Latar Belakang 2004-2008 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah negara berkembang biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang miskin Wikipedia, 2008. Kemiskinan dalam pengertian konvensional pada umumnya adalah pendapatan suatu komunitas yang berada dibawah satu garis kemiskinan tertentu. Artinya sebuah komunitaskelompok masyarakat tertentu disebut miskin apabila berada dibawah garis kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah. Secara nasional angka kemiskinan ditentukan oleh seberapa besar pendapatan Negara yang diperoleh dibagi dengan seluruh penduduk, sedangkan didaerah indikator kemiskinan ditentukan oleh seberapa besar Upah Minimum Regional UMR di daerah tersebut. Kemiskinan dapat pula ditafsirkan sebagai suatu keadaan, yang sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup Kurniawan, 2006. Mayoritas penduduk Indonesia berada dekat dengan garis kemiskinan. Paling sedikit 23,63 juta penduduk Indonesia terancam kelaparan saat ini, mereka yang terancam kelaparan adalah penduduk yang pengeluaran per kapita sebulannya di Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara bawah Rp 30.000. Di antara orang-orang yang terancam kelaparan, sebanyak 272.198 penduduk Indonesia berada dalam keadaan paling mengkhawatirkan. Mereka yang digolongkan terancam kelaparan dengan keadaan paling mengkhawatirkan adalah penduduk yang pengeluaran per kapitanya di bawah Rp 15.000 sebulan Kurniawan, 2006. Tahun 2006, sekitar 80 kepala rumah tangga miskin berpendidikan SD atau tidak tamat SD dan 9,8 kepala rumah tangga miskin tidak bekerja. Jumlah penduduk miskin sejak 1970an menurun hingga pertengahan tahun 1990an, tetapi mengalami peningkatan akibat krisis multidimensi hingga akhir 1990an dan kembali menurun hingga tahun 2005. Namun, pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin akibat bencana alam sebanyak 19,3 juta kepala keluarga. Meskipun mengalami penurunan pada tahun 2007, banyaknya jumlah penduduk miskin telah mencapai angka 37 juta jiwa Weblog, April 2008. Dalam keadaan yang begitu berat, sebagian penduduk Indonesia terpaksa mengais sampah untuk mempertahankan hidupnya. Mereka kita kenal sebagai pemulung. Para pemulung adalah pahlawan kebersihan lingkungan tanpa tanda jasa. Terpaan terik matahari yang menyengat, bau sampah dan kotoran dari berbagai macam tanpa ada rasa jijik dan malu-malu, membalik-balik sampah guna mengumpulkan barang bekas baik kertas, kardus, besi, plastik dan lain sebagainya yang bisa dijual kembali kepada para pengepul Muladi, 2002. Pemusatan pembangunan di perkotaan mengakibatkan pertambahan penduduk yang pesat, diakibatkan penduduk alami dan bekerjanya migrasi desa ke kota yang disebut urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk tidak hanya mengakibatkan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kepadatan pada satu daerah tetapi juga berakses kepada meningkatnya jumlah penawaran tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan permintaan tenaga kerja mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Akhirnya mereka tenaga kerja yang tidak dapat masuk ke sektor formal lebih memilih sektor informal karena akses lebih mudah. Sektor informal inilah yang banyak dijumpai di perkotaan Tohar, 2003. Sektor informal merupakan usaha mandiri diantaranya : pedagang kaki lima, pengemudi becak, pemulung dan sebagainya. Peluang kerja yang sebenarnya diminati oleh kaum migran di kota pada umumnya di sektor formal, sementara peluang kerja formal yang tersedia di kota masih terbatas dan ini menimbulkan permasalahan penampungan tenaga kerja atau disebut pengangguran. Oleh karena itu sebagian penduduk terpaksa menjadi pemulung sekalipun mereka harus bersentuhan dengan sampah setiap harinya Wurdjinem, 2001. Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik biasa disebut sebagai sampah basah dan sampah anorganik sampah kering. Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain-lain. Sampah jenis ini dapat terdegradasi membusukhancur secara alami. Sampah yang secara potensial menularkan penyakit sebaiknya tidak bersentuhan langsung dengan organ tubuh manusia seperti kulit Muladi, 2002. Sampah kering atau sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Sampah kering anorganik inilah yang dipungut para pemulung untuk dijual kembali kepada para pengepul Muladi, 2002. Data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan PEMKO Medan 2005, di Kota Medan produksi sampah setiap harinya sebanyak 3.960 meter kubik, sampah ini tidak semuanya terangkut dan masih banyak tersisa sebanyak 1.400 meter kubik perharinya. Sedangkan tahun 2007 volume sampah kota Medan setiap hari 5.436 m 3 hari Sulaiman, 2008. Para pemulung yang setiap harinya bersentuhan langsung dengan sampah memiliki banyak resiko. Selain bau anyir, penyakit tentunya rentan menyerang para pemulung. Ada hal yang sangat berbahaya sekali bagi para pemulung yaitu khusus untuk barang bekas yang asalnya sebagai bahan pembungkus kimia dan bakteri, hal ini akan sangat berbahaya jika barang bekas diambil dan bersentuhan langsung dengan kulit atau terhirup melalui hidung. Sebagai contoh bahan kimia yang ada pada bekas botol serta botol-botol dari laboratorium, rumah sakit, aki bekas, kardus-kardus bekas pembungkus bahan kimia. Barang-barang bekas yang mengandung bakteri seperti bakteri coli penyebab disentri atau bakteri penyebab penyakit kusta dan lain- lain. Bakteri ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui pori-pori, kulit atau pernapasan Muladi, 2002. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dalam sampah juga sering dibuang bendabahan berbahaya seperti : pecahan kaca, pisau cukur, bahan beracun, benda-benda berkuman penyakit, bahan yang dapat meledak, dan sebagainya. Benda atau bahan semacam itu dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan pemulung Lubis, 2006. Ironisnya, para pemulung biasanya tidak peduli dengan kebersihan dan kesehatannya. mestinya pemulung perlu memakai kaos tangan, penutup hidung dan penjepit untuk mengambil barang bekas. Bagi para pekerja, hal yang paling penting adalah mendapatkan upah dan bisa makan. Tidak sedikit dari para pemulung tersebut merupakan ibu rumah tangga. Keadaan ekonomi yang buruk membuat ibu-ibu ini ikut membantu suami mereka mencari nafkah dengan bekerja sebagai pemulung. Ibu rumah tangga memegang peranan penting dalam memelihara kesehatan keluarga. Sebagai ibu yang mempunyai peran lebih untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak dibandingkan suami, ibu diharapkan lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihannya Viktor, 2007. Kesehatan keluarga sangat dipengaruhi oleh higiene perseorangan ibu rumah tangga. Di Negara Indonesia, ibu rumah tanggalah yang mengurus anak-anak dan menyiapkan makanan bagi seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, higiene perseorangan ibu akan sangat mempengaruhi kesehatan keluarga. Berdasarkan keterangan dari Kepala Lingkungan II pada saat observasi langsung pada bulan Oktober 2008, Lingkungan II Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat dihuni oleh 280 kepala keluarga. Sekitar 75 kepala keluarga bekerja sebagai wiraswasta. Masyarakat yang tinggal di daerah bagian selatan yaitu penduduk Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara yang bermukim sepanjang rel kereta api, sebagian besar kepala keluarganya sebagai tukang becak, sedangkan isteri-isteri mereka sebagai ibu rumah tangga ikut membantu ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai pemulung. Rumah-rumah mereka dibangun mengikuti alur rel kereta api dengan keadaan yang sangat sederhana. Rumah berdinding kayu atau papan yang berjejer rapat menyebar sepanjang rel kereta api. Setelah dilakukan observasi langsung pada bulan Oktober di Lingkungan II Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat, terlihat bahwa keadaan rumah-rumah penduduk tergolong kumuh dan tidak memenuhi syarat kesehatan. Rumah-rumah mereka keadaannya lembab, gelap, dan bau. Lingkungan rumah sangat kotor dan tidak terurus. Sampah dan barang-barang bekas terlihat menumpuk dimana-mana. Mayoritas penduduk di dalam rumah mereka juga memelihara ternak babi yang kandangnya tidak terpisah sendiri dari rumah sehingga memungkinkan anggota keluarga terjangkit berbagai penyakit. Kandang ternak hanya merupakan satu petak kecil di dalam rumah yang biasanya terletak dekat kamar mandi tetapi masih satu atap dengan bangunan rumah utama. Mereka memelihara ternak babi juga untuk membantu perekonomian keluarga. Makanan ternaknya didapatkan dari hasil memulung sisa-sisa makanan. Ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pemulung tersebut juga terlihat belum memenuhi persyaratan higiene perseorangan. Ketika bekerja memulung barang-barang bekas mereka sama sekali tidak menggunakan Alat Pelindung Diri, dan setelah bekerja tanpa mencuci tangan atau membersihkan diri terlebih dahulu Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyiapkan makanan, dan mengurus anak. Mengingat higiene perseorangan ibu rumah tangga sangat penting dan berpengaruh dalam kesehatan keluarga bahkan kesehatan masyarakat pada umumnya, untuk itulah peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku ibu-ibu pemulung dalam higiene perseorangan anggota keluarga.

1.2 Permasalahan