informan yang mempunyai sepatu dan masker namun hanya sekali-sekali saja memakainya.
4.2.3 Observasi Keadaan Rumah Informan
Berdasarkan hasil observasi peneliti didapatkan keadaan rumah tinggal informan sebagai berikut :
1. Check List Kebersihan Lingkungan Rumah
Informan Bersih
Tidak bersih 1
√
2
√
3
√
4
√
5
√
6
√
7
√
2. Check List Ketersediaan Tong Sampah dalam Rumah Tangga
Informan Ya
Tidak 1
√
2
√
3
√
4
√
5
√
6
√
7
√
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Check List Jenis Bangunan Rumah
Informan Permanen
Semi Permanen Non Permanen
1
√
2
√
3
√
4
√
5
√
6
√
7
√
4. Check List Kelembaban Rumah
Informan Ya
Tidak 1
√
2
√
3
√
4
√
5
√
6
√
7
√
5. Check List Pencahayaan di Dalam Rumah
Informan Cukup
Kurang 1
√
2
√
3
√
4
√
5
√
6
√
7
√
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
6. Check List Kondisi Ventilasi Rumah
Informan Ada, baik
Ada, kurang baik Tidak ada
1
√
2
√
3
√
4
√
5
√
6
√
7
√
7. Check List jenis Lantai Rumah
Informan Semen
Keramik Tanah
Papan 1
√
2
√
3
√
4
√
5
√
6
√
7
√
Dari check list di atas dapat dilihat hasil observasi rumah informan bahwa seluruh rumah informan tidak memenuhi persyaratan rumah sehat. Seluruh
lingkungan rumah informan tidak bersih, sebagian besar informan tidak memiliki tong sampah. Sebagian besar rumah informan adalah semi permanen. Sebagian besar
rumah informan dalam keadaan lembab. Sebagian besar pencahayaan di dalam rumah
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
informan kurang. Seluruh keadaan ventilasi rumah informan ada dan kurang baik. Sebagian besar rumah informan berlantai semen.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu pemulung yang tinggal di sepanjang rel kereta api di Lingkungan II Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan
Barat. Informan memiliki usia berkisar antara 37 tahun sampai 44 tahun. Suku informan adalah seluruhnya suku Batak Toba. Pendidikan informan mulai dari
SDtidak tamat sebanyak dua orang, tamatan SMP dua orang, SMAtidak tamat satu orang, dan tamatan SMEA satu orang. Pendapatan informan bervariasi mulai dari Rp.
250.000bulan sampai Rp. 450.000bulan.
5.2 Aspek Pengetahuan 1. Pengetahuan Informan Mengenai Defenisi Higiene Perseorangan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan bahwa pengetahuan informan mengenai pengertian higiene perseorangan masih sangat rendah. Seluruh informan
mengatakan bahwa higiene perseorangan adalah mandi, gosok gigi, membersihkan lingkungan, dan jangan membuang sampah sembarangan, seperti pernyataan ketiga
informan berikut ini :
“Tentang kebersihan diri itu, ya mandi, gosok gigi, mandinya dua kali sehari, pagi sore gitu...”
“Pernah dengar sih, kebersihan diri ya..membawa badan. kebersihan ya, menurut apa itu harus mandi tiga kali sehari, pake sabun, mandi kek yang
sesuai dengan kesehatan.”
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
“Sering datang kesini memang sodara dari puskesmas, pengertian kebersihan diri ya kek mana bagemana cara-cara membersihkan diri gitu,
cara membersihkan lingkungan, jangan membuang sampah sembarangan.”
Pernyataan informan tersebut masih sangat jauh dari pengertian higiene perseorangan yang sesungguhnya. Seperti halnya defenisi higiene perseorangan yang
dipaparkan oleh Mukono 2004 yang menyebutkan bahwa higiene perseorangan berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikisnya. Pengertian tersebut tidak semata-mata berarti mandi, gosok gigi, membersihkan lingkungan, dan jangan membuang sampah sembarangan, akan tetapi
mencakup kebersihan dan kesehatan seluruh badan mulai dari ujung rambut sampai dengan kuku kaki, serta kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar informan tidak memiliki pengetahuan mengenai defenisi higiene perseorangan dan hal-hal yang
termasuk di dalamnya. Hal ini dapat diketahui dari beberapa pernyataan keempat informan berikut :
“He...he...he...tertawa, enggak tau, gak pernah dengar. Yang termasuk dalamnya enggak tau juga.”
“Supaya rapi kita, udah itu kerapian aja yang awak tau. Muka kita ini, tangan, seluruh tubuh kitalah.”
“Kek mana ya kebersihan diri? Awak gak tau. Aku kurang taulah yang kek gitu-gitu.Ha..ha..ha..tertawa.”
“Kebersihan diri ya dengar-dengar aja, pengertiannya kurang tau gitulah, ingin dijelaskan.”
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pernyataan informan tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan informan mengenai defenisi higiene perseorangan dan hal-hal yang termasuk di dalamnya
sangat rendah. Higiene perseorangan merupakan sesuatu hal yang penting dan dibutuhkan
oleh semua orang termasuk ibu-ibu, dalam hal ini oleh ibu pemulung. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa informan mengatakan bahwa higiene
perseorangan perlu dilakukan supaya sehat, seperti yang diungkapkan kedua informan berikut :
“Bersih-bersih diri perlu, supaya sehat gitu kan...” “Untuk melakukan higiene perseorangan memang perlu, cuma waktunya..
memang perlu sebenarnya untuk kesehatan.”
Sebagian besar informan mengatakan bahwa higiene perseorangan perlu dilakukan namun tidak mengetahui alasan perlunya melakukan higiene perseorangan
sama sekali, seperti pernyataan beberapa informan berikut :
“…perlu juga sih bersih-bersih…” “…kebersihan itu perlu.”
“…ya perlulah bersih.” “…memang perlulah kebersihan diri gitu…”
Bahkan ada juga informan yang mengatakan bahwa dirinya perlu mengetahui
tentang higiene perseorangan oleh karena pengetahuannya mengenai higiene perseorangan sangat kurang, seperti pernyataan informan berikut :
“…perlu juga sih awak tau yang bersih-bersih gitu…”
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa pengetahuan informan mengenai defenisi higiene perseorangan dan perlunya melakukan higiene
perseorangan masih kurang. Pengetahuan yang kurang tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Lawrence Green dalam Sarwono 2007 bahwa perilaku
terbentuk dari 3 faktor. Faktor kedua yaitu faktor-faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Dari hasil penelitian, peneliti melihat bahwa pengetahuan informan masih
kurang oleh karena tidak adanya faktor-faktor pendukung enabling factors di lingkungan informan berada. Informan tidak mendapatkan sumber informasi
mengenai higiene perseorangan melalui media massa atau dari petugas kesehatan. Hal ini juga menunjukkan bahwa faktor-faktor pendorong reinforcing factors yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan tidak diperoleh oleh informan. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara mendalam kepada informan,
peneliti mengetahui bahwa petugas kesehatan tidak pernah mengunjungi daerah tempat tinggal informan untuk memberikan penyuluhan atau pelayanan kesehatan
lainnya.
2. Pengetahuan Informan Mengenai Higiene perseorangan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengetahuan informan mengenai hal-hal yang termasuk di dalam higiene perseorangan masih kurang. Hal ini
dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan informan mengenai keenam hal yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
termasuk dalam higiene perseorangan yang masih belum sesuai dengan pengertian dan persyaratan higiene perseorangan dan keenam hal yang termasuk di dalamnya.
a. Pengetahuan Informan Mengenai Kebersihan Kulit
Berdasarkan penelitian pengetahuan informan tentang kebersihan kulit sudah cukup baik yaitu mengenai mandi dan menggunakan sabun serta menggunakan
barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri. Berikut ini beberapa pernyataan informan tentang pengetahuan kebersihan kulit :
“Dua kalinya mandi satu hari. Klo sabun, perlulah, aku klo gak ada sabun mana bisa mandi..”
“...Kek handuk sebaiknya pisah, tapi aku sama anak-anak gabung- gabung..”
“Dua kali. Iya perlu, ya klo gak pake sabun itu rasanya gak segar gitu. Ya, pake gosok gigi sendiri, klo handuk ya lain-lain, ya macam mana ya, mana
tau ada gatal-gatal kena sama yang lain. Lagipula orang ini gak mau gabung-gabung, nanti berebutan gitu... ”
b. Pengetahuan Informan Tentang Kebersihan Rambut
Pengetahuan informan tentang kebersihan rambut sudah cukup baik. Informan menggunakan shampoo atau bahan pencuci rambut dan mencuci rambut sekurang-
kurangnya dua kali seminggu. Pengetahuan tentang penggunaan alat-alat pemeliharaan rambut juga sudah diketahui oleh masyarakat. Berikut hasil kutipan
wawancara dengan informan:
“... Harus pake shampolah, harus shampo, itulah yang cocok sama rambut. Klo kek sisir memang betul, sebaiknya sendiri, cuman anak-anak payah,
awak simpan nanti tapi diambilnya...” “Lantaran awak udah kerja ini dua kalilah seminggu. Ialah, lantaran gatal
kepala awak kan, jadi pake shampolah. Sisirnya iya sih,bagusnya beda, cuma kusediakanlah dua gitu...”
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c. Pengetahuan Informan Tentang Kesehatan Gigi
Informan mengetahui akan pentingnya sikat gigi dan pemakaian sikat gigi sendiri. Sikat gigi diperlukan untuk menjaga kesehatan gigi. Hal ini dapat diketahui
dari hasil wawancara dengan informan tentang kebersihan gigi :
“Kek mana klo untuk kesehatan, ia klo awak ingat ya gosok gigi tapi eceknya memang klo ingat siap makan harus gosok gigi. Sebenarnya dua
kali sih... Ya, untuk kesehatan ya sendiri-sendirilah sikatnya. Kek mana kubilang ya, cuman gak pernah kuperiksa, perlu juga sih memang.”
“Perlu untuk membunuh kuman yang di mulut kita ya kan, biar sehat, segar gitu. Jadi bau mulut kita pun hilang, kuman-kuman yang di mulut
jadi hilang. Klo sikat gigi sendiri-sendiri, ya karna kan kadang-kadang ada juga eceknya kita yang sakit gigi gitu, karna dari sikat gigi itu juga bisa
menular sakit giginya. Periksanya menurut saya ya perlu juga, ya memeriksakan mana tau ada gigi yang keropos, yang sakit gitu, sebenarnya
sih walaupun gak sakit harus diperiksa juga. Menurutku sih, tapi macam manalah karna awak gak sempat karna kerjaan jadi gak ada waktu gitu.”
Informan berpendapat tentang pentingnya pemeriksaan gigi walaupun tidak satupun diantara informan yang pernah memeriksakan giginya. Namun, ada informan
yang tidak tahu tentang pemeriksaan gigi, berikut kutipan wawancaranya:
“...Klo tentang periksa gigi, aku gak tau tentang itulah...”
Dari wawancara tersebut dapat dilihat bahwa pengetahuan informan mengenai pemeriksaan gigi masih kurang.
d. Pengetahuan Informan Tentang Kesehatan Mata
Berdasarkan hasil penelitian, informan memiliki pengetahuan tentang kesehatan mata diantaranya dengan membaca di tempat terang dan memakan
makanan yang perlu untuk kesehatan mata. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan informan:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
“...Ya teranglah, gak mungkin membaca di tempat yang gelap. Untuk mata perlu, sayur-sayuran itu perlunya untuk vitamin...”
“Klo untuk mata membaca jangan terlalu terang, jangan terlalu redup menurut saya, karna mata kita kan klo terlalu terang kan silau, jadi mata
kita jadi sakit gitu. Makanannya perlu seperti wortel, buah-buahan. Perlu istrahat, ya untuk kesehatan kita juga perlu”
Namun, dari informan tersebut terdapat informan yang tidak mengetahui jam
isterahatnya. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informan salah seorang informan berikut :
“...Istrahat cukup, ya istrahatlah sebentar, malamlah tidur tapi aku gak tau berapa jam...”
“...Ya namanya mata klo udah capek harus tidur. Aku gak tau berapa jam gitu tidurnya...”
e. Pengetahuan Informan Mengenai Kesehatan Telinga
Berdasarkan penelitian, informan telah memiliki pengetahuan yang baik tentang kebersihan telinga dan cara menjaga kebersihannya. Pengetahuan informan
tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan informan berikut ini :
“Perlu supaya kotoran yang di dalam itu tidak menggumpal di dalam, bisa menghambat pendengaran, mengganggu gendang telinga itu di dalam,
lama-lama kan bisa terinfeksi dia. Pake benda yang tajam...Oh, ha..ha..ha..tertawa klo pake yang tajam itu salah, ya karna kan nanti bisa
kena itu selaput gendangnya di dalam bisa pekak dia nanti, atau tergores dia kan jadi terinfeksi ”
“Saya kurang tau, membersihkan pake korek kuping itu. Ya sakit klo benda tajam, jadi gak kita pake benda tajam.”
Dari wawancara ditemukan seorang informan yang tidak mengetahui tentang
akibat penggunaan benda tajam dalam pemeriksaan telinga. Hal ini merupakan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
gambaran rendahnya pengetahuan informan tentang perawatan untuk kesehatan telinga. Berikut ini adalah kutipan wawancaranya:
“...Ga tau bu kek mana klo yang tajam...” f. Pengetahuan Informan Tentang Kebersihan Tangan, Kaki, Dan Kuku
Berdasarkan hasil penelitian, informan telah mengetahui tentang kebersihan tangan, kaki dan kuku. Informan sudah memiliki pengetahuan tentang perlunya
mencuci tangan sebelum makan, perlunya memotong kuku, dan perlunya mencuci kaki sebelum tidur. Hal ini dapat diperoleh melalui hasil wawancara:
“Tangannya dicuci, habis itu dilap pake handuk. Menurutku, cuci tangan dululah sebelum makan. Klo kita mau istrahat gitu, nengok kuku panjang
dibersihkan. Cuci kaki, perlu mencuci kaki, sebelum tidur cuci kaki dulu.” “Klo kunengok panjang kukunya kupotongi, kakinya juga gitu. Perlulah
cuci tangan seblum makan, klo kuku ya penting, klo udah lewat seminggu, trus kuingat itu, kupotong aja langsung. Ya, seharusnya kita bersihkan kaki
kita sebelum tidur…”
Berdasarkan keenam hal yang dibahas di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan informan mengenai keenam hal yang termasuk di dalam higiene
perseorangan masih kurang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan
menurut Notoatmodjo 2003. Peneliti melihat bahwa pengetahuan informan masih berada pada tingkat pertama yaitu : Tahu ; diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Peneliti melihat bahwa informan tidak terlalu peduli dengan higiene perseorangan sehingga tidak ada usaha dan upaya yang dilakukan informan untuk
mendapatkan sumber informasi mengenai higiene perseorangan. Hal sesuai dengan yang disampaikan Rosenstock dalam Sarwono 2007 mengenai model kepercayaan
kesehatan Health Belief Model. Dia percaya bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan
pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut. Informan tidak memiliki motif atau suatu kepercayaan bahwa higiene perseorangan penting untuk
dirinya sendiri sehingga perilaku informan dalam hal ini pengetahuannya masih kurang.
3. Pengetahuan Informan Mengenai Ketersediaan Air Bersih
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan informan mengenai ketersediaan air bersih dalam rumah tangga sudah cukup baik. Sebagian
besar informan memiliki pengetahuan tentang perlunya air besih di dalam rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan beberapa informan berikut ini :
“Perlu, kan air bersih itu kita membutuhkannya tiap saat, untuk nyuci, untuk minum, untuk masak. Air yang sesuai syarat perlu karna kalau kita
gak minum air yang bersih kan perut kita bisa jadi sakit, karna kuman yang di dalam air itu masuk ke perut gitu. Ada akibat, bisa sakit perut , gatal-
gatal..” “Perlu ada air bersih, ya supaya jangan ada kuman-kumannya gitu. Pake
yang bersyarat ya supaya kita sehat gitu, juga ada kuman-kuman di air itu.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Akibat pake yang kotor ya kita mengalami apalah, apalah dibilang, penyakit kita itu mudah timbul klo kita minum air kotor gitu...”
“Ya sangat perlulah air di rumah tangga, air kan untuk mencuci di rumah. ya klo menggunakan air yang kotor ya mengganggu kesehatan gitu.”
Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa informan mengetahui bahwa air dibutuhkan setiap saat untuk menyuci, minum, dan masak. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Azwar 1995 bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia sangat tergantung pada air, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan
sebagainya. Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa di antara kegunaan-kegunaan air
yang disebutkan di atas yang sangat penting adalah untuk kebutuhan minum. Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut harus memenuhi persyaratan
fisik, bakteriologis, dan kimia. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa pengetahuan informan
mengenai persyaratan air bersih biasa saja. Sebagian besar informan hanya mengetahui salah satu syarat fisik air, seperti pernyataan beberapa informan berikut
ini :
” airnya jernih, itu aja yang tau aku, klo keruh gitu kan brarti ga bersih....”
”
Klo air bersih itu ya eceknya minumnya pun kita puas, baru gak bau...”
”Ciri-cirinya airnya jernih, gak kotor nampak, itu aja, ha..ha..ha..tertawa...”
Pernyataan informan mengenai persyaratan air bersih masih sangat sempit
dengan persyaratan air bersih yang disampaikan Slamet 2002 yaitu penyediaan air
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
bersih harus memenuhi persyaratan dari segi kualitas fisik, kimia, bakteriologis, kuantitas minimal 60 literharikepala, dan kontinuitas berkesinambungan.
4. Pengetahuan Informan Mengenai Kesehatan Rumah