dan menilai serta menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan pengkritisi. Merekalah yang dapat mengukur sejauh mana tema metafora diterapkan ke
dalam bangunan dan apakah metafora yang dimaksud oleh perancang sama dengan metafora yang dilihat oleh pengguna. Metafora yang baik adalah yang tidak bisa
ditemukan oleh pengguna atau kritikus. Dalam hal ini metafora merupakan ‘rahasia kecil’ pencipta Antoniades, 1992.
Begitulah metafora dalam arsitektur yang mengibaratkan arsitektur sebagai sebuah bahasa yang dapat mengandung sebuah pesan di dalamnya. Ketika kata dan imaji tidak
mampu lagi menyampaikan pesan, arsitektur dalam bahasa metafora menjawabnya dengan bentuk, ruang dan fungsi.
3.3. Latar Belakang Pemilihan Tema
Bentuk bangunan dapat dicapai melalui beberapa pendekatan yang disesuaikan dengan fungsi bangunan. Hal ini penting karena dalam bangunan komersial bentuk dan
estetika bangunan lebih berperan untuk kemudahan dalam memberi kesan dan daya tarik, di samping tetap memperhatikan fungsi ruang dan sistem struktur yang ada dalam
bangunan tersebut. Pengambilan tema Metafora pada bangunan Astronomi dan Planetarium ini adalah
untuk menampilkan bentuk yang dapat dinikmati melalui tampilan secara visual sehingga bentukan bangunan dapat lebih bervariasi dan memiliki nilai estetika tinggi. Selain itu
dengan tema metafora ini diharapkan bangunan ini nantinya dapat menjadi ikon baru yang dikenal oleh masyarakat. Karena masyarakat tentu akan lebih muda mengingat dari suatu
bentuk yang sudah dikenal dan identik dengan fungsi ataupun sifat dari bangunan itu sendri. Dari bentuk inilah nanti yang akan diaplikasikan ke bangunan.
Dengan mengambil tema ini, orang ‘bebas’ mengapresiasi dan menginterpretasikan sebuah karya arsitektur. Metafora dalam arsitektur memberikan sebuah perspektif baru
bagi arsitek dan orang awan untuk menikmati karya arsitektur. Melalui perwujudan kualitas visual, setiap orang dapat menikmati metafora dalam arsitektur.
Metafora dalam arsitektur dapat dinikmati melalui sebuah proses pemikiran yang arsitektural. Metafora dalam arsitektur dibangun melalui perwujudan konsep desain.
Melalui pengejewantahan desain, konsep tersebut ‘dipindahkan’ ke dalam ruang tiga dimensi. Tekstur, bentuk dan warna dirancang untuk menghasilkan kualitas visual ruang
Universitas Sumatera Utara
yang unik, meliputi lantai, dinding, atap dan sebagainya. Ruang-ruang unik inilah yang kemudian membawa makna-makna khusus sebagai ekspresi metaforik.
3.4. Keterkaitan Tema dengan Judul
Tema metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Planetarium ini untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu memberi
kesan dan citra tersendiri, serta mampu menggugah persepsi dan imajinasi orang yang melihatnya. Selain agar mampu menampilkan bentuk semenarik mungkin sehingga dapat
memberikan nilai estetika tersendiri terhadap kawasan sekitar. Planetarium ini merupakan suatu tempat yang mewadahi kegiatan dalam bentuk
pertunjukkan, terutama pertunjukkan bintang dan benda-benada langit. Dan secara garis besar bangunan ini bersifat rekreatif dan edukatif.
Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa bentuk sangat mempengaruhi makna dari suatu bangunan. Perlu ditekankan bahwa bangunan arsitektur
tersebut dapat berbicara sendiri pada pengamat tentang apa fungsinya atau untuk apa dia ada. Dengan demikian pengamat akan merasa lebih mengenal dan ingat akan citra yang
ditunjukkan oleh bangunan tersebut. Planetarium sebagai tempat untuk memperlihatkan dan memperkenalkan ilmu
astronomi yang akan menunjukkan posisi bintang, planet, bulan dan matahari di jagad raya dan juga berbagai macam fenomena alam yang ditimbulkan olehnya kepada kalangan
pelajar dan mahasiswa serta masyarakat umum memerlukan suatu “identitas” dalam perwujudannya sehingga menimbulkan minat masyarakat untuk tahu lebih lanjut mengenai
bidang ilmu pengetahuan ini. Untuk itulah dipilih tema arsitektur Simbolis karena bidang ilmu pengetahuan ini belum begitu berkembang di Medan pada khususnya dan di
Indonesia pada umumnya. Pada bidang astronomi itu sendiri terdapat berbagai macam bentuk-bentuk fantastis
yang dapat dijadikan laaambang bentuk dalam arsitektur seperti bentuk rasi bintang, bentuk lintasan orbit planet dan bentuk-bentuk benda langit lainnya, begitu juga dengan
bentuk-bentuk fenomena yang dihasilkannya. Dengan perwujudan bentuk-bentuk ini sebagai simbol pada gaya bangunan, baik bentuk bangunan, fungsi maupun penataan ruang
di dalamnya, diharapkan masyarakat akan merasa lebih dekat dengan benda-benda langit yang kenyataannya berada jutaan kilometer dengan kita. Menerapkan simbol dalam wujud
arsitektur pada bangunan planetarium memungkinkan pemakai bangunan merasakan maksud dan ekspresi dari bangunan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Gambar.3.1 Kawasan Museum of Fruit
Dengan sifat-sifat dari ilmu astronomi diharapkan dapat mebuat bentuk bangunan lebih dikenal dan dapat menimbulkan persepsi berdasarkan siapa yang melihatnya. Dalam
penerapannya bangunan ini akan menggunakan tema metafora yang diharapkan dapat menggambarkan fungsi dari bangunan ini. Dan juga sebagai media publikasi dan
mengiklankan ilmu astronomi itu sendiri dan kegiatan yang ada di dalamnya agar lebih diminati oleh masyarakat umum.
3.5. Studi Banding Tema