Kultur Korporasi Tradisional versus Kultur Kewirausahaan

pengembangan produk baru, perbaikan produk, serta metode dan prosedur produksi yang baru.Hisrich,Dkk,2008:90

2.3 Kultur Korporasi Tradisional versus Kultur Kewirausahaan

Kondisi sosiologis dan bisnis telah membangkitkan era baru dalam dunia bisnis: era pengusaha. Untuk beberapa korporasi yang sudah mapan, penyingkapan media yang positif dan keberhasilan para pengusaha merupakan ancaman, karena perusahaan- perusahaan lebih kecil yang agresif, yang dikendalikan secara wirausaha, biasanya mengembangkan lebih banyak produk baru dan menjadi faktor-faktor utama dalam pasar- pasar pilihan. Dengan mengakui hasil-hasil yang dicapai oleh korporasi-korporasi besar yang lain ketika para karyawan terkena ”demam wirausaha,” banyak perusahaan pada saat ini berusaha untuk menciptakan semangat, kultur, tantangan, dan penghargaan kewirausahaan yang sama di organisasi-organisasi mereka. Kultur Korporasi corporate culture yang umum mempunyai suasana dan sistem penghargaan yang mendukung pembuatan keputusan konservatif. Penekanannya ada pada pengumpulan data dalam jumlah besar sebagai dasar data tersebut untuk membenarkan keputusan tersebut apabila hasil-hasil yang diharapkan tidak muncul. Keputusan-keputusan yang beresiko sering kali ditunda sampai fakta-fakta yang kuat dapat dikumpulkan atau seorang konsultan dipekerjakan untuk ”menjelaskan yang tak diketahui”. Sering kali, terdapat begitu banyak pembatalan dan persetujuan yang dibutuhkan untuk sebuah proyek skala besar, di mana tak seorang pun merasa bertanggung jawab secara pribadi. Universitas Sumatera Utara Kultur Korporasi tradisional berbeda secara signifikan dari sebuah Kultur Kewirausahaan entrepreneurial culture.Instruksi penuntun dalam sebuah kultur korporasi tradisional adalah: Taat pada instruksi-instruksi yang diberikan, tidak berbuat kesalahan apa pun, tidak boleh gagal, jangan mengambil inisiatif dan menunggu instruksi, tetap tinggal di dalam wilayahmu, lindungilah bagian belakangmu. Lingkungan yang terbatas ini tentu saja tidak kondusif untuk kreativitas, fleksibilitas, kemerdekaan, kepemilikan, atau pengambilan resiko. Prinsip-prinsip pemandu dari para pengusaha korporasi. Tujuan-tujuan dari sebuah kultur kewirausahaan sangatlah berbeda: untuk mengembangkan visi, tindakan yang diambil; untuk memberi saran, berusaha, dan bereksperimen; untuk menciptakan dan mengembangkan tanpa menghiraukan bidang tersebut; serta untuk mengambil tanggung jawab dan kepemilikan. Terdapat juga perbedaan-perbedaan dalam nilai-nilai dan norma-norma dari kedua kultur tersebut. Korporasi tradisional mempunyai hierarkis, mempunyai prosedur- prosedur yang sudah terbentuk, sistem-sistem laporan, garis otomatis dan tanggung jawab, instruksi, serta mekanisme pengendalian. Itu semua mendukung kultur korporasi saat ini dan tidak mendorong pembentukan produk, jasa, atau usaha baru. Kultur dari sebuah perusahaan wirausaha sangat kontras dengan model ini. Sebagai ganti sebuah struktur hierarkis, iklim wirausaha, mempunyai sebuah struktur organisasi yang datar yang memiliki banyak pembangunan jaringan, kerja sama tim, sponsor, dan mentor. Hubungan kerja yang dekat membantu membentuk suasana kepercayaan yang memudahkan pencapaian visi-visi dan sasaran-sasaran. Hisrich,Dkk,2008:91 Universitas Sumatera Utara

2.4 Fenomena Baru Kewirausahaan