BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sektor Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang memegang peranan penting dalam menunjang laju pembangunan di Negara kita dan merupakan sektor
andalan bagi Kabupaten Asahan. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet
Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 2,0 juta ton pada tahun
2007. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2008 mencapai US 2,0 milyar, dan diperkirakan nilai ekspor karet pada tahun 2008 akan mencapai US
4,2 milyar Kompas, 2008.
Crumb Rubber merupakan suatu industri pengolahan karet remah yang berbadan
hukum PT yang beroperasi di Kabupaten Asahan. Pabrik ini bergerak dibidang perkaretan yang mengolah bahan baku karet berasal dari petani karet di kecamatan
yang diterima pabrik dalam bentuk slabs, lump, cuplump, dan sit angin atau lebih dikenal dengan Bahan Olahan Karet Rakyat BOKAR menjadi produk setengah jadi
berkualitas ekspor. Sudah banyak yang dilakukan pihak perusahaan dalam rangka memacu roda perekonomian masyarakat kota Kisaran khususnya dan petani di banyak
kecamatan Kabupaten Asahan. Kabupaten Asahan merupakan kabupaten yang unggul dalam bidang industri karet remah, karena produk karet remah merupakan komoditi
Universitas Sumatera Utara
ekspor unggulan yang menjadikan kabupaten ini sebagai penghasil karet yang terbesar. Ekspor karet Indonesia umumnya dilakukan dalam bentuk karet remah atau dikenal
dengan nama ”Crumb Rubber” yang diklasifikasikan dengan Standar Indonesia Rubber SIR yaitu SIR 5, SIR 10, dan SIR 20, dan diekspor langsung ke Negara konsumen
Amerika, Eropa dan Asia maupun Negara Ketiga. Perbandingan ekspor ke Negara Amerika sebesar 60 persen sampai 75 persen, 20 persen ke Negara Jepang, dan
selebihnya ke Eropa dan ke Negara Australia Gapkindo,2008. Kabupaten Asahan merupakan daerah yang mempunyai jumlah perusahaan skala
kecil, menengah, dan besar yang relatif banyak jumlahnya. Sebagaimana Kabupaten lainnya di Indonesia, Kabupaten Asahan juga mengalami perkembangan dalam industri
manufaktur, khususnya industri pengolahan crumb rubber ditandai dengan bertambahnya jumlah perusahaan crumb rubber. Perkembangan jumlah pabrik pengolahan crumb
rubber dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Pabrik Pengolahan
Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan
NO Nama Industri
Tahun Berdiri Tahun Produksi
Konversi CR 1
PT. Bakrie Sumatera Plantation 1935
1937 2
PT. Buana Estate 1938
1940 3
PT. Karet Maju Mas 1942
1945 4
PT. Remeling 1947
1949 5
PT. Multimas Nabati Asahan 1950
1953 6
PT. Asahan Crumb Rubber 1954
1957 7
PT. Pabrik Bunut Kisaran Barat 1959
1962 8
PT. Triroyal Timurraya 1963
1965 9
PT. Desa Bunut Asahan 1967
1969 10 PT. Adei Crumb Rubber
1970 1972
11 PT. Asahi Glass Tbk I 1974
1976 12 PT. Asahi Glass Tbk II
1977 1978
13 PT. Aschulman Plastics I 1978
1979 14 PT. Aschulman Plastics II
1979 1980
Universitas Sumatera Utara
15 PT. Tridaya Estate I 1980
1982 16 PT. Tridaya Estate II
1982 1983
17 PT. Smart Tbk I 1983
1984 18 PT. Smart Tbk II
1984 1985
19 PT. Asahima Flat Glass I 1985
1986 20 PT. Asahima Flat Glass II
1987 1988
21 CV. Agro Samahani 1988
1989 22 CV. Eka Nusa Jaya
1990 1991
23 CV. Citra Eka Jaya 1992
1993 24 CV. Gendali
1994 1995
25 CV. Harapan Bersama 1996
1997 26 CV. Harapan Keluarga
1998 1999
27 CV. Mujur Jaya 2001
2003 28 CV. Tri Maju
2004 2006
29 CV. Sahabat Mulia 2006
2007 30 PT. Sari Tunggal Mandiri
2008 2009
Sumber : www.pemkab_asahan.go.id
Semakin meningkatnya jumlah pabrik pengolahan crumb rubber, khususnya di Kabupaten Asahan berarti perusahaan harus mampu bersaing dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu memperoleh laba. Semakin besar laba yang diperoleh maka kontinuitas perusahaan di masa yang akan datang akan terjamin. Di samping tujuan memperoleh
laba, perusahaan bertujuan membantu pemerintah meningkatkan ekspor non migas, menambah devisa, meningkatkan produktifitas dan efisiensi dari produksi karet agar
dapat bersaing dengan industri sejenis dalam negeri dan luar negeri. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya
seoptimal mungkin, yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatanteknologi,dan sumber daya modal Gapkindo,2008.
Sumber daya lain yang harus dimiliki dan dikembangkan adalah kewirausahaan korporasi Corporate Enterpreneurship atau Intrapreneurship. Kewirausahaan
Korporasi menurut Colvin Slevin 2000 : 102 adalah merupakan aktivitas baik formal maupun informal yang ditujukan untuk penciptaan bisnis baru di dalam perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
sudah mapan untuk menciptakan produk baru yang berkaitan dengan produk terdahulu melalui proses inovasi dan tindakan proaktif serta pengembangan pasar dalam pencapaian
kinerja perusahaan. Kewirausahaan Korporasi itu sendiri terdiri atas 3 variabel yakni : inovasi, proaktif dan berani menanggung resiko. Kewirausahaan Korporasi yang
dipergunakan oleh sebuah organisasi untuk memperluas usaha dengan menjajaki peluang baru melalui kombinasi baru dari sumber daya yang sudah ada. Kewirausahaan Korporasi
tersebut merupakan cara untuk memimpin persaingan bisnis yang digeluti. Intrapreneurship
, jelas berkaitan dengan kewirausahaan entrepreneurship adalah kebiasaan memulai dan mengembangkan bisnis baru di dalam struktur organisasi yang
sudah ada Stoner,2000:170. Sesuai dengan tujuan dan kemampuan bersaing, maka fungsi kewirausahaan korporasi adalah : melakukan proses penciptaan kekayaan
kemakmuran dan peningkatan nilai tambah, melalui gagasan – gagasan, meramu sumber – sumber dan membuat segala sesuatunya menjadi kenyataan. Dikaitkan dengan
industri crumb rubber sebagai objek penelitian, di sini terlihat adanya pemanfaatan potensi sumber daya manusia, alam, dan teknologi yang bisa dimanfaatkan secara baik
untuk kesejahteraan baik bagi perusahaan maupun bangsa. Perusahaan dapat melihat adanya “peluang” dan berambisi untuk “memanfaatkan peluang”. Karena memanfaatkan
peluang memang penuh dengan segala resiko Zimmerer,2002:8.Dengan adanya kewirausahaan korporasi diharapkan kinerja perusahaan akan semakin baik.
Kinerja Perusahaan menurut Suntoro 1999:102 adalah : Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai
tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Pengukuran terhadap kinerja perusahaan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi
Universitas Sumatera Utara
dari rencana yang telah ditentukan,atau apakah kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Adapun alat untuk mengukur kinerja perusahaan itu sendiri
adalah dengan meningkatnya pertambahan keuntungan dan penjualan Wibowo,2007:120.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul: ”Analisis Pengaruh Kewirausahaan Korporasi inovasi, proaktif dan berani menanggung resiko Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan
Crumb Rubber Di Kabupaten Asahan”.
1.2 Perumusan Masalah