Analisis Pengaruh Kewirausahaan Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA -1 MEDAN

ANALISIS PENGARUH KEWIRAUSAHAAN KORPORASI (Inovasi,Proaktif dan Berani Menanggung Resiko) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

PADA PABRIK PENGOLAHAN CRUMB RUBBER DI KABUPATEN ASAHAN

DRAFT SKRIPSI

OLEH

RINA EMALIA SITORUS 060502132

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang senantiasa

mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Kewirausahaan Korporasi (Inovasi,Proaktif,dan Berani Menanggung Resiko) Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan”.

Penulis mengucapkan Terima Kasih kepada orang tua tercinta Bpk J. Sitorus dan Ibu T. Panjaitan yang senantiasa memberikan dorongan moril,spiritual,materil serta kasih saying yang tiada hingga dan perhatian selama penulis kuliah dan dalam

penyusunan skripsi ini di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Selama menyelesaikan skripsi dan juga mengikuti pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, penulis banyak menerima tuntutan,bantuan dan petunjuk serta motivasi dari berbagai pihak. Menyadari hal tersebut,maka pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga.M.Ec,selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. DR. Hj. Ritha F. Dalimunthe,S.E,Msi, selaku Ketua Departemen Manajemen dan Ibu Dra.Nisrul Irawati,M.B.A, selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

3. Kepada kedua orang tuaku Bpk J. Sitorus dan Ibu T. Panjaitan terima kasih atas kasih sayang dan perhatiannya yang diberikan kepada penulis selama ini.


(3)

4. Kepada abangku Hendra Daniel Sitorus terima kasih atas dorongannya dan motivasinya selama ini. Semoga kita menjadi kebanggan orang tua kita. 5. Ibu Dra. Marhaini M.S, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan pengarahan,bimbingan,saran yang

berguna,dukungan moril serta kesabaran dalam pembuatan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Setri Heriyanti Siregar Msi selaku dosen penguji I yang memberikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Ami Dilham S.E,Msi,selaku penguji II yang memberikan kritik dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.

8. Segenap dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. 9. Bang Jumadi, Kak Dhani, Kak Vina, Kak Susi selaku staf Departemen

Manajemen, terima kasih bantuan dan kerja sama nya selama ini.

10.Seluruh pengusaha dibidang pengelolaan karet remah yang ada di Kabupaten Asahan yang telah memberikan informasi kepada penulis.

11.Seluruh rekan-rekanku di Departemen Manajemen 2006 seperti: Pretty Novalina Hutagalung, Nur Anita Siregar, Kania Ginting, Firdaus, Diana Tayras, dan yang tidak tersebut namanya, terima kasih atas dukungannya selama ini.

12.My best friends, Firdaus (terima kasih atas bantuannya), Nur Anita Siregar, Kania Ginting.


(4)

Akhir Kata, Penulis memohon maaf atas setiap kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi peneliti selanjutnya yang akan menulis topik yang sama demi kemajuan Civitas Akademika.

Medan, Februari 2010 Penulis

Rina Emalia Sitorus


(5)

ABSTRAKSI

Rina Emalia Sitorus (2010) Analisis Pengaruh Kewirausahaan Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan yang dibimbing oleh Ibu Dra. Marhaini M.S, Prof. DR Ritha F. Dalimunthe.S.E, Msi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penguji Ibu Dra. Setri Hiriyantri, Msi dan Bapak Ami Dilham S.E, Msi. Kewirausahaan Korporasi merupakan salah satu faktor yang penting dapat menentukan maju atau mundurnya suatu perusahaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi Kewirausahaan Korporasi dalam suatu perusahaan salah satunya adalah Berani Mengambil Resiko.

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Analisis Pengaruh Kewirausahaan Korporasi (Inovasi, Proaktif dan Berani Mengambil Resiko) Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan. Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel adalah analisis regresi linear berganda yaitu

Y= a+b1X1+ b2X2+ b3X3+ e

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa Kewirausahaan Korporasi (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Perusahaan (Y) pada pabrik

pengolahan crumb rubber di Kabupaten Asahan, dengan koefisien regresi X = 2,214. Hal ini membukt ikan bahwa variabel X berpengaruh positif terhadap variabel Y, artinya adalah apabila variabel X meningkat 1 (satu) poin maka nilai dari variabel Y akan meningkat sebesar 2,214.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAKSI ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 6

1.3.1 Kerangka Konseptual ... 6

1.3.2 Hipotesis ... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Metodologi Penelitian ... 9

1.5.1 Batasan Operasional ... 9

1.5.2 Definisi Operasional Variabel ... 9

1.5.3 Pengukuran Variabel ... 14

1.5.4 Lokasi dan waktu Penelitian ... 15

1.5.5 Populasi dan Sampel ... 15

1.5.6 Jenis dan Sumber Data ... 15

1.5.7 Teknik Pengumpulan Data ... 16

1.5.8 Uji Validitas dan Reabilitas ... 16

1.5.9 Teknik Analisis Data ... 18

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

2.2 Definisi Kewirausahaan dan Kewirausahaan Korporasi 23 2.3 Kultur KorporasiTradisional versus Kultur Kewirausahaan ... 24

2.4 Fenomena Baru Kewirausahaan ... 26

2.5 Iklim untuk Kewirausahaan Korporasi ... 28

2.6 Model Kewirausahaan Korporasi (Corporate Entrepreneurship Model) ... 32

2.7 Crumb Rubber ... 35

2.8 Kinerja Perusahaan ... 36

2.9 Fungsi-Fungsi yang Terkait Kinerja Perusahaan ... 36 BAB III : GAMBARAN UMUM PABRIK PENGOLAHAN


(7)

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Asahan... 40

3.2 Gambaran Umum Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan ... 42

3.3 Perkembangan Perusahaan Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan ... 43

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI 4.1 Deskriptif Variabel... 46

4.2 Pengujian Validitas ... 48

4.3 Pengujian Reliabilitas ... 51

4.4 Analisis Regresi Berganda ... 52

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran... 72


(8)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

I. Kuesioner Penelitian II. Hasil Uji Validitas III. Hasil Uji Reliabilitas

IV. Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Kewirausahaan Korporasi dan Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber

Di Kabupaten Asahan V. Hasil Regression


(9)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Pabrik Pengolahan Crumb Rubber... 2

Tabel 1.2 Defenisi Operasional Variabel ... 11

Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert ... 14

Tabel 3.2 Pabrik Crumb Rubber yang aktif melakukan produksi ... 43

Tabel 4.1 Hasil Jawaban Responden ... 47

Tabel 4.2 Hasil Jawaban Responden ... 48

Tabel 4.3 Item-Total Statistics ... 49

Tabel 4.4 Item-Total Statistics ... 50

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 51

Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogrov Smirnov... 55

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 56

Tabel 4.8 Hasil Uji Glejser ... 59

Tabel 4.9 Regresi Linear Berganda ... 59

Tabel 4.10 Hasil Uji-F ... 63

Tabel 4.11 Hasil Uji-t (Uji Parsial) ... 66

Tabel 4.12 Model Summary ... 68


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 7

Gambar 2.1 Model Orientasi Kewirausahaan Lumpkin & Dess... 33

Gambar 2.2 Model Tahap Perilaku Kewirausahaan Colvin & Slevin.. 35

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Asahan ... 41

Gambar 3.3 Grafik Jumlah pertahun produksi crumb rubber ... 43

Gambar 4.1 Hasil Uji Normal ... 54


(11)

ABSTRAKSI

Rina Emalia Sitorus (2010) Analisis Pengaruh Kewirausahaan Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan yang dibimbing oleh Ibu Dra. Marhaini M.S, Prof. DR Ritha F. Dalimunthe.S.E, Msi selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penguji Ibu Dra. Setri Hiriyantri, Msi dan Bapak Ami Dilham S.E, Msi. Kewirausahaan Korporasi merupakan salah satu faktor yang penting dapat menentukan maju atau mundurnya suatu perusahaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi Kewirausahaan Korporasi dalam suatu perusahaan salah satunya adalah Berani Mengambil Resiko.

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Analisis Pengaruh Kewirausahaan Korporasi (Inovasi, Proaktif dan Berani Mengambil Resiko) Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan. Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel adalah analisis regresi linear berganda yaitu

Y= a+b1X1+ b2X2+ b3X3+ e

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa Kewirausahaan Korporasi (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Perusahaan (Y) pada pabrik

pengolahan crumb rubber di Kabupaten Asahan, dengan koefisien regresi X = 2,214. Hal ini membukt ikan bahwa variabel X berpengaruh positif terhadap variabel Y, artinya adalah apabila variabel X meningkat 1 (satu) poin maka nilai dari variabel Y akan meningkat sebesar 2,214.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang memegang peranan penting dalam menunjang laju pembangunan di Negara kita dan merupakan sektor andalan bagi Kabupaten Asahan. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 2,0 juta ton pada tahun 2007. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2008 mencapai US$ 2,0 milyar, dan diperkirakan nilai ekspor karet pada tahun 2008 akan mencapai US$ 4,2 milyar

(Kompas, 2008).

Crumb Rubber merupakan suatu industri pengolahan karet remah yang berbadan hukum PT yang beroperasi di Kabupaten Asahan. Pabrik ini bergerak dibidang perkaretan yang mengolah bahan baku karet berasal dari petani karet di kecamatan yang diterima pabrik dalam bentuk slabs, lump, cuplump, dan sit angin atau lebih dikenal dengan Bahan Olahan Karet Rakyat (BOKAR) menjadi produk setengah jadi berkualitas ekspor. Sudah banyak yang dilakukan pihak perusahaan dalam rangka memacu roda perekonomian masyarakat kota Kisaran khususnya dan petani di banyak kecamatan Kabupaten Asahan. Kabupaten Asahan merupakan kabupaten yang unggul dalam bidang industri karet remah, karena produk karet remah merupakan komoditi


(13)

ekspor unggulan yang menjadikan kabupaten ini sebagai penghasil karet yang terbesar. Ekspor karet Indonesia umumnya dilakukan dalam bentuk karet remah atau dikenal dengan nama ”Crumb Rubber” yang diklasifikasikan dengan Standar Indonesia Rubber (SIR) yaitu SIR 5, SIR 10, dan SIR 20, dan diekspor langsung ke Negara konsumen (Amerika, Eropa dan Asia maupun Negara Ketiga). Perbandingan ekspor ke Negara Amerika sebesar 60 persen sampai 75 persen, 20 persen ke Negara Jepang, dan selebihnya ke Eropa dan ke Negara Australia (Gapkindo,2008).

Kabupaten Asahan merupakan daerah yang mempunyai jumlah perusahaan skala kecil, menengah, dan besar yang relatif banyak jumlahnya. Sebagaimana Kabupaten lainnya di Indonesia, Kabupaten Asahan juga mengalami perkembangan dalam industri manufaktur, khususnya industri pengolahan crumb rubber ditandai dengan bertambahnya jumlah perusahaan crumb rubber. Perkembangan jumlah pabrik pengolahan crumb rubber dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Pabrik Pengolahan Crumb Rubber

Di Kabupaten Asahan

NO Nama Industri Tahun Berdiri Tahun Produksi

(Konversi CR) 1 PT. Bakrie Sumatera Plantation 1935 1937

2 PT. Buana Estate 1938 1940

3 PT. Karet Maju Mas 1942 1945

4 PT. Remeling 1947 1949

5 PT. Multimas Nabati Asahan 1950 1953

6 PT. Asahan Crumb Rubber 1954 1957

7 PT. Pabrik Bunut Kisaran Barat 1959 1962

8 PT. Triroyal Timurraya 1963 1965


(14)

15 PT. Tridaya Estate I 1980 1982

16 PT. Tridaya Estate II 1982 1983

17 PT. Smart Tbk I 1983 1984

18 PT. Smart Tbk II 1984 1985

19 PT. Asahima Flat Glass I 1985 1986

20 PT. Asahima Flat Glass II 1987 1988

21 CV. Agro Samahani 1988 1989

22 CV. Eka Nusa Jaya 1990 1991

23 CV. Citra Eka Jaya 1992 1993

24 CV. Gendali 1994 1995

25 CV. Harapan Bersama 1996 1997

26 CV. Harapan Keluarga 1998 1999

27 CV. Mujur Jaya 2001 2003

28 CV. Tri Maju 2004 2006

29 CV. Sahabat Mulia 2006 2007

30 PT. Sari Tunggal Mandiri 2008 2009

Sumber : www.pemkab_asahan.go.id

Semakin meningkatnya jumlah pabrik pengolahan crumb rubber, khususnya di Kabupaten Asahan berarti perusahaan harus mampu bersaing dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba. Semakin besar laba yang diperoleh maka kontinuitas perusahaan di masa yang akan datang akan terjamin. Di samping tujuan memperoleh laba, perusahaan bertujuan membantu pemerintah meningkatkan ekspor non migas, menambah devisa, meningkatkan produktifitas dan efisiensi dari produksi karet agar dapat bersaing dengan industri sejenis dalam negeri dan luar negeri. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya seoptimal mungkin, yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan/teknologi,dan sumber daya modal (Gapkindo,2008).

Sumber daya lain yang harus dimiliki dan dikembangkan adalah kewirausahaan korporasi (Corporate Enterpreneurship atau Intrapreneurship). Kewirausahaan Korporasi menurut Colvin & Slevin (2000 : 102) adalah merupakan aktivitas baik formal maupun informal yang ditujukan untuk penciptaan bisnis baru di dalam perusahaan yang


(15)

sudah mapan untuk menciptakan produk baru yang berkaitan dengan produk terdahulu melalui proses inovasi dan tindakan proaktif serta pengembangan pasar dalam pencapaian kinerja perusahaan. Kewirausahaan Korporasi itu sendiri terdiri atas 3 variabel yakni : inovasi, proaktif dan berani menanggung resiko. Kewirausahaan Korporasi yang dipergunakan oleh sebuah organisasi untuk memperluas usaha dengan menjajaki peluang baru melalui kombinasi baru dari sumber daya yang sudah ada. Kewirausahaan Korporasi tersebut merupakan cara untuk memimpin persaingan bisnis yang digeluti.

Intrapreneurship, jelas berkaitan dengan kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kebiasaan memulai dan mengembangkan bisnis baru di dalam struktur organisasi yang sudah ada (Stoner,2000:170). Sesuai dengan tujuan dan kemampuan bersaing, maka fungsi kewirausahaan korporasi adalah : melakukan proses penciptaan kekayaan (kemakmuran) dan peningkatan nilai tambah, melalui gagasan – gagasan, meramu sumber – sumber dan membuat segala sesuatunya menjadi kenyataan. Dikaitkan dengan industri crumb rubber sebagai objek penelitian, di sini terlihat adanya pemanfaatan potensi sumber daya manusia, alam, dan teknologi yang bisa dimanfaatkan secara baik untuk kesejahteraan baik bagi perusahaan maupun bangsa. Perusahaan dapat melihat adanya “peluang” dan berambisi untuk “memanfaatkan peluang”. Karena memanfaatkan peluang memang penuh dengan segala resiko (Zimmerer,2002:8).Dengan adanya kewirausahaan korporasi diharapkan kinerja perusahaan akan semakin baik.

Kinerja Perusahaan menurut Suntoro (1999:102) adalah : Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai


(16)

dari rencana yang telah ditentukan,atau apakah kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Adapun alat untuk mengukur kinerja perusahaan itu sendiri adalah dengan meningkatnya pertambahan keuntungan dan penjualan (Wibowo,2007:120).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: ”Analisis Pengaruh Kewirausahaan Korporasi (inovasi, proaktif dan berani menanggung resiko) Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan

Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas , maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pengaruh Inovasi Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan

Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan?

2. Bagaimana Pengaruh Proaktif Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan

Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan?

3. Bagaimana Pengaruh Berani Menanggung Resiko Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan?


(17)

1.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama agar tujuan penelitian tercapai. Kerangka Konseptual merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survei literatur (Kuncoro,2003:4).

Menurut Colvin & Slevin (2000 : 102) menyatakan bahwa organisasi yang bersifat kewirausahaan atau kewirausahaan korporasi mempunyai tiga variabel utama yaitu inovasi (innovating), proaktif (proactiveness), dan berani menanggung resiko ( risk-taking). Melalui pernyataan tersebut, kerangka pemikirannya adalah:

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Colvin & Slevin (2000 : 102) diolah oleh penulis

1.3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan masalah yang kebenarnya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2003: 306).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel inovasi, proaktif, dan berani menanggung resiko dalam Kewirausahaan Korporasi mempunyai pengaruh

Kinerja Perusahaan (Y)

Kewirausahaan Korporasi 1. Inovasi (X1)

2. Proaktif (X2)


(18)

H1 Inovasi mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi/kinerja perusahaan. Semakin tinggi tahap inovasi semakin tinggi prestasi/ kinerja perusahaan. H2 Proaktif mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi/kinerja perusahaan.

Semakin tinggi tahap proaktif maka semakin tinggi prestasi/ kinerja perusahaan H3 Berani menanggung resiko mempunyai hubungan yang positif dengan

prestasi/kinerja perusahaan. Semakin tinggi tahap menanggung resiko maka semakin tinggi prestasi/kinerja perusahaan

1.4 Tujuan dan manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sampai seberapa jauh pengaruh inovasi,proaktif dan berani menanggung resiko terhadap kinerja perusahaan pada pabrik pengolahan crumb rubber di Kabupaten Asahan.

1.4.2 Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi industri crumb rubber yang ada di Kabupaten Asahan dalam mengkaji pengelolaan kewirausahaan korporasi untuk meningkatkan kinerja korporasi/perusahaan.


(19)

b. Bagi Penulis

Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis khususnya tentang kewirausahaan korporasi. c. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang.

1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel independent (X) yaitu Kewirausahaan Korporasi yang terdiri dari variabel Inovasi (Innovation) sebagai X1, Proaktif (Proactiveness) sebagai X2, dan Berani Menanggung Resiko (Risk – taking) sebagai X3.

2. Variabel dependent (Y) yaitu Kinerja Perusahaan merupakan hasil kerja atau peningkatan produktifitas dari suatu usaha dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan dilakukan oleh perusahaan (dari input – proses – output).

1.5.2 Definisi Operasional Variabel

Penguraian definisi operasioanl dari variabel – variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian. Selain itu


(20)

1. Inovasi (X1)

Adalah meliputi kreatifitas terhadap hasil produksi serta pemecahan masalah yang unik atau luar biasa dan meliputi pengembangan dalam bidang teknologi. Disamping itu juga mencerminkan kecenderungan suatu perusahaan dalam menciptakan ide baru, melakukan percobaan , penelitian, dan kreativitas yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencari peluang baru.

2. Proaktif (X2)

Adalah meliputi pendekatan perusahaan dari tindakan yang dilakukan lebih awal dari pesaing untuk mencari peluang pasar melalui riset pasar dan menjadikan produk yang pertama kali memasuki pasar (first mover).

3. Berani Menanggung Resiko (X3)

Adalah meliputi perbandingan antar risiko yang ada dengan kinerja perusahaan. Disamping itu melibatkan keinginan dari manajer untuk mempunyai komitmen terhadap pengelolaan dalam memanfaatkan peluang terhadap sumber daya yang ada yang mungkin akan menimbulkan biaya dan kerugian

4. Kinerja Perusahaan (Y)

Adalah meliputi hasil kerja atau peningkatan produktifitas dari suatu usaha dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yang dilakukan oleh perusahaan (dari


(21)

Tabel 1.2

Defenisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Kewirausahaan Korporasi (X)

Merupakan aktifitas baik formal maupun informal yang ditujukan untuk penciptaan bisnis baru di dalam perusahaan yang sudah mapan untuk menciptakan produk baru yang berkaitan dengan produk terdahulu melalui proses inovasi dan tindakan proaktif serta pengembangan pasar dalam

pencapaian kinerja perusahaan

Likert


(22)

masalah yang unik atau luar biasa dan meliputi pengembangan dalam bidang teknologi.

2. Memperkenalkan produk baru ke pasar.

3. Menciptakan ide baru dan unik. Proaktif (X2) Meliputi pendekatan

perusahan dari tindakan yang dilakukan lebih awal dari pesaing untuk mencari peluang pasar melalui riset pasar dan menjadikan produk yang pertama kali memasuki pasar (first mover).

1. Melakukan sistem dan prosedur yang benar.

2. Melaksanakan strategi yang sifatnya jangka panjang. 3. Bertujuan pada

strategi dan sasaran jangka panjang. Likert Berani Menanggung Resiko (X3) Meliputi perbandingan antar risiko yang ada dengan kinerja perusahaan.

1. Menunjukkan perhatian lebih pada pekerjaan yang berisiko tinggi. 2. Menantang pesaing

untuk menjadi pemimpin pasar.


(23)

3. Mengeluarkan dana untuk riset dan pengembangan Kinerja

Perusahaan (Y)

Meliputi hasil kerja atau peningkatan produktifitas dari suatu usaha dengan

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yang dilakukan oleh perusahaan (dari input

– proses – output).

1. Pertumbuhan tenaga kerja meningkat. 2. Peningkatan

keuntungan.

Likert


(24)

1.5.3 Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, yaitu dengan menyusun range skor dalam skala Likert. Menurut Sugiyono (2006 : 105) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden, dengan menggunakan skala 1 sampai 5 untuk keperluan analisis kuantitatif. Penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut ini :

Tabel 1.3

Instrumen Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat setuju 5

2 Setuju (S) 4

3 Ragu-Ragu (RG) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono (2006 : 105)

Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia pada penelitian ini, kemudian masing – masing jawaban diberi skor tertentu (5, 4, 3, 2, 1). Skor jawaban dari responden dijumlahkan, dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilah yang menjadi tafsir sebagai posisi responden dalam skala Likert.


(25)

1.5.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pabrik pengolahan Crumb Rubber yang ada di Kabupaten Asahan. Penelitian akan dilakukan selama bulan Desember 2009 sampai dengan Januari 2010.

1.5.5 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan crumb rubber yang masih aktif melaksanakan produksinya. Kriteria perusahaan crumb rubber aktif adalah perusahaan yang dalam setahun masih melakukan kegiatan produksinya. Jumlah perusahaan crumb rubber yang aktif sampai tahun 2010 berjumlah 30 perusahaan berdasarkan survey di lapangan, maka semua pabrik dijadikan sebagai sampel sehingga penelitian bersifat sensus.

Sampel yang diambil 30 perusahaan crumb rubber dengan kriteria sebagai berikut: 1.Selama 5 (lima) tahun (2005-2010) tetap melakukan produksinya

2.Jumlah karyawan minimal 10 orang

3.Skala aktivitas perusahaan kurang lebih sama.

1.5.6 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yakni: 1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner.


(26)

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui studi dokumen dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, Gapkindo cabang Kisaran, dan situs internet untuk mendukung penelitian.

1.5.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini ialah : 1. Studi dokumentasi

Mengumpulkan data dari buku-buku, jurnal, majalah, mengumpulkan data dari perusahaan crumb rubber yang berada di Kabupaten Asahan, dan situs internet untuk mendukung penelitian.

2. Wawancara (interview)

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara melalui tahap muka ( face to face) dengan responden terpilih. Wawancara menggunakan alat bantu berupa seperangkat daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu atau sering disebut dengan

interview guide.

3. Daftar Pertanyaan (questioner)

Questioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.


(27)

1.5.8 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji Validitas dan Reabilitas dilakukan untuk menguji apakah layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, dan reliable berarti instrument yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,2005:19). Penulis menggunakan bantuan software SPSS versi 13

untuk memperoleh hasil yang lebih terarah pada uji validitas dan reabilitas kuisioner dalam penelitian ini.

1.5.8.1 Uji Validitas

Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana keputusan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukuranya (Suliyanto,2005:40). Menurut Sugiyono (2003:123), hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package for the Social Science) dengan kriteria sebagai berikut:

1.Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan dinyatakan valid. 2. Jika r hitung < r tabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid.


(28)

1.5.8.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya, dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (Sugianto,2004:120).

1.Jika r alpha positif atau lebih besar dari r tabel, maka pernyataan reliabel. 2.Jika r alpha negatif atau lebih kecil dari r tabel, maka pernyataan tidak reliabel.

1.5.9 Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah salah satu dari metode analisis, dengan cara data disusun dan dikelompokan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

2. Analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linear Regression)

Analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linear Regression) memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen

(Nugroho,2005:43). Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas inovasi (innovation), proaktif (proactiveness), dan berani menanggung resiko (risk-taking) terhadap variabel terikat Kinerja Perusahaan. Persamaan regresi linear berganda dengan tiga variabel yaitu:

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana Y = Skor dimensi Kinerja Perusahaan a = Konstanta


(29)

X1 = Skor dimensi Inovasi (Innovation) X2 = Skor dimensi Proaktif (Proactiveness)

X3 = Skor dimensi Berani menanggung resiko (Risk – taking) e = Standar error.

Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi linier berganda di atas harus memenuhi syarat asumsi klasik sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah mengetahui apakah variable dependen, independent, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak (Umar,2008:181). Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonalnya, maka model regresi memenuhi syarat asumsi normalitas. Uji kenormalan data juga dilakukan dengan Uji Kolmogrov-Smirnov terhadap uji standar residual hasil persamsaan regresi. Apakah probabilitas hasil Uji Kolmogorov-Smornov lebih besar dari 5 % maka data tersebut berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinieritasil

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi linier ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas antar variabel dengan melihat nilai dari variance inflation


(30)

Jika nilai VIF ≤ 5, maka model menunjukkan terjadinya gejala multikolinieritas, artinya tidak ada hubungan antar variabel independent.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari suatu residual pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas, salah satu cara yang dapat digunakan adalah metode grafik

park gleyser. Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel independent terhadap nilai absolut residunya (e), jika t hitung≤

t tabel pada α = 5% maka, tidak ada unsur heteroskedastisitas.

4 . Uji F hitung (Uji Serentak)

Uji F hitung dilakukan untuk mengetahui apakah secara serentak variabel bebas mempunyai pengaruh positif signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.

Model hipotesis yang digunakan dalam uji Fhitung ini adalah: Ho : b1 = b2 =b3 = 0

(Variabel bebas secara bersama – sama tidak berpengaruh positif signifikan terhadap variabel terikat).

Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0

(Variabel bebas secara bersama – sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat).

Nilai F hitung akan dibandingkan dengan nilai F tabel. Kriteria pengambilan keputusan yaitu :

Ho diterima bila F hitung, F tabel pada α = 5% H1 diterima bila F hitung, F tabel pada α = 5%


(31)

5. Uji T hitung (Uji Parsial)

Uji T hitung bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).

Bentuk Pengujiannya adalah:

Ho : bi = 0 (Variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat).

Ha : bi ≠ 0 (Variabel bebas secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat).

Nilai T hitung akan dibandingkan dengan nilai T tabel. Kriteria pengambilan keputusan,

yaitu:

Ho diterima bila t hitung < t tabel pada α = 5%

H1 diterima bila t hitung > t tabel pada α = 5% 6 . Pengujian koefisien Determinan (R2)

Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien determinan (R2) berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu) (0, R2 < 1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukan tidak adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, bila R2 mendekati 1 menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Penelitian Terdahulu

Puspo (2005) melakukan penelitian yang berjudul ” Mengkaji Hubungan Tentang Pengaruh Kewirausahaan Perusahaan dengan Keberhasilan Perusahaan”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kewirausahaan perusahaan dengan prestasi /kinerja perusahaan.

Suhari (2004) dengan judul ” Kepribadian, Pengetahuan, Perakaunan, Penggunaan Informasi Akuntansi dan Prestasi: Kajian Usahawan Industri Sederhana Indonesia”. Kajian ini berfokus pada adanya pengaruh hubungan antara kepribadian usahawan dan hubungannya dengan akuntansi (perakaunan) dalam mengukur tingkat prestasi/kinerja perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas melihat tingkat kesusksesan perusahaan objek penelitiannya dari kinerja industri atau kinerja perusahaan dengan melihat beberapa variabel dari beberapa industri atau perusahaan, sedangkan penelitian ini memilih pabrik pengolahan karet remah (crumb rubber) sebagai objek penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel inovasi, proaktif, dan berani menanggung resiko dalam kewirausahaan korporasi terhadap tingkat pertumbuhan kinerja perusahaan.


(33)

2.2 Definisi Kewirausahaan dan Kewirausahaan Korporasi

Kewirausahaan adalah proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan menggali peluang yang dihadapi setiap orang dalam setiap jiwa (Thomas W. Zimmerer,1996:51).

Kewirausahaan Korporasi adalah merupakan aktifitas baik formal maupun informal yang ditujukan untuk penciptaan bisnis baru di dalam perusahaan yang sudah mapan untuk menciptakan produk baru yang berkaitan dengan produk terdahulu melalui proses inovasi dan tindakan proaktif serta berani menanggung resiko dalam pencapaian kinerja perusahaan (Colvin & Slevin 2000 : 102).

Kewirausahaan Korporasi sangat tercermin dalam aktivitas-aktivitas kewirausahaan begitu juga dengan orientasi-orientasi manajemen puncak dalam organisasi-organisasi. Usaha keras wirausaha ini terdiri atas empat elemen utama berikut: usaha bisnis baru, keinovatifan, berani menanggung resiko, dan keproaktifan. Perusahaan bisnis baru (yang terkadang disebut usaha korporasi) merujuk pada pembentukan sebuah bisnis baru dalam sebuah organisasi yang sudah ada. Aktivitas-aktivitas kewirausahaan ini terdiri atas pembentukan suatu nilai baru baik dengan cara mendefinisikan kembali produk-produk serta jasa-jasa perusahaan pada saat ini, mengembangkan pasar-pasar baru, atau membentuk unit-unit atau perusahaan-perusahaan yang lebih otonom maupun semiotonom secara formal. Pembentukan usaha-usaha korporasi yang baru merupakan manifestasi yang paling menonjol dari kewirausahaan korporasi. Keinovatifan organisasional merujuk pada inovasi produk dan jasa, dengan penekanan pada


(34)

pengembangan produk baru, perbaikan produk, serta metode dan prosedur produksi yang baru.(Hisrich,Dkk,2008:90)

2.3 Kultur Korporasi Tradisional versus Kultur Kewirausahaan

Kondisi sosiologis dan bisnis telah membangkitkan era baru dalam dunia bisnis: era pengusaha. Untuk beberapa korporasi yang sudah mapan, penyingkapan media yang positif dan keberhasilan para pengusaha merupakan ancaman, karena perusahaan-perusahaan lebih kecil yang agresif, yang dikendalikan secara wirausaha, biasanya mengembangkan lebih banyak produk baru dan menjadi faktor-faktor utama dalam pasar-pasar pilihan. Dengan mengakui hasil-hasil yang dicapai oleh korporasi-korporasi besar yang lain ketika para karyawan terkena ”demam wirausaha,” banyak perusahaan pada saat ini berusaha untuk menciptakan semangat, kultur, tantangan, dan penghargaan kewirausahaan yang sama di organisasi-organisasi mereka.

Kultur Korporasi (corporate culture) yang umum mempunyai suasana dan sistem penghargaan yang mendukung pembuatan keputusan konservatif. Penekanannya ada pada pengumpulan data dalam jumlah besar sebagai dasar data tersebut untuk membenarkan keputusan tersebut apabila hasil-hasil yang diharapkan tidak muncul. Keputusan-keputusan yang beresiko sering kali ditunda sampai fakta-fakta yang kuat dapat dikumpulkan atau seorang konsultan dipekerjakan untuk ”menjelaskan yang tak diketahui”. Sering kali, terdapat begitu banyak pembatalan dan persetujuan yang dibutuhkan untuk sebuah proyek skala besar, di mana tak seorang pun merasa bertanggung jawab secara pribadi.


(35)

Kultur Korporasi tradisional berbeda secara signifikan dari sebuah Kultur Kewirausahaan (entrepreneurial culture).Instruksi penuntun dalam sebuah kultur korporasi tradisional adalah: Taat pada instruksi-instruksi yang diberikan, tidak berbuat kesalahan apa pun, tidak boleh gagal, jangan mengambil inisiatif dan menunggu instruksi, tetap tinggal di dalam wilayahmu, lindungilah bagian belakangmu. Lingkungan yang terbatas ini tentu saja tidak kondusif untuk kreativitas, fleksibilitas, kemerdekaan, kepemilikan, atau pengambilan resiko. Prinsip-prinsip pemandu dari para pengusaha korporasi. Tujuan-tujuan dari sebuah kultur kewirausahaan sangatlah berbeda: untuk mengembangkan visi, tindakan yang diambil; untuk memberi saran, berusaha, dan bereksperimen; untuk menciptakan dan mengembangkan tanpa menghiraukan bidang tersebut; serta untuk mengambil tanggung jawab dan kepemilikan.

Terdapat juga perbedaan-perbedaan dalam nilai-nilai dan norma-norma dari kedua kultur tersebut. Korporasi tradisional mempunyai hierarkis, mempunyai prosedur-prosedur yang sudah terbentuk, sistem-sistem laporan, garis otomatis dan tanggung jawab, instruksi, serta mekanisme pengendalian. Itu semua mendukung kultur korporasi saat ini dan tidak mendorong pembentukan produk, jasa, atau usaha baru. Kultur dari sebuah perusahaan wirausaha sangat kontras dengan model ini. Sebagai ganti sebuah struktur hierarkis, iklim wirausaha, mempunyai sebuah struktur organisasi yang datar yang memiliki banyak pembangunan jaringan, kerja sama tim, sponsor, dan mentor. Hubungan kerja yang dekat membantu membentuk suasana kepercayaan yang memudahkan pencapaian visi-visi dan sasaran-sasaran. (Hisrich,Dkk,2008:91)


(36)

2.4 Fenomena Baru Kewirausahaan

Dengan demikian makin terbukanya kesempatan baru diberbagai bidang kehidupan, peran entrepreneur memanfaatkan peluang dan mengadakan inovasi, muncullah wirausaha sejenis baru. Wirausaha jenis ”tradisional”, yaitu mereka yang memulai usaha dibidang yang secara tradisional , misalnya : perdagangan, produksi dan jasa masa lalu, masih diisi dengan generasi baru dengan memasukkan pembaruan. Jenis baru yang bertumbuh adalah bidang yang non – tradisional. Thoby Mutis (1996:21) menyebut misalnya ultrapreneur, ecopreneur dan intrapreneur. Daftar ini dapat diperpanjang misalnya technopreneur dan entrepreneur dibidang sosial.

Berikut ini beberapa penjelasan singkat tentang masing – masing jenis wirausaha baru tersebut:

a. Ultrapreneur

Seorang ultrapreneur adalah entrepreneur plus. Keunggulan utamanya adalah pandai melakukan aliansi strategis dan ” Outsourcing Strategy ”. Dengan membangun kemitraan maka dapat memanfaatkan sumber daya, sumber dana dan jejaring dari para mitra. Contoh yang menonjol adalah pembangunan kawasan usaha seperti “super block“ dan “ industrial estate“. Sejumlah pengusaha bergabung membentuk kelompok usaha.

Ultrapreneur memulai gagasan usaha untuk kelompok tersebut dan memprosesnya sehingga menjadi kenyataan.


(37)

Kewirausahaan dibidang kepedulian lingkungan. Bila dimasa lalu tema umat manusia adalah meningkatkan penggunaan sumber daya alam, maka para ecopreneur

merubahnya menjadi memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam. c. Intrapreneur

Kata intrapreneur adalah kependekatan dari intra-corporate entrepreneur. Korporasi atau perusahaan yang sudah mapan merasakan kelambanan dalam menghasilkan pembaharuan. Penyebab utamanya adalah birokrasi yang mapan. Upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan pembahuruan dari dalam adalah memberikan ruang gerak pada para karyawan “entrepreneur” untuk melahirkan produk dan proses baru di dalam perusahaan.

d. Technopreneur

Temuan dibidang teknik yang dihasilkan oleh kegiatan “research & development

“ makin banyak. Namun sebagian besar berujung pada memperoleh paten. Pada technopreneur menambahkan aktivitas kewirausahaan pada invensi tersebut sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat. Peran utama technopreneur adalah melaksanakan inovasi, yaitu menghadirkan hal baru di masyarakat. Secara sederhana hubungan invensi dan inovasi digambarkan dalam rumus sebagai berikut:

Inovasi = Invensi + Komersialisasi

Para technipreneur menambahkan aktivitas komersialisasi dengan kewirausahaannya atas invensi yang dilakukan sendiri atau invensi orang lain. Salah satu contoh berkembanganya para technopreneur adalah fenomena ”Silicon Valley” di


(38)

e. Entrepreneur Sosial

Tidak semua pembaharuan bertujuan komersil. Lahirnya banyak lembaga swadaya masyarakat yang tidak berorientasi laba merupakan contoh terjadinya inovasi di bidang sosial. Dalam buku ”Reinventing Government : How the trepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector”, Osborne dan Gaebler (2000:120).

2.5 Iklim Untuk Kewirausahaan Korporasi

Karakteristik keseluruhan dari sebuah lingkungan wirausaha yang baik antara lain: 1. Bahwa organisasi tersebut berbatasan dengan teknologi.

Karena penelitian dan pengembangan merupakan sumber-sumber utama untuk ide-ide produk baru yang berhasil, perusahaan tersebut harus beroperasi di tingkat terdepan dari teknologi industri tersebut, yang mendorong serta mendukung ide-ide baru dan bukannya mencegah ide-ide tersebut, karena perusahaan-perusahaan sering kali membutuhkan keuntungan investasi yang cepat dan jumlah penjualan yang tinggi.

2. Eksperimen-percobaan dan kesalahan-didorong.

Produk-produk atau jasa-jasa baru yang berhasil biasanya tidak muncul dalam keadaan berhasil sepenuhnya; mereka berkembang. Ini membutuhkan waktu dan beberapa produk gagal misalnya sebelum muncul komputer pertama yang dapat dipasarkan.Sebuah perusahaan yang ingin membentuk semangat wirausaha harus membuat sebuah lingkungan yang memungkinkan kesalahan serta kegagalan dalam mengembangkan produk-produk baru dan inovatif. Hal ini sangat berlawanan dengan karier yang sudah mapan dan sistem promosi dari organisasi tradisional.


(39)

3. Sebuah organisasi harus memastikan bahwa tidak ada parameter peluang (opportunity parameters) awal yang menghalangi kreativitas dalam pengembangan produk baru. Sering kali dalam sebuah organisasi, beragam ”wilayah” dilindungi, yang menghalangi usaha-usaha para pengusaha yang potensial untuk membentuk usaha-usaha baru. Dalam sebuah perusahaan Fortune 500, usaha untuk membentuk lingkungan wirausaha mendapatkan masalah dan akhirnya gagal ketika para pengusaha yang potensial diberi tahu bahwa sebuah usaha maupun produk baru yang diusulkan adalah tidak mungkin, karena berada dalam kekuasaan divisi lain.

4. Sumber-sumber perusahaan harus tersedia dan dapat diakses.

Seperti yang dinyatakan oleh seorang pengusaha korporasi,”Apabila perusahaan saya benar-benar menginginkan diri saya untuk mengambil waktu,usaha,dan resiko karier untuk membentuk sebuah usaha baru, perusahaan saya harus menempatkan sumber-sumber uang dan orang-orang pada bidangnya.’’Sering kali, dana yang tidak mencukupi diberikan bukan untuk menciptakan sesuatu yang baru, melainkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang pada dasarnya mempunyai efek langsung.

5. Sebuah pendekatan tim multidisiplin perlu didorong.

Pendekatan yang terbuka ini, bersama dengan partisipasi dari individu-individu yang dibutuhkan tanpa menghiraukan areanya, merupakan antitesis dari struktur organisasional korporasi. Sebuah evaluasi mengenai kasus-kasus yang berhasil dari kewirausahaan adalah adanya ”departemen percobaan” dengan melibatkan orang-orang yang relevan. Mengembangkan kerja sama-sama tim yang dibutuhkan untuk sebuah usaha baru,


(40)

kontribusinya untuk usaha baru yang sedang dibentuk. Selain mendukung kerja sama tim, lingkungan korporasi harus menentukan horison jangka panjang untuk mengevaluasi keberhasilan dari program secara menyeluruh, begitu juga dengan keberhasilan dari setiap usaha individual. Apabila sebuah perusahaan tidak bersedia untuk menginvestasikan uang tanpa jaminan pengembalian selama 5 sampai 10 tahun, perusahaan tersebut sebaiknya menciptakan sebuah lingkungan wirausaha. Sikap yang sabar terhadap uang dalam keadaan korporasi ini tidak berbeda dari horison waktu pengembalian/investasi yang digunakan oleh para kapitalis usaha dan orang-orang lain ketika mereka melakukan investasi dalam sebuah upaya wirausaha.

6. Semangat kewirausahaan korporasi tidak dapat dipaksakan pada individu-individu; ia harus didasarkan pada rasa sukarela. Ada sebuah perbedaan antara pemikiran korporasi dan pemikiran wirausaha, dengan individu-individu tertentu yang berkinerja jauh lebih baik di satu sisi rangkaian atau di sisi yang lain. Sebagian besar manajer dalam sebuah korporasi tidak mampu menjadi pengusaha-pengusaha korporasi yang berhasil. Mereka yang muncul dari proses seleksi diri ini harus dibebaskan berhasil. Mereka yang muncul dari proses seleksi diri ini harus dibebaskan untuk menjalankan sebuah proyek sampai selesai. Hal ini tidak konsisten dengan sebagian besar prosedur korporasi untuk pengembangan produk baru, di mana departemen-departemen dan individu-individu yang berbeda terlibat dalam setiap tingkat proses pengembangan. Seorang individu yang bersedia untuk menghabiskan waktu dan usaha lebih dalam menciptakan sebuah usaha baru membutuhkan peluang serta penghargaan atas penyelesaian proyek tersebut.

7. Sebuah lingkungan wirausaha yang baik adalah sebuah sistem penghargaan. Pengusaha korporasi harus dihargai dengan pantas untuk semua energi, usaha, dan


(41)

pengambilan resiko yang dikembangkan dalam penciptaan usaha baru. Penghargaan-penghargaan harus didasarkan pada pencapaian tujuan-tujuan kinerja yang sudah ditentukan. Posisi ekuitas dalam usaha baru merupakan salah satu penghargaan terbaik untuk memotivasi dan mendatangkan sejumlah aktivitas dan usaha yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan.

8. Sebuah lingkungan korporasi yang baik untuk kewirausahaan korporasi tidak hanya mempunyai sponsor dan pembela yang mendukung aktivitas kreatif di seluruh organisasi, tetapi juga mempunyai fleksibilitas perencanaan untuk menentukan tujuan-tujuan dan arah-arah baru apabila dibutuhkan. Seperti yang dikatakan oleh seorang pengusaha korporasi, ”Agar sebuah bisnis yang baru dapat berhasil, pengusaha korporasi harus mampu mengubah rencana-rencana kapan pun juga dan tidak menghiraukan betapa mereka hampir mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.”Struktur-struktur korporasi sering kali mengukur para manajer berdasarkan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan-tujuan.

2.6 Model Kewirausahaan Korporasi (Corporate Entrepreneurship Model) Model kewirausahaan korporasi dapat dibagi atas 2 jenis antara lain: 1. Model Orientasi Kewirausahaan Korporasi Lumpkin dan Dess.

Model Corporate Entrepreneurship yang dikemukan oleh Lumpkin dan Dess (2001:100) yang menyatakan bahwa ada lima dimensi CE yang mempengaruhi kinerja perusahaan/korporasi yaitu kebebasan, inovasi, berani menanggung resiko, proaktif, dan


(42)

Lumpkin dan Dess menyatakan bahwa kunci utama dari dimensi adalah orientasi kewirausahaan adalah meliputi tindakan yang dapat dilakukan secara bebas atau tidak bergantung pada pihak lain, artinya adanya kehendak untuk mengadakan pembaharuan dan bersedia menanggung resiko, cenderung lebih agresif dari pesaing, serta proaktif dalam usaha melihat/meramalkan dan mengantisipasi peluang yang ada di pasar.

Model ini menunjukkan bahwa aspek perusahaan/korporasi akan mempengaruhi hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan mempengaruhi orientasi kewirausahaan. Dapat disimpulkan bahwa model Lumpkin dan Dess menunjukkan gambaran yang abadi sifatnya, yaitu tidak ada umpan balik (feedback) antara orientasi kewirausahaan, korporasi/ perusahaan, dan faktor – faktor organisasi. Model ini dapat dilihat pada gambar berikut:


(43)

Gambar 2.1 Model Orientasi Kewirausahaan Lumpkin & Dess Sumber : Lumpkin dan Dess (2001).

Faktor-faktor Perusahaan : - Dinamis - Kecukupan - Permasalahan - Ciri Industri

Orientasi Kewirausahaan : - kebebasan - Inovasi - Resiko - Proaktif

- Keagresifan bersaing

Kinerja : - Pertumbuhan Penjualan - Keuntungan - Kinerja/ pestasi Keseluruhan

- Kepuasan Pemegang Saham Faktor-faktor Perusahaan : - Dinamis - Kecukupan - Permasalahan - Ciri Industri

Faktor – faktor Organisasi: - Ukuran

- Struktur - Strategi - Proses strategi


(44)

2. Model Tahap Perilaku Kewirausahaan Korporasi Colvin & Slevin

Colvin dan Slevin (2000:102) mengemukan suatu model yang terintegrasi dan terpadu yang menjelaskan hubungan antara perilaku kewirausahaan korporasi/ perusahaan dengan lingkungan, strategi, faktor internal perusahaan, dan dengan kinerja atau prestasi perusahaan. Faktor variabel eksternal perusahaan terdiri dari empat dimensi yaitu: (1) dimensi kecanggihan teknologi, (2) dimensi dinamisme, (3) dimensi penolakan, dan (4) dimensi daur hidup industri. Fakor variabel strategik atau misi strategik adalah pemasaran dan strategik persaingan, sedangkan faktor internal perusahaan terdiri dari dua dimensi yaitu (1) nilai – nilai manajemen atas falsafah, serta (2) budaya organisasi.

Model ini menunjukkan adanya pengaruh yang kuat , pengaruh yang lemah, dan pengaruh sederhana/ biasa (simple) dalam hubungan antara kewirausahaan perusahaan dengan kinerja perusahaan. Bertolak belakang dengan model Lumpkin dan Dess (201:100), model ini menunjukkan juga bentuk dari umpan balik(feedback) antar variabel bahwa orientasi kewirausahaan merupakan suatu konsep yang dinamis atau selalu mengalami perubahan. Model ini dapat dilihat pada gambar berikut :


(45)

Gambar 2.2 Model Tahap Perilaku Kewirausahaan Korporasi Colvin & Slevin Sumber : Colvin dan Slevin (2000).

2.7 Crumb Rubber

Crumb rubber merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari – hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sarung tangan, sabuk transmisi, dock fender, sepatu, sandal karet, dan bahkan karet gelang. Kebutuhan karet alam maupun karet sintesis terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintesis relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan (Anwar,2005:3) Kinerja Perusahaan Sikap Kewirausahan Variabel Eksternal: - Lingkungan Eksternal - Kecanggihan Teknologi - Dinamisme - Perubahan daur.

Variabel Strategik: - Misi Strategi - Pemasaran dan Strategi Persaingan Variabel Internal : - Nilai-nilai Manajemen atasan & falsafah - Budaya Organisasi


(46)

2.8 Kinerja Perusahaan

Kinerja Perusahaan adalah : Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Prawiro Suntoro :1999).

Menurut Hyndman dan Anderson (2000:193) kinerja perusahaan dapat dipandang dari model produksi yang terdiri dari tiga tahap yakni input,output dan hasil.

Unsur- unsur yang terdapat dalam kinerja itu sendiri terdiri dari : 1. Hasil – hasil fungsi pekerjaan.

2. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/ pegawai seperti : motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya.

3. Pencapaian tujuan organisasi. 4. Periode waktu tertentu.

Fungsi-Fungsi Kegiatan Yang Terkait Kinerja Perusahaan

Ada beberapa fungsi kegiatan yang terkait dengan kinerja perusahaan, yaitu strategi perusahaan, pemasaran, operasional, sumber daya manusia, dan keuangan.

1. Strategi Perusahaan

Strategi perusahaan terkait dengan misi perusahaan, strategi bisnis yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan dan lingkungan bisnis. Strategi bisnis mencakup perencanaan, implementasi, dan pengawasan.

Menurut Husein Umar dalam Prawiro Suntoro (1999:56) komponen-komponen yang dipakai untuk menganalisis strategi perusahaan terdiri dari dimensi kekuatan bisnis dan dimensi daya tarik perusahaan/individu. Dimensi kekuatan bisnis terdiri dari harga


(47)

produk, jumlah outlet, omzet tiap bulan, potensi penjualan perbulan dan jumlah pengunjung di outlet (tempat penjualan).

2. Pemasaran

Peran utama dalam manajemen pemasaran antara lain adalah membuat keputusan mengenai aspek-aspek pemasaran.

Menurut Husein Umar dalam Prawiro Suntoro (1999:56) evaluasi aspek pemasaran diarahkan untuk mendapatkan informasi mengenai faktor tertentu dibandingkan dengan target atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya:

1. Segmentasi, target, dan posisi produk di pasar. 2. Strategi bersaing yang ditetapkan.

3. Kegiatan pemasaran melalui bauran pemasaran. 4. Nilai penjualan.

5. Market share yang dikuasai perusahaan. 3. Operasional

Hal-hal yang menyangkut operasional perusahaan antara lain sebagai berikut: 1. Kualitas produk

2. Teknologi yang digunakan 3. Kapasitas produksi

4. Persediaan bahan baku dan barang jadi. 4. Sumber Daya Manusia


(48)

Program pelatihan ditujukan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan pegawainya memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang. Program pelatihan dan pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi gap antara kecakapan karyawan dan permintaan jabatan selain meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja. 5. Keuangan

Menurut J.D. Martin et al dalam Prawiro Suntoro (1999:56) bidang studi keuangan yang semula bersifat deskriptif dengan penekanan pada merger, peraturan pemerintah, dan cara-cara meningkatkan modal, telah berkembang menjadi suatu bidang studi komprehensif yang mempelajari semua aspek pencarian dan penggunaan dana secara efisiensi.

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau kekayaan, terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya peningkatan atau memaksimalkan nilai pasar atas harga saham perusahaan yang bersangkutan. Tujuan ini bersifat garis besar, karena pada praktiknya tujuan lebih memahaminya, pertama-tama kita akan menelaah apa yang sebenarnya yang disebut sebagai memaksimalisasi laba serta berbagai hambatan dan rintangan yang menghadangnya. Selanjutnya kita akan mengalihkan perhatian kita kepada tujuan memaksimalisasi kekayaan para pemegang saham.


(49)

BAB III

GAMBARAN UMUM PABRIK PENGOLAHAN CRUMB RUBBER

DI KABUPATEN ASAHAN

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Asahan

Kabupaten Asahan terletak diantara 2o30' - 3o30' LU dan 99o00' 100o00' BT secara administratif terdiri dari 20 Kecamatan, 237 desa, 34 kelurahan.Luas wilayah Kabupaten Asahan adalah 4.624,41 Km 2 atau 462.441 Ha. Kabupaten Asahan merupakan salah satu sentra perkebunan di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini memiliki kekayaan alam yang serbalengkap, mulai dari laut, pertanian, perikanan, perkebunan, hingga pertambangan. Dalam keunikan topografisnya yang terdiri atas tiga tipikal, yakni rendah, datar, dan bergelombang, kabupaten ini punya modal dan harapan menjadi sebuah daerah otonomi yang maju. Apalagi ditambah klimatologinya yang cukup mendukung bagi potensi pertanian dan perkebunan dengan curah hujan yang sedang (2.164 mm/tahun).

Di bidang pertanian, misalnya Kabupaten Asahan merupakan salah satu

kabupaten yang menjadi lumbung padi bagi Provinsi Sumut, dengan rata-rata produksi antara 50.000-57.000 ton per tahun. Pada 2007 saja, petani di Kabupaten ini

menyumbangkan 67.160 ton padi bagi Sumut dengan luas panen 14.240 hektare. Begitu juga dengan tanaman keras dan palawija.

Di sektor perkebunan lebih tajam lagi. Pertumbuhan sektor perkebunan di kabupaten ini terus meningkat. Khusus perkebunan karet rakyat (smallholder estate).


(50)

Lonjakan kenaikan produksi karet sangat signifikan, dari yang hanya mampu berproduksi 4.939 ton (2003) menjadi 11.786,05 ton (2007). Jumlah produksi ini mengalahkan produksi karet yang dihasilkan perusahaan perkebunan negara (PTPN) yang hanya mampu menghasilkan 6.818,93 ton. Apalagi di sektor perkebunan kelapa sawit. dibawah ini.

Gambar 3.1 : Peta Kabupaten Asahan Sumber : www.google.com


(51)

3.2 Gambaran Umum Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Kab. Asahan Industri pengolahan karet remah (crumb rubber) berada di dalam wilayah Kabupaten Asahan, yang berjumlah 30 perusahaan. Pola Budaya dan pengolahan karet alam berubah secara signifikan sejak industri ini berhasil memenuhi tuntutan konsumen utamanya, yaitu industri ban sehingga pertumbuhan permintaan karet alam dunia

meningkat terus dari tahun ke tahun. Dari aspek konsumsi ban dicatat mampu menyerap lebih dari 75 persen produksi karet alam dunia sehingga karet alam sangat tergantung dengan keadaan ekonomi dunia. Kebijakan pemerintah yang sangat kondusif membantu para produsen karet untuk meningkatkan mutu dan kualitasnya agar diterima di pasar internasional.

Dengan adanya kebijakan pemerintah melalui Menteri Perdagangan berupa larangan ekspor karet dalam bentuk mentah maka industri melengkapi diri dengan

hammer mill dan pre breaker, dryer, dan alat-alat press untuk membuat crumb rubber

(SIR), agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan konsumen. Dengan kemajuan teknologi ini maka terjadi penambahan kapasitas produksi.

Produk yang dihasilkan adalah berkualitas ekspor (SIR 10 dan SIR 20) dengan tujuan ekspor adalah 75 persen ke Amerika dan selebihnya ke Negara Eropa dan Asia. Kebutuhan bahan olah karet (bahan baku) perusahaan/industri dipasok oleh para petani rakyat dalam bentuk slablump, cuplump, dan sit angin, baik secara langsung maupun melalui pedagang perantara.


(52)

3.3 Perkembangan Perusahaan Pabrik Crumb Rubber Di Kab. Asahan

Pabrik crumb rubber di Kab. Asahan pada tahun 2009 berjumlah 40 perusahaan yang terdiri dari:

a. – Pabrik crumb rubber yang aktif : 30 perusahaan b. – Pabrik crumb rubber yang tidak aktif : 10 perusahaan

Pabrik crumb rubber yang berada di Kabupaten Asahan yang tidak aktif dalam tiga tahun terakhir berjumlah 10 perusahaan. Kesepuluh pabrik yang tidak aktif dikarenakan banyak yang beralih ke usaha yang lain sebagai contoh: yang dulunya hanya menghasilkan karet sekarang menghasilkan kelapa sawit. Bagi pabrik yang tidak aktif akan dikenakan pembekuan pertama, yang diikuti pembekuan ke dua dan akan dicabut pengakuannya sebagai produsen karet apabila dalam setiap tahapan tersebut tidak lagi melakukan produksi. Sementara pabrik yang aktif melakukan produksi berjumlah 30 perusahaan. Daftar Pabrik yang aktif dalam lima tahun terakhir berdasarkan penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2

Pabrik Crumb Rubber Di Kab. Asahan Yang Aktif Melakukan Produksi Dalam Tahun 2004-2008

NO PERUSAHAAN 2004

(Ton) 2005 (Ton) 2006 (Ton) 2007 (Ton) 2008 (Ton)

1 2 3 4 5 6 7

1 PT. Bakrie Sumatera Plantation

61 62 63 64 65

2 PT. Buana Estate 50 55 60 65 70

3 PT. Karet Maju Mas 53 54 55 56 57

4 PT. Remeling 60 61 62 63 64

5 PT. Multimas Nabati Asahan

56 57 58 59 60

6 PT. Asahan Crumb Rubber 45 50 55 60 65

7 PT. Pabrik Bunut Kisaran Barat


(53)

9 PT. Desa Bunut Asahan 43 53 63 73 83

10 PT. Adei Crumb Rubber 25 45 65 85 105

11 PT. Asahi Glass Tbk I 56 57 58 59 60

12 PT. Asahi Glass Tbk II 42 52 62 72 82

13 PT. Aschulman Plastics Tbk I

43 53 63 73 83

14 PT. Aschulman Plastics Tbk II

40 50 60 70 80

15 PT. Tridaya Tbk I 55 60 65 70 75

16 PT. Tridaya Tbk II 57 58 59 60 61

17 PT. Smart Tbk I 58 59 60 62 63

18 PT. Smart Tbk II 47 48 50 54 55

19 PT. Asahima Flat Glass Tbk I

50 53 56 57 59

20 PT. Asahima Flat Glass Tbk II

56 58 59 60 61

21 CV. Agro Samahani 42 43 46 47 48

22 CV. Eka Nusa Jaya 52 53 54 55 56

23 CV. Eka Citra Jaya 43 44 45 46 47

24 CV. Gendali 50 51 52 53 54

25 CV. Harapan Bersama 45 46 47 48 49

26 CV. Harapan Keluarga 40 41 42 43 44

27 CV. Mujur Jaya 39 40 43 44 46

28 CV. Tri Maju 42 43 44 46 47

29 CV. Saahabat Mulia 43 44 45 47 48

30 PT. Sari Makmur Tunggal Mandiri

54 55 56 57 58

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah)

12% 16% 20% 24% 28% 2004 (Ton) 2005 (Ton) 2006 (Ton) 2007 (Ton) 2008 (Ton)


(54)

Pertumbuhan produksi crumb rubber dari tahun 2004 s/d 2008 seperti tabel d iatas rata-rata meningkat, Peningkatannya dari mulai 25 ton s/d 105 ton yang dimiliki oleh PT.Adei Crumb Rubber secara umum sangat signifikan dan hampir seluruh produsen

crumb rubber yang berdomisili di Kabupaten Asahan kondisi produksinya mengalami peningkatan. Tahun 2004 total produksi crumb rubber pada sejumlah perusahaan yang memproduksi crumb rubber adalah 25 ton dan tertinggi adalah 61 ton (12%) dengan perhitungan berdasarkan hasil kuesioner (1445/8259 x 100 %), pada tahun 2005 total produksi crumb rubber adalah (16 %) dengan perhitungan (1544/8259 x 100 %), total produksi tahun 2006 (20 %) dengan perhitungan (1774/8259 x 100), pada tahun 2007 total produksi (24 %) dengan perhitungan (1839/8259 x 100), pada tahun 2008 total produksi (28 %) dengan perhitungan (1887/8259 x100).

Pada gambar 3.3 diatas dapat dikatakan kenaikan produksi crumb rubber sangat menggembirakan dan sangat signifikan selama 5 tahun ini kenaikannya antara 12 % sampai 28 %.


(55)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. Metode analisis deskriptif merupakan uraian dari penjelasan dari hasil

pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi responden. Metode analisis statistik selain digunakan untuk menguji validitas dan realibitas kuesioner,juga untuk melakukan analisis melalui uji asumsi.

4.1. Deskriptif Variabel

4.1.1 Variabel Kewirausahaan Korporasi

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan kepada responden/perusahaan dapat disimpulkan sementara bahwa kewirausahaan korporasi yang dilakukan oleh perusahaan sudah cukup berhasil dalam memproduksi dan memperkenalkan produk baru,sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produk mereka. Hal ini

diperlihatkan seperti hasil pengolahan data penelitian terlampir. Pada lampiran data tersebut ditemukan distribusi jawaban responden/perusahaan terhadap variabel kewirausahaan korporasi melalui 9 pertanyaan.

Masing-masing pertanyaan yang terbagi atas 3 pertanyaan untuk variabel inovasi,3 pertanyaan untuk variabel proaktif,dan 3 pertanyaan untuk variabel berani menanggung resiko,yang dilakukan terhadap 30 orang responden. Dimana


(56)

masing-hasil penelitian ini dapat digeneralisasi dan merupakan rekomendasi bagi perusahaan sejenis lainnya,dimana hasil jawaban responden tersebut diperlihatkan pada tabel berikut ini:

Tabel. 4.1.

Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Kewirausahaan Korporasi

Skor Jawaban Responden

Responden (S) Frekuensi (F) F X S %

5 70 350 38,2

4 101 404 43,9

3 23 69 7,5

2 30 60 6,5

1 36 36 3,9

JUMLAH 260 919 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah)

Data di atas menunjukkan bahwa proporsi jawaban terhadap

responden/perusahaan tertinggi terhadap skor 4 dengan perhitungan (404/919 x 100 %) = 43,9 %, diikuti dengan skor 5 = 38,2%, skor 3 = 7,5 % dan skor 2 = 6,5 % dan

responden/perusahaan yang menjawab skor 1 = 3,9 %. Ini memberikan indikasi bahwa sebagian persepsi responden/perusahaan menyatakan Setuju dan Sangat Setuju bahwa menerapkan Kewirausahaan Korporasi yang baik dan cermat melalui variabel

inovasi,proaktif dan berani menanggung resiko. Pada variabel inovasi ini perusahaan telah mampu menghasilkan produk yang kreatif dan berbeda dengan produk yang lain. Pada variabel proaktif ini perusahaan telah melaksanakan strategi yang sifatnya jangka panjang. Pada variabel berani menanggung resiko ini perusahaan telah menunjukkan perhatian yang lebih pada pekerjaan yang beresiko tinggi yang kesemuanya itu dapat meningkatkan kinerja perusahaan.


(57)

Sedangkan yang tidak ada tanggapan bahwa kewirausahaan korporasi dapat meningkatkan kinerja perusahaan adalah berjumlah 7,5% dan yang tidak setuju berjumlah 6,5% dan yang sama sekali menjawab sangat tidak setuju berjumlah 3,9%.

Tabel. 4.2.

Hasil Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja Perusahaan

Skor Jawaban Responden

Responden (S) Frekuensi (F) F X S %

5 14 70 29,5

4 36 144 60,5

3 8 24 10,0

2 0 0 0

1 0 0 0

JUMLAH 58 238 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah)

Data di atas menunjukkan bahwa proporsi jawaban responden/perusahaan tertinggi pada skor 4 dengan perhitungan (144/238 x 100 %) = 60,5 %,diikuti dengan skor 5 = 29,5 %,skor 3 = 10 % dan tidak satupun dari responden/perusahaan yang menjawab skor 2 dan skor 1 = 0 %. Ini memberikan indikasi bahwa sebagian persepsi responden/perusahaan menyatakan Setuju dan Sangat Setuju bahwa


(58)

4.2. Pengujian Validitas

Penelitian dapat mengukur sesuatu yang memang ingin diukur. Dalam hal ini penulis menggunakan kuesioner yang sudah sedemikian rupa agar dapat mengukur hal-hal yang dapat dijadikan data yang valid dalam penelitian.

Pengujian validitas dari penelitian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi software SPSS 13 for windows maka kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut: 1.Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan dinyatakan valid.

2.Jika r hitung < r tabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid.

Butir-butir pertanyaan yang tidak valid akan gugur sedangkan butir-butir pertanyaan yang valid dinyatakan layak untuk dijadikan kuesioner.

Pada prasurvei, kuesioner yang berisi 11 pertanyaan yang menyangkut tentang Kewirausahaan Korporasi terhadap kinerja perusahaan pada pabrik pengolahan crumb rubber di Kabupaten Asahan, diuji langsung kepada responden untuk keperluan uji validitas konsumen yang hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.3 Item-Total Statistics

Item Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation (r hitung) r tabel Validitas

Butir 1 0.862 0.361 Valid

Butir 2 0.821 0.361 Valid

Butir 3 0.725 0.361 Valid

Butir 4 0.884 0.361 Valid

Butir 5 0.325 0.361 Invalid

Butir 6 0.848 0.361 Valid

Butir 7 0.894 0.361 Valid

Butir 8 0.903 0.361 Valid

Butir 9 0.894 0.361 Valid

Butir 10 0.853 0.361 Valid

Butir 11 0.615 0.361 Valid


(59)

Pada kelompok Item-Total Statistics, Scale Mean if Item Deleted menerangkan rata-rata total jika variable tersebut dihapus. Corrected Item-TotalCorrelation

merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Untuk mengetahui validitas butir pertanyaan tersebut harus

dibandingkan dengan r tabel pada α 0.05 dengan derajat bebas. df = jumlah pertanyaan – 2

Jumlah pertanyaan adalah 11, jadi df = 11-2 = 9

1. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid. 2. Jika r hitung negatif dan r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid. 3. r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation.

4. Pada 11 butir pertanyaan yang dibuat pada kuesioner, ternyata butir 5 invalid

karena r hitung < r tabel.

r hitung pada butir 5 adalah 0.325 lebih kecil dari r tabel yaitu 0.361

Uji validitas kembali dilakukan dengan membuang butir 5 maka diperoleh output sebagai berikut:

Tabel 4.4

Item-Total Statistics

Item Pertanyaan

Corrected Item-Total

Correlation (r hitung) r tabel Validitas

Butir 1 0.849 0.361 Valid

Butir 2 0.840 0.361 Valid

Butir 3 0.722 0.361 Valid

Butir 4 0.888 0.361 Valid

Butir 6 0.860 0.361 Valid

Butir 7 0.891 0.361 Valid


(60)

Karena butir 5 telah dibuang maka r tabel pada α 0.05 dengan derajat bebas yaitu df = 11-1 = 10, maka nilai Corrected Item-Total correlation lebih besar dari r tabel ( > 0.361), sehingga semua item pertanyaan tersebut dikatakan valid.

Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan akuransi dan konsistensi dari

pengukurannya,dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda (Sugianto,2004:120).maka criteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1. Jika r alpha positif atau lebih besar dari r tabel,maka pernyataan reliabel. 2. Jika r alpha negatif atau lebih kecil dari r tabel,maka pernyataan reliabel.

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach’s Alpha if item

Deleted

Reliabilitas Butir1 0.929 Reliabel Butir2 0.933 Reliabel Butir3 0.938 Reliabel Butir4 0.937 Reliabel Butir5 0.932 Reliabel Butir6 0.937 Reliabel Butir7 0.927 Reliabel Butir8 0.928 Reliabel Butir9 0.929 Reliabel Butir10 0.944 Reliabel Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 13

Berdasarkan Tabel Cronbach’s Alpha maka pertanyaan tersebut dikatakan reliabel karena lebih besar (> 0.7).


(61)

4.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis regresi linier berfungsi untuk mengetahui pengaruh/hubungan antara variabel independent (variabel inovasi, variabel proaktif dan berani menanggung resiko) dan variabel dependent (kinerja perusahaan) akan digunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis). untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka peneliti menggunakan bantuan program software SPSS versi 13 dengan menggunakan metode Enter. Metode Enter dilakukan dengan memasukkan semua variabel bebas sebagai variabel prediktor, Seluruh variabel akan dimasukkan ke dalam analisis untuk mengetahui apakah variabel independent mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependent.

Penulis sebelum melakukan analisis regresi berganda, melakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) atau perkiraan yang efisien dan tidak bias. Kriteria pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem data yang diambil. Pada uji normalitas ada dua cara yang dapat digunakan yaitu:

a) Analisis Grafik


(62)

Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Apabila data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(63)

Gambar 4.1

Hasil Uji Normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual

0.00.2Observed Cum Prob0.40.60.81.0

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expected C

um Prob

Dependent Variable: Kinerjaperusahaan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 13

Pada uji normalitas Gambar 4.1, P-P plot menunjukkan bahwa tiitk-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.


(64)

b) Analisis Statistik

Pengujian normalitas yang didasarkan pada uji statistik non parametrik

Kolmogorof-Smirnov (K-S). Apabila nilai Kolmogorof-Smirnov Z ≤ Z tabel atau nilai asymp. Sig. (2 tailed)> α maka data dinyatakan berdistribusi normal. Berikut adalah tabel hasil uji Kolmogorov Smirnov.

Tabel 4.6

Hasil Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 30

Normal Parameters(a, b)

Mean

.0000000

Std. Deviation .62395104

Most Extreme Differences

Absolute

.123

Positive .115

Negative -.123

Kolmogorov-Smirnov Z .671

Asymp. Sig. (2-tailed) .759

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 13

Menurut Umar (2008:181) bahwa, apabila pada hasil uji Kolmogorov Smirnov, nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (α = 5%, tingkat signifikan) maka data berdistribusi normal. Pada Tabel 4.6 dapat dilihat, probabilitas hasil uji Kolmogorov Smirnov yaitu 0,759 lebih besar dari 0,05. Sehingga model regresi yang didapat adalah berdistribusi normal.


(65)

2) Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi linier ditemukan adanya korelasi yang tinggi di antara variabel bebas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas antar variabel dengan melihat nilai dari variance inflation factor (VIF) dari masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent.

Pengambilan Keputusannya:

VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinieritas

Tolerence < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas Tolerence > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas

Pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.214 1.589 1.393 .175

Inovasi .168 .072 .481 2.330 .028 .196 1.095

Proaktif .519 .275 .455 1.890 .070 .144 2.938

Berani

Menanggung Resiko

-.011 .100 -.025 -.114 .910 .169 1.916

a Dependent Variable: Kinerja Perusahaan Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 13


(1)

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 93.8 Excluded

(a) 2 6.3

Total 32 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .934 11

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Butir 1 36.4000 61.972 .862 .921

Butir 2 36.7333 58.892 .821 .926

Butir 3 37.0333 62.516 .725 .930

Butir 4 34.8000 73.614 .884 .929

Butir 5 35.1000 78.300 .325 .940

Butir 6 35.3333 69.954 .848 .925

Butir 7 34.7667 73.702 .894 .929

Butir 8 37.0333 63.689 .903 .919

Butir 9 36.2667 59.030 .894 .920

Butir 10 35.6333 65.482 .853 .922 Butir 11 35.2333 76.737 .615 .936


(2)

Reliability II

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .940 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted Butir1 32.0667 59.582 .849 .929 Butir2 32.4000 55.972 .840 .933 Butir3 32.7000 59.941 .722 .938 Butir4 30.4667 70.740 .888 .937 Butir5 31.0000 67.034 .860 .932 Butir6 30.4333 70.875 .891 .937 Butir7 32.7000 61.114 .898 .927 Butir8 31.9333 56.754 .880 .928 Butir9 31.3000 62.700 .859 .929 Butir10 30.9000 73.748 .628 .944


(3)

Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan

Crumb Rubber

Di Kabupaten Asahan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Jumlah

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

55

4

5

5

5

5

5

5

5

5

5

5

54

4

5

5

5

4

5

5

3

4

5

5

50

4

5

4

5

4

5

5

3

4

5

5

49

5

4

4

5

4

5

5

3

4

5

5

49

4

4

4

5

4

5

5

3

4

5

5

48

4

4

4

5

4

5

5

3

4

5

4

47

4

4

1

5

4

5

5

3

4

5

4

44

3

4

1

5

4

5

5

3

4

4

4

42

3

4

1

5

4

5

5

3

4

4

4

42

2

4

1

5

4

5

5

3

4

4

4

40

2

4

3

5

4

5

5

3

4

4

4

42

4

2

3

5

4

4

5

3

4

4

4

42

4

2

3

5

5

4

5

3

4

4

4

43

4

2

3

5

5

4

5

3

4

4

4

43

4

2

3

5

5

4

5

3

4

4

4

43


(4)

4

4

3

5

5

4

5

2

4

4

4

44

4

4

3

5

5

4

5

2

4

4

4

44

4

1

1

4

5

4

5

2

4

4

4

38

2

1

1

4

5

4

4

2

4

3

4

34

2

1

1

4

4

4

4

1

1

3

4

29

2

1

1

4

4

4

4

1

1

3

4

29

2

1

1

4

4

3

4

1

1

3

4

28

1

1

1

4

4

3

4

1

1

3

4

27

1

1

1

4

4

3

4

1

1

3

4

27

1

1

1

4

4

3

4

1

1

3

4

27

1

1

1

4

4

3

4

1

1

3

4

27

1

1

1

4

4

3

4

1

1

1

4

25


(5)

Descriptive Statistics

Correlations

Kinerja

perusahaan Inovasi Proaktif Takearisk Pearson

Correlation

Kinerjaperusahaan

1.000 .861 .857 .798

Inovasi .861 1.000 .884 .862

Proaktif .857 .884 1.000 .901

Berani Menanggung

Resiko .798 .862 .901 1.000

Sig. (1-tailed) Kinerjaperusahaan . .000 .000 .000

Inovasi .000 . .000 .000

Proaktif .000 .000 . .000

Berani Menanggung

Resiko .000 .000 .000 .

N Kinerjaperusahaan 30 30 30 30

Inovasi 30 30 30 30

Proaktif 30 30 30 30

Berani Menanggung

Resiko 30 30 30 30

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Berani

Menanggung Resiko, Inovasi, Proaktif(a)

. Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Kinerja Perusahaan

Mean Std. Deviation N

Kinerjaperusahaan 8.0000 1.33907 30

Inovasi 8.1333 3.83031 30

Proaktif 8.7333 1.17248 30


(6)

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson 1 .885(a) .242 .758 .65897 2.65897 a Predictors: (Constant), Berani Menanggung Resiko, Inovasi, Proaktif

b Dependent Variable: Kinerja Perusahaan

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 40.710 3 13.570 31.250 .000(a)

Residual 11.290 26 .434

Total 52.000 29

a Predictors: (Constant), Berani Menanggung Resiko, Inovasi, Proaktif b Dependent Variable: Kinerja Perusahaan

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.454 .781 3.143 .004

Inovasi .080 .035 .823 2.249 .033

Proaktif -.230 .135 -.728 -1.705 .100 Takearisk -.058 .049 -.467 -1.186 .247 a Dependent Variable: absut