Usus Halus TINJAUAN PUSTAKA

plasenta, membran glomerulus, membran tubulus renalis, dan sel epidermis kulit Siswandono dan Soekardjo, 2000.

2.5 Usus Halus

Pencernaan makanan yang dimulai dalam lambung, dilanjutkan dalam usus halus oleh enzim-enzim yang dihasilkan mukosanya dan dibantu agen pengemulsi dan enzim yang disekresi ke dalam lumennya oleh hati dan pankreas Fawcett, 1994. Usus halus merupakan lanjutan lambung yang terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum yang terfiksasi, jejunum dan ileum yang bebas bergerak. Diameter usus halus beragam tergantung pada letaknya 2-3 cm dan panjang keseluruhan antara 5-9 m. Panjang tersebut akan berkurang oleh gerakan regangan otot, yang melingkari peritoneum Aiache, dkk, 1993. Gambar 11. Usus Halus Deferme, et al, 2008 Duodenum, dengan panjang sekitar 25 cm, terikat erat pada dinding dorsal abdomen, dan sebagian besar terletak retroperitoneal. Jalannya berbentuk-C, mengitari kepala pankreas dan ujung distalnya menyatu dengan jejunum, yang terikat pada dinding dorsal rongga melalui mesenterium. Jejunum dapat digerakkan bebas pada mesenteriumnya dan merupakan dua-perlima bagian proksimal usus halus, sedangkan ileum merupakan sisa tiga-perlimanya. Kelokan- kelokan jejunum menempati bagian pusat abdomen, sedangkan ileum menempati bagian bawah rongga. Terdapat perbedaan kecil dalam histologi mukosa ketiga segmen usus halus itu, namun batas di antara ketiganya tidak jelas. Dinding usus halus terdiri atas empat lapis konsentris: mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa Fawcett, 1994. Mukosa terdiri dari empat lapisan: permukaan lapisan tunggal, membran basal, lamina propia dan lamina muskularis mukosa Deferme, et al, 2008. Mukosa usus halus, kecuali yang terletak pada bagian atas duodenum berbentuk lipatan-lipatan atau disebut juga valvula conniventes. Lipatan-lipatan inilah yang berfungsi sebagai permukaan penyerapan dan penuh dengan villi yang tingginya 0,75-1 mm dan selalu bergerak. Adanya vili ini lebih memperluas permukaan mukosa penyerapan hingga 40-50 m 2 Aiache,dkk,1993. Bahan obat dari lambung masuk ke duodenum; fungsi utama duodenum dan bagian pertama jejunum adalah untuk sekresi, sedangkan fungsi bagian kedua dari jejunum dan ileum ialah untuk absorpsi. pH usus halus meningkat dari duodenum 4-6, jejunum 6-7, ileum 7-8. pH dalam usus halus berperan besar dalam hal absorpsi obat, sebagai akibat disolusi dari berbagai bentuk sediaannya. Pada pH yang berbeda-beda absorpsi optimal suatu obat tergantung juga pada pKa obat Joenoes, 2002.

2.6 Spektrofotometri Ultraviolet-visibel