkan kesepakatan bersama dari masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan, dibentuklah Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT pada tanggal 19 Mei 2001 yang merupakan sebuah lembaga masyarakat lokal. Lembaga ini dibentuk atas dasar kesadaran masyarakat untuk bisa mendapatkan suatu alternatif peningkatan ekonomi di luar penebangan kayu ilegal. Di samping itu, tujuan pembentukan lembaga adalah untuk merencanakan, mengelola, dan mengembangkan kawasan. Salah satu unit bisnis dari lembaga adalah “ Tangkahan Simalem Ranger”, yang merupakan wadah dari kalangan pemuda- pemudi di Tangkahan untuk ikut berperan serta sebagai operator wisata, sekaligus ikut menjaga, melestarikan, dan mengembangkan Tangkahan sebagai kawasan wisata. Konsep ekowisata menjadi pedoman bagi masyarakat, sebab dengan adanya kegiatan pariwisata ini masyarakat mendapatkan manfaat nyata, mengingat bahwa untuk mengelola kawasan wisata harus mengutamakan sisi kemanusiaan, sosial dan Universitas Sumatera Utara budaya masyarakat setempat. Selain tujuan konservasi pengembangan kawasan ekosistem Leuser dapat tercapai, masyarakat juga dapat mengalami peningkatan kapasitas dari sisi pendapatan. Dengan kata lain, perencanaan, pembangunan, pengelolaan, dan pengembangan Tangkahan sebagai kawasan wisata, selalu mengutamakan pemberdayaan masyarakat setempat, yaitu dengan cara pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat melalui Lembaga Pariwisata Tangkahan. Begitu juga dengan pola kemitraan partnership yang dikembangkan di Tangkahan, dalam operasional Lembaga Pariwisata Tangkahan yang bertindak sebagai wakil masyarakat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, antara lain: 1. Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Langkat DISPANSERSENIBUD Pemkab. Langkat, kerjasama yang dilakukan adalah membuat Memorandum of Understanding MoU tentang Perencanaan dan Pengembangan Kawasan, misalnya pembuatan kerangka Acuan Analisis Dampak lingkungan, kegiatan promosi, dan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Langkat. 2. Balai Taman Gunung Leuser, kerjasama yang dilakukan adalah membuat Memorandum of Understanding MoU tentang zonasi Taman Gunung Leuser yang boleh dimanfaatkan sebagai kawasan ekowisata, dan kegiatan menambah pemahaman masyarakat akan pentingnya pelestarian hutan. Universitas Sumatera Utara 3. Non-Government Organization NGO bertaraf internasional, seperti: 3.1. Indonesia Ecotourism Network INDECON, kerjasama dalam kegiatan pemasaran dan promosi, tetapi hal ini yang paling utama adalah bantuan pihak INDECON untuk membina kawasan, antara lain mendatangkan ahli kerajinan tangan untuk membuat cenderamata, pelatihan bahasa Inggris kepada Ranger, pembuatan Rencana induk Pengembangan Kawasan, dan peningkatan keahlian sumber daya manusia sebagai pelaku pariwisata. 3.2. Fauna Flora Internasional FFI, khususnya kerjasama dalam konservasi Gajah Sumatera, juga keanekaragaman hayati lainnya yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser. 3.3. Conservation Response Unit CRU, kerjasama dalam konservasi hutan, misalnya melakukan patroli hutan. 4. Tour Operator, kerjasama dalam penyediaan jasa guide dan ranger bagi wisatawan yang diorganisasi oleh biro perjalanan. 5. Pihak Swasta seperti pengusaha jasa akomodasi di Tangkahan, kerjasama dalam hal pemberian donasi bagi Lembaga Pariwisata Tangkahan dan pelestarian lingkungan kawasan. Objek dan Daya Tarik yang terdapat di kawasan wisata Tangkahan yang telah diidenfikasikan oleh Pemerintah Kabupaten Langkat dan Lembaga Pariwisata Tangkahan adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Air terjun Sungai Buluh, 2. Air panas Sungai Buluh, 3. Air terjun Sungai Garut, 4. Air terjun Sungai Umang, 5. Air terjun Tala-Tala, 6. Air terjun Grogoh Kiri, 7. Air terjun Batak, 8. Air terjun Cengke-Cengke, 9. Air terjun Murba, 10. Air terjun Alor Grogoh Kanan, 11. Air terjun Sungai Gambir, 12. Air terjun Alur Simpang Kanan, 13. Air terjun Alur Simpang Kiri, 14. Goa Kalong, 15. Goa Sungai Putih, 16. Air panas Sekucip, 17. Air panas Sungai Glugur. Adapun kegiatan-kegiatan wisata yang ditawarkan adalah sebagai berikut: 1. Rekreasi Keluarga, 2. Wisata Tirta pemandian, memancing, berenang, berperahu, tubing, 3. Menikmati panorama sungai dan alam sekitar, 4. Berkemah, Universitas Sumatera Utara 5. Wisata Budaya, 6. Jelajah hutanTrekking, 7. Bersepeda, 8. Wisata agro, 9. Wisata pendidikan jelajah hutan dengan interpretasi, pengamatan kehidupan liar, 10. Wisata goa. 4.1.2.1.Tujuan strategis, visi, misi, dan prestasi Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT Adapun yang menjadi tujuan strategi Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT dalam mengembangkan pariwisata tangkahan adalah: 1. Menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan Taman Nasional Gunung Leuser secara berkelanjutan. 2. Meningkatkan kapasitas masyarakat lokal untuk dapat mengoptimalkan pengembangan potensi desa. Visi Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT pada tahun 2018 adalah Kawasan Ekowisata Tangkahan menjadi kawasan investasi utama yang menggairahkan di pasar global 2020. Sedangkan misi Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT untuk mencapai visi tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1. Melestarikan dan memanfaatkan potensi hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan di Taman Nasional Gunung Lueser. Universitas Sumatera Utara 2. Mengembangkan kawasan wisata Tangkahan menjadi daerah tujuan wisata yang berstandar internasional. 3. Menguatkan sektor-sektor produksi potensial di Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang. 4. Membuka jaringan inter-koneksi global. Prestasi yang sudah pernah diperoleh Lembaga Pariwisata Tangkahan adalah, pada bulan September 2004, Bapak She Ukur Depari saat ini menjabat ketua harian Lembaga Pariwisata Tangkahan mendapatkan penghargaan INOVASI PARIWISATA INDONESIA dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Pusat. Penghargaan diberikan atas jasa beliau sebagai salah seorang pelopor dalam membangun, membina, mengelola, dan mengembangkan Kawasan wisata Tangkahan.

4.1.3. Perencanaan Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan yang akan

Dilakukan Pemerintah Kabupaten Langkat Pemerintah Kabupaten Langkat sebagai pemrakasa bagi perencanaan dan pengembangan di wilayah kerjanya, selalu memprioritaskan Daerahkawasan yang mempunyai potensi sebagai aset daerah. Mengingat Kawasan Ekowisata Tangkahan adalah suatu daerah tujuan wisata yang relatif baru dikelola, dan merupakan alternatif bagi Bukit Lawang yang saat ini masik dalam taraf perbaikan akibat tertimpa bencana banjir bandang. Modal paling bersar yang dibutuhkan dalam upaya membangun industri pariwisata ke alam adalah membangun komitmen masyarakat dan Pemerintah Daerah, karena kegiatan ini memerlukan peruntukan tata ruang yang jelas Universitas Sumatera Utara berdasarkan potensi wisata sumber daya alamnya. Pada intinya, Pemerintah Daerah melaksanakan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, dan memantau pengembangan objek dan daya tarik wisata alam, sebab pembangunan pariwisata merupakan pembangunan lintas sektoral. Kebijakan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Langkat yang menyangkut perencanaan dan pengembangan kawasan Wisata Tangkahan adalah melalui perencanaan yang diharapkan dapat menghasilkan rencana pengembangan wisata Tangkahan yang komprehensif, melalui proses partisipasi dengan memperhatikan sensitivitas ekosistem, potensi sumber daya alam, ketersediaan ruang, optimalisasi pelibatan masyarakat dan lokal ekonomi serta keamanan pengunjung dengan sasaran sebagai berikut: a. Mengembangkan model kawasan wisata yang ramah lingkungan berbasis ekologi. b. Mengembangkan model pengelola bersama co-management. c. Menyediakan program wisata alam bagi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. d. Menyediakan informasi keanekaragaman hayati dan pengetahuan tradisional masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengunjung. e. Menyediakan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung. f. Meningkatkan peran serta masyarakat dan penerimaan keuntungan dari pariwisata. Universitas Sumatera Utara 4.1.3.1. Model pengembangan bersama Kawasan Tangkahan diupayakan dapat dikembangkan sebagai kawasan ekowisata yang dikelola bersama co-management antara pihak-pihak yang terkait. Dalam melakukan kegiatan pemasaran khususnya promosi Kawasan Ekowisata Tangkahan, Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemerintahan Kabupaten Langkat secara berkala melakukan publikasihubungan masyarakat mengenai objek wisata di Kabupaten Langkat pada buku pemandu Wisata Sumatera Utara, mempresentasikan keberadaan kawasan pada seminar-seminar, dan pembuatan rambu-rambu penunjuk jalan menuju kawasan. 4.1.3.2. Pelaksanaan pembangunan kawasan Volume pembangunan ditentukan berdasarkan zona kawasan yang telah disepakati bersama antara pihak-pihak terkait. Kegiatan yang telah dan akan dilakukan memerlukan kajian mengenai dampaknya terhadap perubahan kualitas lingkungan, adapun pembagian zona adalah sebagai berikut: a. Zona Intensif Pembangunan sarana dan prasarana pada zona intensif 10 Hektar dan 7 Hektar, direncanakan untuk mampu mendukung kegiatan dan kebutuhan wisatawan dalam jumlah besar dan aktivitas tinggi. Jenis wisata yang akan dikembangkan pada zona ini adalah: rekreasi keluarga, wisata belanja, wisata tirta mandi, berenang, berperahu, tubing, dan memancing, wisata pantaisungai dengan disertai kegiatan berkemah, wisata kampung, wisata budaya, trekking, dan bersepeda. Untuk mendukung kegiatan ini maka fasilitas, sarana dan prasarana yang telah dibangun adalah gerbang untuk Universitas Sumatera Utara memasuki kawasan, ruangan informasi, ruangan administrasi, pasar cenderamata, dan toilet umum. Penemuan kebutuhan wisatawan juga akan dilengkapi dengan membangun restoran, rumah makan, warung kopi, poliklinik, musholla, lapangan parkir, panggung hiburan, penyediaan sarana transportasi umum terminal, dan parkir kendaraan pribadi. b. Zona Semi Intensif Jenis kegiatan yang dapat ditampung dan ditawarkan pada zona semi intensif 35 Hektar lebih terbatas, sehingga sarana dan prasarana yang akan dibangun juga lebih sedikit. Jenis kegiatan yang ditawarkan antara lain: wisata agro untuk meninjau kegiatan perkebunan dan pertanian organic perjalanan ke lokasi wisata ini ditawarkan dengan jalan kaki atau menggunakan sepeda, wisata tirta, berperahu, tubing, menikmati panorama sungai dan alam sekitar. Untuk mendukung kegiatan serta kenyamanan bagi wisatawan, maka pada zona ini akan dibangun akomodasi terbatas, sistem penyediaan air bersih dan fasilitas serta usaha pertanian organik. c. Zona Ekstensif Primer Zona ini 18 Hektar merupakan kawasan wisata untuk jumlah pengunjung dan jenis kegiatan terbatas. Kawasan ini lebih difokuskan untuk pendidikan bagi wisatawan agar lebih mengenal upaya konservasi hutan dan ekosistemnya. Zona ekstensif primer berada dalam kawasan hutan Taman Nasional dengan tingkat keragaman hayati sedang. Wisatawan hanya akan difasilitasi tenda, dan jumlah wisatawan akan dibatasi sehingga tenda yang akan dibangun tidak lebih dari sepuluh buah. Jalur masuk ke dalam kawasan juga dengan hanya membangun satu pintu Universitas Sumatera Utara masuk. Pembangunan sarana fisik dibatasi maksimal 5, dan kegiatan yang dilakukan juga tidak boleh menimbulkan tingkat kebisingan yang relatif tinggi. Selain tenda, fasilitas yang dibangun terbatas pada papan informasi dan pendukung kegiatan seperti tempat istirahat, jalan setapak alami, tempat mengamati burung bird watching dan kehidupan liar lainnya, serta pembukaan lahan untuk lokasi perkemahan terbatas dan terdistribusi untuk menghindarkan gangguan terhadap satwa. Pada zona ini, wisatawan juga ditawarkan untuk menikmati panorama sungai dan lingkungannya yang alami tanpa gangguan kehadiran fasilitas artifisial. Berdasarkan pembangunan yang dilakukan pada zona ini, maka tidak akan terjadi dampak negatif terhadap lingkungan. Pembangunan pos pengamat merupakan sumber dampak yang akan menurunkan kualitas lingkungan, tetapi malah mendatangkan manfaat yang memfasilitasi kegiatan ekowisata. d. Zona Ekstensif Sekunder Zona ini 22 Hektar berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, hanya diperuntukan bagi wisatawan dengan jumlah sangat terbatas. Jalur Lintasan jalan setapak untuk perjalanan wisata dengan tingkat kesulitan tinggi hanya ditawarkan pada mereka yang memiliki ketahanan fisik dan juga nilai petualangan tinggi. Pada zona ini tidak ada pembangunan sarana dan prasarana fisik. Pengunjung yang sangat terbatas maksimum enam orang per kelompok, ditawarkan untuk melewati jalur trekking yang dipetakan secara akurat, dilengkapi dengan papan informasi serta harus menggunakan jasa pemandu terlatih khusus. Universitas Sumatera Utara 4.1.3.3. Wisata berkelanjutan Kegiatan aktivitas di Tangkahan tetap mengutamakan prinsip wisata berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan dan pengelolaan yang baik sehingga dampak lingkungan yang terjadi dapat dikelola dan dipantau secara terus menerus. Setiap aktivitas akan memiliki dampak sosial juga tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu seluruh aktivitas wisata tetap mempertimbangkan: a. Dampak lingkungan. b. Gangguan Lingkungan kebisingan, limbah buangan, asap, debu, aesthetics. c. Kecocokan dengan fungsi sungai. d. Keselamatan. e. Penuhan norma-norma sosial. 4.1.3.4. Perkiraan biaya Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat diperkirakan membutuhkan biaya sebesar Rp. 44.100.000.000 Empat puluh empat miliar seratus juta rupiah, meliputi: Pekerjaan Perencanaan dan Pembangunan Fisik Prasarana dan Sarana serta jaringan utilitas. Maksud dan tujuan dari rencana pengembangan kawasan wisata Tangkahan ini adalah untuk mewujudkan pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata dengan tujuan membangun suatu destinasi wisata berbasis lingkungan dan bersumberdaya alam ekowisata, meliputi pembangunan daya tarik Universitas Sumatera Utara wisata, pemberdayaan masyarakat, serta pembangunan fasilitas umum, pembangunan fasilitas pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan. Membangun industri pariwisata, meliputi pembangunan struktur fungsi, hierarki, dan hubungan, industri pariwisata, daya saing produk pariwisata, kredibilitas bisnis, serta tanggung jawab terhadap lingkungan alam sosial budaya. Membangun pemasaran wisata, meliputi pemasaran pariwisata bersama, terpadu, dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan serta pemasaran yang bertanggung jawab dalam membangun citra Kabupaten Langkat sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing. Membangun kelembagaan kepariwisataan, meliputi pengembangan organisasi Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia, regulasi, serta mekanisme operasional di bidang kepariwisataan.

4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Tempat Asal Wisatawan Karakteristik responden wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara berdasarkan tempat asal wisatawan dapat dijelaskan pada Tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Karakteristik Responden Wisatawan Nusantara Berdasarkan Tempat Asal Tempat Asal Jumlah Orang Persentase Langkat Medan Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur 23 20 16 3 3 35,38 30,76 24,61 4,61 4,61 Jumlah 65 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Dari hasil pengumpulan data terhadap 65 orang wisatawan nusantara yang dijadikan responden dalam penelitian ini, mayoritas berasal dari daerah Kabupaten Langkat sebanyak 23 orang 35,38, dari Medan sebanyak 20 orang 30,76, serta dari Jakarta sebanyak 16 orang 24,61. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa wisatawan nusantara mendominasi, Hal ini dikarenakan Tangkahan mempunyai daya tarikpotensi sebagai sebuah daerah tujuan wisata. Selain itu, dengan adanya variasi daerah asal wisatawan, mengindikasikan bahwa kawasan wisata Tangkahan telah diakui keberadaannya dan minati oleh wisatawan, khususnya sebagai daerah tujuan wisata yang menawarkan wisata ekologis. Tabel 4.2. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Tempat Asal Tempat Asal Jumlah Orang Persentase Jerman Thailand Belanda Australia Kanada Swiss Inggris 5 1 17 3 1 3 3 15,15 3,03 51,15 9,09 3,03 9,09 9,09 Jumlah 33 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Universitas Sumatera Utara Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan pada 33 wisatawan manca negara sebagai responden dalam penelitian ini, mayoritas berasal dari negara Belanda sebanyak 17 wisatawan 51,15, Jerman 5 wisatawan 15,15 dan Australia 3 wisatawan 9,09. Data ini menunjukkan bahwa Tangkahan telah menjadi salah satu objek wisata yang mulai dilirik oleh wisatawan mancanegara.

4.2.2. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Usia

Karakteristik responden wisatawan berdasarkan usia dapat dijelaskan pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal Berdasarkan Usia Usia Jumlah Orang Persentase 20 tahun 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun 50 tahun 8 21 23 8 5 12,30 32,30 35,38 12,30 7,69 Jumlah 65 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2009, Data Diolah. Gambaran umum wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Tangkahan berdasarkan usia terlihat pada Tabel 4.3. Mayoritas sebanyak 23 orang 35,38 wisatawan berusia 31-40 tahun, diikuti dengan sebanyak 21 orang 32,30 wisatawan yang berusia 20-30 tahun. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Usia Usia Jumlah orang Persentase 20 tahun 20 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun 50 tahun 16 10 7 48,48 30,30 21,21 Jumlah 33 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2009, Data Diolah. Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kawasan wisata Tangkahan berdasarkan usia terlihat pada Tabel 4.4. 16 orang 48,48 wisatawan berusia 20-30 tahun, diikuti dengan sebanyak 10 orang 30,30 wisatawan yang berusia 31-40 tahun. Dari hasil tabel responden wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara di atas, menunjukkan bahwa potensi objek yang terdapat di kawasan wisata Tangkahan adalah wisata alam yang cenderung berbasis minat khusus, memberikan tantangan dan membutuhkan ketahanan fisik tinggi seperti jungle trekking, camping, cavin, raftingtubbing, berenang dan lain-lainnya. Semua kegiatan tersebut sesuai dengan jiwa muda yang menginginkan unsur petualangan, menambah wawasan, dan pengalaman berwisata di kawasan alami. Universitas Sumatera Utara

4.2.3. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pendidikan dan Jenis

Kelamin Karakteristik responden wisatawan menurut tingkat pendidikan dan umur dapat dijelaskan pada Tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Orang Persentase SDSMP 0,00 SMA 15 23,07 Diploma 11 16,92 S1 29 44,61 S2 10 15,38 Jumlah 65 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Dari hasil pengumpulan data Tabel 4.5, 29 orang 44,61 dengan tingkat pendidikan S1, kemudian diikuti 15 orang 23,07 dengan tingkat pendidikan SMA dan 11 orang 16,92 tingkat pendidikan Diploma. Tabel 4.6. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Orang Persentase SDSMP 0,00 SMA 1 3,03 Diploma 5 15,15 S1 22 66,66 S2 5 15,15 Jumlah 33 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Hasil pengumpulan data responden wisatawan mancanegara, menunjukkan 22 orang 66,66 dengan tingkat pendidikan S1 dan 5 orang 15,15 dengan tingkat pendidikan S2 dan Diploma. Universitas Sumatera Utara Dari hasil tabel responden wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara di atas, kelompok dari latar belakang pendidikan tingkat perguruan tinggi umumnya memiliki pola berpikir yang luas dan cenderung memiliki keinginan untuk belajar, mengetahui budaya, dan mencoba pengalaman-pengalaman baru di suatu daerah wisata. Terlebih lagi bagi wisata laki-laki, pengalaman wisata alam dapat memenuhi unsur petualangan yang umumnya memang digemari.

4.2.4. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan merupakan sumber utama yang menghasilkan pendapatan kepada setiap orang. Karakteristik pekerjaan responden wisatawan dapat dijelaskan pada Tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah orang Persentase MahasiswaPelajar PNSBUMN Wiraswasta PegawaiSwasta Lain-lain 23 14 12 11 5 35,38 21,53 18,46 16,92 7,69 Jumlah 65 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Dari Tabel 4.7 menunjukkan bahwa MahasiswaPelajar 23 orang 35,38, diikuti dengan PNSBUMN sebanyak 14 orang 21,53 dan yang bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 12 orang 18,46. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah orang Persentase MahasiswaPelajar PNSBUMN Wiraswasta PegawaiSwasta Lain-lain 22 8 73,33 26,67 Jumlah 33 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Dari hasil Tabel 4.8 responden wisatawan mancanegara, 22 orang 73,33 Wiraswasta dan yang bekerja sebagai PegawaiSwasta sebanyak 8 orang 26,67. Dari hasil tabel responden wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara berdasarkan pekerjaan, yang bekerja sebagai wiraswasta mengindikasikan bahwa kalangan wisatawan ini mempunyai waktu yang lebih fleksibel untuk melakukan perjalanan wisata. Sedangkan kalangan MahasiswaPelajar persentasenya cukup tinggi karena penenlitian ini bertepatan dengan masa liburan sekolahperkuliahan.

4.2.5. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Frekuensi Kunjungan

Karakteristik responden wisatawan berdasarkan frekuensi kunjungan dapat dijelaskan pada Tabel 4.9 berikut. Tabel 4.9. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Frekuensi Kunjungan Jumlah orang Persentase 1 2 – 4 5 – 10 10 22 28 12 3 33,84 43,07 18,46 4,61 Jumlah 65 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa mayoritas wisatawan yang berkunjung adalah wisatawan yang pertama kali berkunjung ke kawasan wisata Tangkahan yaitu sebanyak 22 orang 33,84, sedangkan sebanyak 28 orang 43,07 dengan frekuensi 2-4 kali kunjungan dan wisatawan yang berkunjung lebih dari 10 kali sebanyak 3 orang 4,61 yaitu wisatawan yang berasal dari Langkat. Tabel 4.10. Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Frekuensi Kunjungan Jumlah Orang Persentase 1 2 – 4 5 – 10 10 30 3 90,90 9,09 Jumlah 33 100,00 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Hasil dari Tabel 4.10 menunjukan wisatawan mancanegara yang pertama kali berkunjung ke kawasan wisata Tangkahan yaitu sebanyak 30 orang 90,90, sedangkan sebanyak 3 orang 9,09 dengan frekuensi 2-4 kali kunjungan. Keadaan ini menunjukkan kawasan wisata Tangkahan sudah dikenal, dan wisatawan mempunyai minat serta memutuskan untuk datang ke Tangkahan. Terlebih lagi dengan adanya kunjungan yang berulang, hal ini mengindikasikan bahwa kawasan wisata Tangkahan sudah menjadi daerah tujuan wisata di Sumatera Utara khususnya, dan di Indonesia pada umumnya. Universitas Sumatera Utara

4.3. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata

4.3.1. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata

Berdasarkan Suku Karakteristik responden masyarakat di sekitar objek wisata berdasarkan suku dapat dijelaskan pada Tabel 4.11 berikut. Tabel 4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Suku Jumlah Persentase Karo 62 88,57 Jawa 6 8,57 Aceh 2 2,86 Total 70 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Penduduk di Dusun Kuala Buluh dan Kuala Gemoh terdiri dari beberapa suku, yaitu Karo, Jawa, dan Aceh yang berdiam sebagai pekerja perkebunan. Suku Karo yang mendominasi di Dusun Kuala Buluh dan Dusun Kuala Gemoh adalah Suku Karo yang melakukan migrasi ke Langkat, sehingga disebut Karo Jahe, sedangkan suku Jawa dan Aceh masuk akibat adanya pembukaan perkebunan Kelapa Sawit PTPN II.

4.3.2. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata

Berdasarkan Usia Penduduk yang menjadi responden di Dusun Kuala Buluh dan Dusun Kuala Gemoh adalah berumur antara 21 tahun sampai dengan 70 tahun, hal ini sesuai dengan kriteria umur yang diinginkan yaitu responden harus berumur di atas 15 tahun, yang kemudian dikelompokkan menjadi kelompok umur 21-64 tahun dan Universitas Sumatera Utara umur 64 tahun. Pengelompokan ini berdasarkan kriteria usia produktif dan non produktif sebagaimana yang dijelaskan pada Tabel 4.12 berikut. Tabel 4.12. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kelompok Umur Jumlah Persentase 20-64 64 91,43 64 tahun 6 8,57 Total 70 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Dapat dilihat bahwa penduduk yang tinggal di Dusun Kuala Buluh dan Dusun Kuala Gemoh adalah penduduk yang masih produktif. Seorang yang layak kerja atau atau berusia produktif adalah yang berusia 15 tahun sampai 64 tahun, sedangkan usia non produktif adalah yang berusia 64 tahun. Menurut Hartono dan Aziz dalam Ronal 2005, seseorang dinyatakan matang atau dewasa untuk dapat melakukan sesuatu aktivitas atau kegiatan yang tidak diukur dari umur seseorang melainkan dilihat dari tingkat berpikirnya.

4.3.3. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata

Berdasarkan Lama Menetap Karakteristik responden masyarakat di sekitar objek wisata berdasarkan lama menetap dapat dijelaskan pada Tabel 4.13 berikut. Tabel 4.13. Karakteristik Berdasarkan Lama Menetap Lama Menetap Jumlah Persentase 10 tahun 18 25,71 10 tahun 52 74,29 Total 70 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Universitas Sumatera Utara Responden yang telah menetap lebih dari 10 tahun sebanyak 74,29 dapat dikatakan ke 52 rumah tangga ini adalah penduduk asli yang telah mengenal betul keadaan atau situasi di Tangkahan dan juga telah banyak mendapatkan manfaat dari pengembangan kawasan wisata, berupa bertambahnya pendapatan, pengetahuan, serta pelatihan Bahasa Inggris yang diadakan oleh Indonesia Ecotourism Network INDECON, yaitu lembaga yang melakukan kerjasama dengan Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT dalam hal pengembangan produk wisata dan peningkatan kapasi masyarakat. Responden yang menetap kurang dari 10 tahun sebanyak 25,71 umumnya mereka adalah pendatang yang masih memiliki keluarga di Dusun Kuala Buluh dan Dusun Kuala Gemoh. Mereka tertarik untuk menetap karena mereka memiliki keyakinan dan harapan bahwa dengan berkembangnya kawasan wisata Tangkahan maka mereka bisa memperbaiki kehidupan perekonomian rumah tangga mereka, yaitu dengan melakukan kegiatan usaha di kawasan wisata.

4.3.4. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik responden masyarakat di sekitar objek wisata berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada Tabel 4.14 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase SD 43 61,43 SMP 16 22,85 SLTA 7 10,00 Perguruan Tinggi 1 1,43 Tidak Pernah Sekolah 3 4,29 Total 70 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Tingkat pendidikan di Dusun Kuala Buluh dan Dusun Kuala Gemoh masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah penduduk yang hanya tamatan SD, yaitu sebanyak 61,43. Rendahnya tingkat pendidikan ini disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa pendidikan pengeluaran yang membebankan keluarga. Sebab lainnya adalah kurangnya infrastruktur pendidikan, di mana gedung sekolah yang telah ada hanya untuk Sekolah Dasar, sedangkan untuk sekolah lanjutan belum tersedia, bila masyarakat hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maka mereka harus pergi ke desa lain yang jaraknya sangat jauh atau ke kota. Dikembangkannya Tangkahan menjadi kawasan wisata, masyarakat terdorong kemauannya untuk belajar baik secara formal maupun informal, sehingga nantinya mereka dapat memiliki wawasan dan bekal yang dapat digunakan untuk pengembangan kawasan selanjutnya. Selain menyekolahkan anak-anak mereka untuk belajar Bahasa Inggris, menggambar dan mewarnai di Tangkahan yang diadakan oleh Indonesia Ecoturism Network INDECON, yaitu lembaga yang bekerjasama dengan Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT dalam hal pengembangan produk wisata dan Universitas Sumatera Utara peningkatan kapasitas masyarakat. Hal ini memperlihatkan bahwa telah timbul kesadaran dari para orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

4.3.5. Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar Objek Wisata

Berdasarkan Mata Pencaharian Jenis mata pencaharian responden yang merupakan perwakilan dari tiap-tiap rumah tangga di Dusun Kuala Buluh dan Dusun Kuala Gemoh. Tabel 4.15. Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Jenis Mata Pencaharian Jumlah Persentase Petani Pedagang Pengusaha Penginapan PNS Petani + pekerjaan sampingan 38 2 2 2 26 54,28 2,86 2,86 2,86 37,14 Total 70 100 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Berdasarkan data di atas, penduduk Dusun Kuala Buluh dan Dusun Kuala Gemoh terdiri dari berbagai macam pencaharian sebagai petani, yaitu sebanyak 54,28. Banyak dari mereka yang memiliki pekerjaan sampingan setelah dikembangkannya Tangkahan menjadi kawasan wisata. Selain bertani mereka juga berjualan di kawasan wisata khususnya pada hari libur, bekerja sebagai perawat gajah, menjadi staf Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT dan para pemuda- pemudinya banyak yang menjadi ranger pemandu dan juga tim SAR. Pola usaha ekonomi di Tangkahan bersifat positif, hal ini dapat dilihat dari bervariasinya mata pencaharian penduduk lokal setelah terjadinya pengembangan kawsan wisata Tangkahan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Usman Universitas Sumatera Utara 2004, yaitu pola usaha ekonomi adalah bentuk mata pencaharian penduduk lokal setelah kehadiran suatu usaha atau kegiatan. Apabila bentuk mata pencaharian penduduk lokal menjadi bervariasi, maka dampaknya dikatakan positif. Bila bentuk mata pencaharian tidak beda dengan sebelumnya, maka dampaknya adalah negatif.

4.4. Analisa Jawaban Wisatawan dan Masyarakat terhadap Upaya

Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan Untuk melihat pengembangan kawasan wisata Tangkahan yang terdiri dari; objek dan daya tarik wisata, sarana wisata, prasarana wisata, masyarakat di sekitar objek wisata dapat dilihat berdasarkan kuesioner pertanyaan dan dengan diukur menggunakan metode net balance saldo bersih, dengan menggunankan jawaban kuesioner, maka diperoleh selisih antara jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi optimis dengan jumlah persentase responden yang memberikan jawaban berkonotasi pesimis.

4.4.1. Persepsi Jawaban Responden Wisatawan dan Masyarakat yang Berada

di Sekitar Objek Wisata terhadap Objek dan Daya Tarik Wisata di Tangkahan Di dalam pengelolaan kepariwisataan alam ekoturism secara umum, Objek dan Daya Tarik Wisata ODTW alam, memberikan makna penting bagi kesinambungan suatu kawasan wisata, di samping sarana dan prasarana wisata sebagai pendukung, serta publikasinya. Kejelian di dalam melihat potensi wisata amatlah penting agar terciptanya keragaman ODTW alam di suatu kawasan, serta mengemas menjadi ODTW alam yang unggul, dan menarik untuk dikunjungi Universitas Sumatera Utara wisatawan, penanganan ODTW alam memerlukan keseriusan pihak pengelola wisata, baik di dalam menggali potensi ODTW alam yang ada maupun upaya pengelolaannya. Dalam pengelolaan ODTW alam, maka pemahaman sifat atau karakteristik ODTW alam diperlukan guna mencari bentuk pengelolaan yang tepat. Dukungan multi stakeholder terkait dalam penyusunan RIPPOW Rencana Induk Pembangunan Pariwisata dan Objek Wisata, sangat diperlukan di dalam pengelolaan kepariwisataan alam secara berkelanjutan, agar dicapai fungsi manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. Wisata alam merupakan perjalanan ke suatu lingkungan baik alam yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial budaya. Wisata alam menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu: keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara langsung memberi akses kepada semua wisatawan untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam Suhandi, 2003. Maka dari penjelasan di atas kita dapat melihat persepsi wisatawan terhadap objek dan daya tarik wisata alam yang ada di Tangkahan yang ditampilkan di Tabel 4.16 sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16. Persepsi Responden terhadap Objek dan Daya Tarik Wisata Wisatawan Masyarakat Indikator Jawaban Indikator Jawaban Pertanyaan O P Jumlah Res SB O P Jumlah Res SB 1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih 83 15 98 82,85 61 9 70 48,14 2. Adanya ciri khususspesifikasi yang bersifat langka 90 8 98 89,92 67 3 70 62,71 3. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, hutan dan sebagainya 92 7 98 91,93 68 2 70 65,14 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Persepsi responden pada pertanyaan pertama adalah baik dengan nilai saldo bersih 82,85, bahwa responden merasakan adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih, maka untuk jawaban pada pertanyaan pertama objek dan daya tarik wisata adalah optimis. Hal ini juga sependapat dengan masyarakat, yang menyatakan bahwa responden masyarakat merasakan adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih dengan nilai saldo bersih 48,14, maka persepsi pada pertanyaan pertama masyarakat adalah optimis. Sedangkan pada pertanyaan kedua responden juga menjawab baik dengan nilai saldo bersih 89,92, bahwa responden merasakan adanya ciri khusus spesifikasi yang bersifat langka pada objek dan daya tarik wisata di Tangkahan, maka Universitas Sumatera Utara untuk jawaban pada pertanyaan kedua objek dan daya tarik wisata adalah optimis. Namun hal ini juga sependapat dengan masyarakat, yang menyatakan masyarakat merasakan adanya ciri khususspesifikasi yang bersifat langka pada objek dan daya tarik wisata, dengan nilai saldo bersih 62,71, maka presepsi pada pertanyaan kedua masyarakat adalah optimis. Persepsi responden pada pertanyaan ketiga adalah baik dengan nilai saldo bersih 91,93, bahwa responden menyatakan objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, hutan dan sebagainya. Maka untuk pertanyaan ketiga pada objek dan daya tarik wisata adalah optimis. Hal ini juga sependapat dengan masyarakat, yang menyatakan bahwa objek wisata alam mempunyai daya tarik yang tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, hutan, dengan nilai saldo bersih 65,14, maka presepsi masyarakat pada pertanyaan ketiga adalah optimis.

4.4.2. Persepsi Responden Wisatawan dan Masyarakat di Sekitar Objek Wisata

terhadap Sarana Wisata di Tangkahan Sarana dan prasarana dalam kawasan wisata merupakan fasilitas pendukung yang bisa memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung di lokasi wisata tersebut. Menurut Yoeti 1985, yang dimaksud dengan sarana dan prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan lancar dengan sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ketersediaan sarana dan prasarana yang baik akan sangat Universitas Sumatera Utara meningkatkan daya tarik dan kenyamanan dan tersendiri bagi pengunjung yang datang ke lokasi wisata Tangkahan. Sarana adalah fasilitas utama yang harus dimiliki setiap tempat kegiatan ekonomi, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan manusia tidak mengalami hambatan. Sarana tersebut juga masih dibagi dalam tiga bagian, yaitu: 1. Sarana pokok yang merupakan sarana utamafasilitas utama yang harus dimiliki oleh setiap tempat terjadinya kegiatan ekonomi. Sarana pokok kepariwisataan antara lain: a. Tempat yang memberikan pelayanan untuk penginapan, penyediaan makanan dan minuman, hotel, motel, losmen, restauran, rumah makan, dan sebagainya. b. Tempat yang mengatur perjalanan dan menyelenggarakan tour, seperti biro perjalanan, jasa transportasi bus pariwisata, taksi, rental mobil dan sebagainya. 2. Sarana pelengkap, merupakan fasilitas-fasilitas yang melengkapi sarana pokok, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih betah tinggal di tempat yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam sarana pelengkap antara lain: kuda untuk berkuda, ataupun segala sesuatu yang dapat membuat wisatawan untuk beraktivitas agar mereka tidak cepat bosan selama berada di tempat tersebut. 3. Sarana penunjang, adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan yang fungsinya adalah melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi lebih Universitas Sumatera Utara mengutamakan agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang sedang dikunjungi. Contohnya adalah souvenir shop. Dari penjelasan di atas bagaimana persepsi wisatawan dan masyarakat di sekitar objek wisata, terhadap sarana yang ada di Tangkahan, dapat dilihat di Tabel 4.17 berikut. Tabel 4.17. Penjelasan Responden terhadap Sarana Wisata Wisatawan Masyarakat Indikator Jawaban Indikator Jawaban Pertanyaan O P Jumlah Res SB O P Jumlah Res SB 1. Tangkahan memiliki sarana misalnya hotel, rumah, alat transportasi 38 60 98 -23,22 26 44 70 -36,85 2. Tangkahan terpelihara dan tertata dengan baik 38 60 98 -23,22 18 52 70 -56,28 3. Sarana yang ada di Tangkahan mendukung kenyamanan wisatawan 24 74 98 -36,85 29 41 70 -29,57 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah. Dari Tabel 4.17 menjelaskan bahwa pada pertanyaan pertama responden menyatakan sarana yang ada di Tangkahan seperti hotel, rumah makan dan tranfortasi masih kurang baik dengan nilai saldo bersih -23,22. Maka untuk persepsi wisatawan pada pertanyaan pertama sarana wisata adalah pesimis. Hal ini juga sependapat dengan masyarakat, bahwa masyarakat menyatakan hotel, rumah makan Universitas Sumatera Utara dan transportasi kurang baik dengan nilai saldo bersih -36,85. Untuk persepsi masyarakat pada pertanyaan pertama sarana wisata adalah pesimis. Sedangkan pada pertanyaan kedua, responden wisatawan menyatakan bahwa sarana wisata yang ada di Tangkahan tidak terpelihara dan tidak tertata dengan baik, dengan nilai saldo bersih -51,51, Maka untuk persepsi wisatawan pada pertanyaan kedua sarana wisata adalah pesimis. hal ini juga sependapat dengan persepsi masyarakat, bahwa sarana wisata yang ada di Tangkahan kurang terpelihara dan kurang tertata dengan baik, dengan nilai saldo bersih -56,28. Maka untuk persepsi masayarakat pada pertanyaan kedua sarana wisata adalah pesimis. Penjelasan pada pertanyaan ketiga, responden wisatawan menyatakan bahwa sarana yang terdapat di Tangkahan tidak mendukung kenyamanan wisatawan, responden wisatawan menjawab kurang baik dengan nilai saldo bersih -22,91, maka untuk persepsi wisatawan pada pertanyaan ketiga sarana wisata adalah pesimis. hal ini juga sependapat dengan masyarakat, responden masyarakat menyatakan sarana wisata di Tangkahan tidak mendukung kenyamanan wisatawan, dengan nilai saldo bersih -29,57, maka untuk persepsi masyarakat pada pertanyaan ketiga sarana wisata adalah pesimis.

4.4.3. Persepsi Responden Wisatawan dan Masyarakat di Sekitar Objek Wisata

terhadap Prasarana Wisata Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang menunjang kegiatan perekonomian agar dapat berjalan dengan lancar, sehingga memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Prasarana ini berfungsi melengkapi sarana Universitas Sumatera Utara kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam prasarana adalah sistem penyediaan air, jaringan telekomunikasi, pembangkit tenaga listrik, jalur penghubung jalan raya. Dengan demikian suatu objek wisata bila tidak ditunjang oleh prasarana yang telah diuraikan di atas, maka akan sulit bagi sarana-sarana kepariwisataan unutk memberikan pelayanan bagi wisatawan. Dari penjelasan di atas bagaimana persepsi responden wisatawan dan masyarakat di sekitar objek wisata, terhadap prasarana wisata di Tangkahan. dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut. Tabel 4.18. Penjelasan Responden terhadap Prasarana Wisata Wisatawan Masyarakat Indikator Jawaban Indikator Jawaban Pertanyaan O P Jumlah Res SB O P Jumlah Res SB 1. Tangkahan memiliki prasarana seperti listrik, telekomunikasi dan sebagainya 11 87 98 -77,7 5 65 70 -87,8 2. Dalam menuju daerah wisata Tangkahan tidak sulit untuk menjangkaunya 5 93 98 -89,8 30 40 70 -27,1 3. Di Tangkahan terdapat pelayanan tempat-tempat umum misalnya pusat perbelanjaan, pelayanan kesehatan 14 84 98 -71,7 15 55 70 -63,5 Sumber: Hasil Penelitian 2009, Data Diolah. Dari Tabel 4.18 menjelaskan bahwa, pada pertanyaan pertama responden menyatakan Tangkahan belum memiliki prasarana wisata seperti listrik dan telekomunikasi dan responden menjawab kurang baik dengan nilai saldo bersih - Universitas Sumatera Utara 77,77, dengan demikian untuk pertanyaan pertama pada prasarana wisata adalah pesimis. Hal ini juga sesuai dengan pendapat masyarakat yang menyatakan bahwa tangkahan belum memiliki prasarana seperti air, listrik dan telekomunikasi yang baik dengan nilai saldo bersih -87,85. Sedangkan pada pertanyaan kedua, responden menyatakan bahwa dalam menuju daerah wisata Tangkahan sulit untuk menjangkaunya dan responden menjawab kurang baik dengan nilai saldo bersih -89,89, dengan demikian untuk pertanyaan kedua pada prasarana wisata adalah pesimis. Hal ini juga sesuai dengan pendapat masyarakat yang menyatakan bahwa untuk menjangkau wisata di Tangkahan ini memang sulit atau kurang baik dengan nilai saldo bersih -27,14. Penjelasan pada pertanyaan ketiga, responden menyatakan bahwa di daerah wisata Tangkahan tidak ada tempat pelayanan tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, pelayanan kesehatan, dan responden menjawab kurang baik dengan saldo bersih -71,71. Maka untuk pertanyaan ketiga pada prasarana wisata adalah pesimis. Hal ini juga sesuai dengan pendapatan masyarakat yang menyatakan bahwa di Tangkahan belum memiliki tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, pelayanan kesehatan, dengan nilai saldo bersih -63,57.

4.4.4. Persepsi Responden terhadap Masyarakat di Sekitar Objek Wisata

di Tangkahan Menurut Suwantoro 2004, di dalam mengembangkan pariwisata alam di suatu daerah mutlak diperlukan kerjasama dengan masyarakat di sekitar objek wisata. Untuk menjamin pelaksanaannya diperlukan suatu wadah, lembaga atau Universitas Sumatera Utara badan hukum untuk mengelola dan memanfaatkannya sebagai suatu tourist attraction. Pembentukan yayasan atau badan hukum yang mengelola atau mengusahakan objek wisata alam tersebut akan memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan potensi dan jasa lingkungan sumber daya alam. Tabel 4.19. Persepsi Responden terhadap Masyarakat di Sekitar Objek Wisata Wisatawan Masyarakat Indikator Jawaban Indikator Jawaban Pertanyaan O P Jumlah Res SB O P Jumlah Res SB 1. Masyarakat di sekitar objek menyambut kehadiran dan memberikan layanan yang baik kepada tamu 78 20 98 57,60 63 7 70 53,0 2. Lingkungan di sekitar objek wisata diperhatikan dan dipelihara dengan baik 90 8 98 81,83 47 23 70 14,14 3. Masyarakat banyak yang terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan daerah wisata 95 3 98 91,93 66 4 70 60,28 Sumber: Hasil Penelitian, 2009 Data Diolah Dari Tabel 4.19 menjelaskan bahwa, pada pertanyaan pertama, responden menyatakan masyarakat yang berada di sekitar objek wisata Tangkahan menyambut kehadiran tamu sekaligus memberikan layanan kepada wisatawan yang datang ke Tangkahan dengan baik dengan nilai saldo bersih 57,60. Sehingga dengan demikian untuk pertanyaan pertama pada masyarakat di sekitar objek wisata adalah Universitas Sumatera Utara optimis. Sedangkan masyarakat menyatakan bahwa selama ini mereka selalu menyambut dan melayani tamu wisatawan yang datang ke kawasan wisata Tangkahan dengan baik dengan nilai saldo bersih 53,0, sehingga dengan demikian untuk pertanyaan pertama dikategorikan optimis. Sedangkan pada pertanyaan kedua, responden menyatakan lingkungan di sekitar objek wisata di Tangkahan selalu diperhatikan dan dipelihara dengan baik, dengan nilai saldo bersih 81,83. Maka untuk persepsi wisatawan pada pertanyaan kedua masyarakat di sekitar objek wisata adalah optimis. Hal ini juga sependapat dengan persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan di sekitar kawasan wisata selalu diperhatikan dan dipelihara dengan nilai saldo bersih 14,14, sehingga dengan demikian untuk pertanyaan kedua dikategorikan optimis. Persepsi wisatawan pada pertanyaan ketiga, responden menyatakan masyarakat di sekitar objek wisata di Tangkahan banyak yang terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan wisata di Tangkahan, wisatawan menyatakan baik dengan nilai saldo bersih 91,93. Maka untuk persepsi wisatawan pada pertanyaan ketiga adalah optimis, begitu juga dengan persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa mereka banyak terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan wisata Tangkahan, dengan nilai saldo bersih 60,28. Maka untuk persepsi masyarakat pada pertanyaan ketiga adalah optimis. Universitas Sumatera Utara

4.5. Upaya

Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Langkat Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. upaya pengembangan pariwisata yang dilihat dari kebijaksanaan dalam pengembangan wisata alam, dari segi ekonomi pariwista alam akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Memang pariwisata alam membutuhkan investasi yang relatif lebih besar untuk pembangunan sarana dan prasarananya. Untuk itu diperlukan evaluasi yang teliti terhadap kegiatan pariwisata alam tersebut. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pariwisata alam yang berbentuk ekoturisme belum berhasil berperan sebagai alat konservasi alam maupun untuk mengembangkan perekonomian. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya mendapatkan dana pengembangan kegiatannya. Pengelolaan kawasan wisata alam banyak menggunakan dana dari pendapatan pariwisata dari pengunjung sebagai mekanisme pengembalian biaya pengelolaan dan pelestarian kegiatan pariwisata alam belum tercapai secara optimal.

4.5.1. Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat

Adapun sumber Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Langkat dipungut berdasarkan Peraturan Daerah, yang terdiri dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Penerimaan lain-lain. Berikut jenis pungutan dan target penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat tahun 2009. Universitas Sumatera Utara 1. Pajak Daerah Pajak Daerah berdasarkan PP No. 65 Tahun 2001 adalah iuran wajib yang dilakukan orang pribadi oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan daerah, tabel berikut ini adalah jenis-jenis pajak daerah yang terealisasi: Tabel 4.20. Target Pajak Daerah Pemerintah Kabupaten Langkat No Jenis Pungutan Target Realisasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Bahan Gal.Gol.c Pajak Parkir 25.000.000 200.000.000 10.000.000 200.000.000 10.800.000.000 650.000.000 3.300.000 25.500.000 560.215.477 6.470.000 280.726.378 8.311.681.516 666.093.584 2.940.150 102,00 280,11 64,70 140,36 76,96 102,48 89,10 Jumlah Pajak Daerah 11.888.300.000 9.853.627.105 82,89 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah 2008. 2. Retribusi Daerah Retribusi Daerah berdasarkan PP No. 66 Tahun 2001 adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.21. Target Retribusi Daerah Kabupaten Langkat No Jenis Pungutan Target Realisasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. Pel. Kesehatan DISKES Pel. Kesehatan RSU Pem. Kwalitas AirLABPT Ret.1. dan pel.Kes.Swasta Pel.PersampahanKebersihan Peng. Biaya Cetak KTP Peng. Biaya Cetak Akte Catpil Pelayanan Parkir Ret. Pelayanan Pasar Ret. Peng.Kendaraan Bermotor Pem. Alat. Pemadam Kebakaran Ret. Sewa Rumah Dinas Ret. GDGRuanganAula Ret. Jasa Usaha Terminal Jasa Usha Pel.P.A. Laut Izin Usha Warung Telkom Surat Izin Tempat Usaha Ret.1.Penglolaan Hasil Hutan Izin Ush Perkebunan Jasa Usaha Rumah Potong Hewan Ret.Penjualan Produksi Daerah Jasa Ush Pengel.Limbah Cair Ret.1.GangguanSGR.Brg Walet Izin Mendirikan Bangunan Izin Gangguan Pertambangan Izin GangguanHO Izin Trayek Izin Ush PAKB Umum Izin Pel. Pelbhan Kapal Ret.Peng.Kelbhn Muatan Barang Izin P.padi, huller izin tempt ush Izin Usaha Perdagangan Izin Usaha Industri Izin Usaha Pengelolaan ABTAPU Izin Usaha Pengusahaan Migas Dokumen Pekerjaan Tanda Dftr Gudang Pengtran Usaha Rumah Makan Izin Rekreasi Hib Umum 325.000.000 379.500.000 10.000.000 30.000.000 375.000.000 295.000.000 125.000.000 222.000.000 800.000.000 110.000.000 8.200.000 15.400.000 18.000.000 193.200.000 16.000.000 10.000.000 50.000.000 250.661.175 5.000.000 30.000.000 18.000.000 20.000.000 25.000.000 250.000.000 22.000.000 250.800.000 16.000.000 25.000.000 10.000.000 650.000.000 18.500.000 15.000.000 6.750.000 52.000.000 6.500.000 186.875.000 18.250.000 7.250.000 17.800.000 320.123.500 442.927.300 6.007.000 29.384.750 188.193.100 540.072.000 205.799.000 158.000.000 557.923.410 140.000.000 8.200.000 - - 124.500.000 11.500.000 7.000.000 19.675.000 268.230.325 24.139.900 25.044.000 16.560.000 18.900.000 - 229.597.834 13.000.000 188.185.000 15.500.000 16.500.000 11.000.000 768.600.000 19.130.000 18.400.000 - 29.400.000 - 229.250.000 12.450.000 3.750.000 17.850.000 98,50 116,71 60,07 97,95 50,18 183,08 164,64 71,17 69,74 127,27 100,00 - - 64,44 71,88 70,00 39,35 76,64 - 83,48 92,00 94,50 - 91,84 59,09 75,03 96,88 66,00 110,00 118,25 103,41 122,67 - 56,54 - 122,68 68,2 51,72 100,28 Universitas Sumatera Utara 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. Ret.Tanda Daftar Perusahaan Mutasi Hasil Usaha Peternakan Ret.1.Pendidikan Ret Ush Jasa Kontruksi Ret.Izin Bengkel Ret Hasil Tera Ulang Ret Sewa Alat Berat 21.787.500 32.000.000 500.000 20.000.000 5.000.000 10.000.000 105.300.000 28.900.000 36.956.000 500.000 19.500.000 5.000.000 10.111.350 106.580.000 132,04 115,49 100,00 97,50 100,00 101,11 101,22 Jumlah Retribusi 5.177.612.500 4892.789.469 94,10 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2008. 3. Pendapatan Lain-lain Pendapatan lain-lain yang sah menurut PP No. 57 Tahun 2005 adalah seluruh pendapatan di luar pajak daerah dan retribusi daerah seperti pendapatan yang berasal dari laba perusahaan daerah, usaha daerah yang sah, bagi hasil pajak dan bukan pajak dan sumbangan pihak ketiga kepada daerah. Tabel 4.22. Target Pendapatan Lain-lain Pemerintah Kabupaten Langkat No Jenis Pungutan Target Realisasi 1. 2. 3. 4. 5. Hasil P. Aset Daerah yang Tdk Dipisahkan Pembinaan Ush Peternakan Jasa Giro Penerimaan Lain-Lain Deviden Bank Sumut 1.500.000.000 18.000.000 2.500.000.000 700.000.000 1.500.000.000 15.696.000 18.138.000 2.191.495.924,97 5.695.003.326,28 1.949.419.972,59 1,05 100,77 87,66 813,57 129,96 Jumlah PAD 6.218.000.000 9.869.753.223,84 158,73 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah, 2008.

4.5.2. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat yang Diterima dari

Sektor Pariwisata Bukit Lawang Tabel di atas menunjukan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat pada tahun 2008, pada saat ini pajakkontribusi yang terealisasi dari sektor pariwisata di Kabupaten Langkat adalah kawasan wisata Bukit Lawang, berikut data Pendapatan Lanjutan Tabel 4.21 Universitas Sumatera Utara Asli Daerah yang diterima Pemerintah Kabupaten Langkat dari kawasan wisata Bukit Lawang dari tahun 2004 - 2008, dengan perincian sebagai berikut: 1. Tabel realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat yang diterima dari kawasan wisata Bukit Lawang pada tahun 2004. Tabel 4.23. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2004 No Jenis Retribusi Target Terealisasi 1. 2. 3. 4. Retribusi HotelTandan Melati Retribusi Dokumen Pekerjaan Retribusi Usaha Rumah Makan Retribusi Izin Rekreasihiburan umum Rp. 2.000.000 Rp. 500.000 Rp. 6.600.000 Rp. 15.000.000 Rp 1.000.000 Rp. 200.000 Rp. 6.300.000 Rp. 200.000 50,0 40,0 95,0 1,3,0 Jumlah Rp. 24.100.000 Rp. 7.700.000 32,0 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Langkat, 2004. Tabel di atas menunjukkan bahwa di tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Langkat tidak menetapkan target yang tinggi, hasil yang didapat dari kawasan wisata Bukit Lawang ini belum mencapai target yang telah ditetapkan, hal ini dikarenakan terjadinya bencana alam banjir bandang yang berakibat rusaknya sarana dan parasrana yang ada di kawasan wisata Bukit Lawang, sehingga kontribusi yang diterima Pemerintah Kabupaten Langkat belum mencapai target yang telah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara 2. Tabel realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat yang diterima dari kawasan wisata Bukit Lawang pada tahun 2005. Tabel 4.24. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2005 No Jenis Retribusi Target Terealisasi 1. 2. 3. 4. Retribusi HotelTandan Melati Retribusi Dokumen Pekerjaan Retribusi Usaha Rumah Makan Retribusi Izin Rekreasihiburan umum Rp. 2.000.000 Rp. 500.000 Rp. 6.600.000 Rp. 25.000.000 Rp 1.200.000 Rp. 200.000 Rp. 6.300.000 Rp. 315.000 60 60 100,3 1,3 Jumlah Rp. 34.100.000 Rp. 8.440.000 24,7 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Langkat, 2005. Dari tabel realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat di tahun 2005, menunjukkan jumlah kontribusi yang diterima Pemerintah Kabupaten Langkat masih belum mencapai target yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Langkat. Dalam hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Langkat belum berhasil dalam melakukan realisasi pengutipan pajak atau retribusi yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata di kawasan wisata Bukit Lawang. Universitas Sumatera Utara 3. Tabel realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat yang diterima dari kawasan wisata Bukit Lawang pada tahun 2006. Tabel 4.25. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2006 No Jenis Retribusi Target Terealisasi 1. 2. 3. 4. Retribusi HotelTandan Melati Retribusi Dokumen Pekerjaan Retribusi Usaha Rumah Makan Retribusi Izin Rekreasihiburan umum Rp. 1.800.000 Rp. 400.000 Rp. 6.250.000 Rp. 12.075.000 Rp. - Rp. 400.000 Rp. 4.500.000 Rp. 15.750.000 - 100 72 130 Jumlah Rp. 20.525.000 Rp. 20.650.000 24,7 Sumber: Dinas Pariwista Kabupaten Langkat, 2006. Pada tahun 2006 kawasan wisata Bukit Lawang telah memberikan kontribusi yang positif dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Langkat. 4. Tabel realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat yang diterima dari kawasan wisata Bukit Lawang pada tahun 2007. Tabel 4.26. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2007 No Jenis Retribusi Target Terealisasi 1. 2. 3. 4. Retribusi HotelTandan Melati Retribusi Dokumen Pekerjaan Retribusi Usaha Rumah Makan Retribusi Izin Rekreasihiburan umum Rp. 1.800.000 Rp. 400.000 Rp. 6.250.000 Rp. 15.550.000 Rp. - Rp. 400.000 Rp. 6.250.000 Rp. 15.550.000 - 100 100 100 Jumlah Rp. 24.000.000 Rp. 22.200.000 92,5 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Langkat, 2007. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Langkat menetapkan target yang lebih tinggi yaitu pada retribusi izin rekreasihiburan umum, dan hasilnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 5. Tabel realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat yang diterima dari kawasan wisata Bukit Lawang pada tahun 2008. Tabel 4.27. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat 31 Desember Tahun 2008 No Jenis Retribusi Target Terealisasi 1. 2. 3. Retribusi Dokumen Pekerjaan Retribusi Usaha Rumah Makan Retribusi Izin Rekreasihiburan umum Rp. 400.000 Rp. 7.250.000 Rp. 17.850.000 Rp. 750.000 Rp. 3.750.000 Rp. 17.850.000 175 52 100 Jumlah Rp. 25.450.000 Rp. 22.300.000 88 Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Langkat, 2008. Data-data dari tabel di atas menunjukkan bahwa kawasan wisata Bukit Lawang memberikan kontribusi yang positif secara langsung kepada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Langkat khususnya dari sektor pariwisata. Pengembangan sektor wisata di kawasan Bukit Lawang sangat didukung infrastruktur yang ada seperti sarana dan prasarana wisata, terutama jalan menuju kawasan wisata yang lancar dan dalam kondisi fisik yang baik. Kawasan wisata Bukit Lawang termasuk kawasan wisata alam yang mampu menarik wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara. Berbeda halnya dengan kawasan wisata Tangkahan yang belum didukung sarana dan prasarana yang memadai, khususnya pada jalan menuju kawasan wisata Tangkahan yang masih dalam kondisi buruk, maka hal ini akan menyulitkan para wisatawan Universitas Sumatera Utara untuk menjangkau kawasan wisata Tangkahan, padahal kawasan wisata Tangkahan memiliki potensi yang lebih menarik daripada kawasan wisata Bukit Lawang, sehingga sampai saat ini kawasan wisata tangkahan belum memberikan kontribusi positif secara langsung terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Langkat. Hal ini disebabkan karena kawasan wisata Tangkahan merupakan salah satu kawasan wisata alam yang masih baru promosi, sehingga Pemerintah Kabupaten Langkat belum menetapkan target retribusi yang akan dipungut setiap tahunnya. Selain itu kawasan wisata Tangkahan selama ini hanya dikembangkan oleh Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT sebagai perwakilan masyarakat tangkahan yang diketahui Pemerintah Kabupaten Langkat, kegiatan tersebut juga dibantu oleh beberapa organisasi-organisasi lingkungan yang tergabung dalam beberapa lembaga Non Government Organiztion NGO baik Nasional maupun Internasional yang masuk melalui Taman Nasional Gunung Leuser TNGL. Saat ini pemerintah Kabupaten Langkat terus melakukan pengembangan kawasan wisata Tangkahan yang dilakukan dengan cara membangun sarana dan prasarana berupa perbaikan jalan dan rehab jembatan menuju kawasan wisata Tangkahan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah akses transportasi menuju kawasan wisata yang selama ini dinilai masih kurang baik.

4.6. Analisa Tren Pengembangan Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten

Langkat Dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata, Kabupaten Langkat memiliki banyak peluang dan tantangan yang kalau dilihat sebagai suatu totalitas memiliki Universitas Sumatera Utara posisi yang kuat karena adanya diferensiasi produk yang cukup banyak. Namun dari beberapa kawasan wisata yang ada di Kabupaten Langkat konsentrasi pengembangan hanya terjadi di kawasan wisata Bukit Lawang. Padahal potensi objek dan daya tarik wisata yang terkandung di kawasan wisata Tangkahan jauh lebih baik, berikut tabel dan grafik kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara: Tabel 4.28. Kunjungan Wisatawan Lokal dan Wisatawan Mancanegara 2006- 2008 No Tahun Wisatawan Lokal Wisatawan Mancanegara Jumlah orang 1 2006 2243 53 2296 2 2007 4417 83 4500 3 2008 7981 233 8214 Sumber: Lembaga Pariwisata Tangkahan, 2006-2008. Gambar 4.1. Kunjungan Wisatawan Lokal dan Wisatawan Mancanegara 2006- 2008 Dari tabel dan grafik di atas dapat kita lihat jumlah kunjungan wisata yang terus meningkat di setiap tahunnya, hal ini menunjukan bahwa kawasan wisata Tangkahan telah menjadi daerah tujuan wisata khususnya di Kabupaten Langkat yang mulai diminati oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Kawasan Universitas Sumatera Utara wisata Tangkahan memiliki faktor pendukung dan faktor penghambat yang menggambarkan potensi yang dimiliki kawasan wisata Tangkahan dan menujukan apakah kawasan wisata Tangkahan layak untuk dikembangkan, faktor pendukung dan faktor penghambat tersebut ialah sebagai berikut:

1. Kekuatan

a. Kawasan wisata Tangkahan adalah objek wisata alam yang memiliki daya tarik yang tinggi karena keindahan alamnya seperti pegunungan, sungai dan hutannya, kemudian adanya ciri khususspesifikasi yang bersifat langka yang tidak dimiliki kawasan wisata alam lainya yang ada di Kabupaten Langkat khususnya, seperti: air terjun sungai Buluh, air panas sungai Buluh, air terjun sungai Garut, air terjun sungai Umang, air terjun Tala-Tala, air terjun Grogoh kiri, air terjun Batak, air terjun Cengke-Cengke, air terjun Murba, air terjun Alor Grogoh Kanan, air terjun sungai Gambir, air terjun Alur Simpang Kanan, air terjun Alur Simpang Kiri, goa Kalong, goa Sungai Putih, air panas Sekucip, air panas sungai Glugur. b. Bentuk kegiatan-kegiatan wisata yang ditawarkan yaitu: rekreasi keluarga, wisata tirta pemandian, memancing, berenang, berperahu, tubbing, menikmati panorama sungai dan alam sekitar, berkemah, wisata budaya, jelajah hutantrekking, bersepeda, wisata agro, wisata pendidikan jelajah hutan dengan interprestasi, pengamatan kehidupan liar dan wisata goa. c. Kemudian masyarakat di sekitar kawasan wisata yang telah dibentuk menjadi Lembaga Pariwisata Tangkahan LPT sebagai pengelola dan pengembangan Universitas Sumatera Utara kawasan wisata Tangkahan, Lembaga Pariwisata tangkahan tersebut yang selalu memberikan layanan dengan baik kepada para wisatawan yang datang ke kawasan wisata Tangkahan.

2. Kelemahan