c. Retrukturisasi; tahap restrukturisasi pengetahuan awal siswa agar terbentuk konsep yang diharapkan.
d. Aplikasi; tahap penerapan konsep yang telah dibangun pada kontekskondisi yang berbeda ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
e. Review dan Evaluasi; tahap peninjauan kembali apa yang telah terjadi pada diri siswa berkaitan dengan suatu konseppembelajaran.
14
Kontruktivisme memaknai belajar sebagai proses mengkontruksi pengetahuan melalui proses internal seseorang dan interaksi dengan orang lain.
Dengan demikian hasil belajar akan dipengaruhi oleh kompetensi dan struktur intelektual seseorang. Hasil belajar dipengaruhi pula oleh tingkat kematangan
berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, serta faktor internal lainnya, seperti, konsep diri, dan percaya diri dalam proses belajar. Di
samping itu hasil belajar juga dipengaruhi oleh dialog dengan orang lain dan lingkungan.
Paham kontruktivisme, berpandangan bahwa mengajar bukan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa
membangun sendiri
pengetahuannya dengan
menggunakan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Dengan demikian, pembelajaran kontruktivisme tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran
dan pembelajaran yang lama, dimana guru hanya mentransfer ilmu kepada siswa tanpa siswa itu berusaha sendiri dan menggunakan pengalaman dan
pengetahuan yang mereka miliki.
2. Learning Cycles
Siswa mempunyai pengalaman hidup dalam dirinya sebagai konsepsi awal siswa. Apabila kita ungkap konsep awal mereka, maka dengan mudah
siswa tersebut dapat menerima pengetahuanmateri baru karena siswa tersebut secara tidak langsung membangun pengetahuannya sendiri. Model
pembelajaran tersebut menurut Dahar 1988 dikenal dengan model
konstruktivisme. Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang
14
Ari Widodo, Kontruktivisme dan Pembelajaran Sains, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.13:064, Januari 2007, h.101
proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar perolehan pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini
hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri self-regulation. Dan pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya Herron, 1988
15
. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal
yang dimiliki anak dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahanmodifikasi struktur kognitif skemata
untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama mahasiswa menerima pengetahuan baru. Terjadinya proses modifikasi
struktur kognitif dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :
Gambar 2. 1: Skema Perolehan Pengetahuan-Stanobridge
15
Ahmad Anwar Yusa, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Perhitungan Kekuatan Konstruksi Bangunan Sederhana Melalui Penerapan Model Siklus Belajar Learning
Cycle di SMKN 5 Bandung dari
http:pkk.upi.eduinvotec_1-9.pdf
,
2009,. h. 2 Hasil Belajar
Hasil Interaksi dengan Lingkungan
Skema
Perbandingan dengan konsepsi awal
Tidak cocok Cocok
Mengerti Keseimbangan
Cocok Akomodasi
Ketidakseimbangan Jalan Buntu
Tidak Mengerti Ketidakseimbangan
Asimilasi
Secara rinci menurut Hilda 2002 dapat dikemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar yang mengacu pada model konstruktivisme seorang
pendidik guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman
sebelumnya. b. Menekankan pada kemampuan minds-on dan hands-on.
c. Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konseptual. d. Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif.
e. Mengutamakan terjadinya interaksi sosial.
16
Salah satu strategi mengajar untuk menerapkan model konstruktivisme ialah penggunaan pendekatan siklus belajar learning cycle Herron, 1988.
Siklus belajar adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan mengikuti pola tertentu yang terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Tahap eksplorasi, dimaksudkan untuk mengali konsepsi awal siswa. Dalam tahap ini guru berperan secara tidak langsung. Guru merupakan
pengamat yang telah siap dengan berbagai pertanyaan guna membantu siswa individu atau kelompok. Siswa aktif melakukan kegiatan yang
dapat melatih keterampilan proses, seperti mencatat, mengkomunikasikan, menafsirkan dan sebagainya.
b. Tahap pengenalan konsep adalah tahap dimana guru mengumpulkan informasi dari para siswa berkaitan dengan pengalaman mereka dalam
tahap eksplorasi. Pada tahap ini guru meminta siswa mengungkapkan hasil bacaan rangkuman yang telah mereka lakukan pada tahap eksplorasi.
Dilakukan diskusi dan pengenalan konsep-konsep yang dibahas. c. Tahap penerapan konsep adalah tahap dimana guru menyiapkan situasi
yang dapat dipecahkan berdasarkan pengalaman eksplorasi dan pengenalan konsep. Pada tahap ini diberikan permasalahan yang dapat
dipecahkan dengan menerapkan konsep-konsep yang telah dijelaskan
16
Ahmad Anwar Yusa, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Perhitungan Kekuatan Konstruksi Bangunan Sederhana Melalui Penerapan Model Siklus Belajar Learning Cycle di
SMKN 5 Bandung dari http:pkk.upi.eduinvotec_1-9.pdf, 2009,. h. 2
sebelumnya. Tahapan-tahapan model siklus belajar tersebut secara ringkas akan dijelaskan pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Model Siklus Belajar diadaptasi dari Meyer, 1986
17
Tahap Siklus Belajar
Indikator Guru
Siswa Eksplorasi
Mengidentifikasi konsep yang akan diajarkan. Guru berposisi
sebagai katalis atau fasilitator Memulai mengenal materi
baru atau
fenomena baru
dengan bimbingan minimal, dimana
fenomena yangdisajikan
menantang struktur
mental siswa.
Pengenalan Konsep
Membantu siswa
mengembangkan konsep dengan cara menghubungkan
konsep yang diperoleh melalui eksplorasi.
Membimbing siswa
pada pemahaman
konsep baru yang bermakna. Cara yang dapat
dilakukan yakni dengan
mengembangkan strategi bertanya
Mencoba memahami konsep baru dan
berdiskusi dalam hal yang berkaitan dengan
fenomena pada
tahap eksplorasi.
Aplikasi Mendukung siswa untuk
menguji kemampuannya Memperoleh penguatan
pada perkembangan
17
Ahmad Anwar Yusa, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Perhitungan Kekuatan Konstruksi Bangunan Sederhana Melalui Penerapan Model Siklus Belajar Learning Cycle di
SMKN 5 Bandung dari http:pkk.upi.eduinvotec_1-9.pdf, 2009,. h. 2
Tahap Siklus Belajar
Indikator Guru
Siswa dalam menerapkan
konsep pada situasi yang baru. Guru
berposisi sebagai mentor struktur mental yang
baru
Anthony W. Lorsbach, menyatakan: “The learning cycle is an estabilished planning method in sciensce
education and consistent with contemporary theories about how individuals learn. It is easy to learn and useful in creating
opportunities to learn science”. Siklus belajar adalah sebuah metode perencanaan yang didirikan dalam
ilmu pendidikan dan konsisten dengan teori-teori kontemporer tentang bagaimana individu belajar. Hal ini mudah dipelajari dan berguna dalam
menciptakan kesempatan untuk belajar sains.
18
Macmallin dan Collier, menyatahan: ”Methods are the procedures of instruction that are salected to help
learners achieve the objectives or to internalize the content of message.”
19
Metode adalah prosedur pengajaran yang dipilih untuk membantu siswa mencapai tujuan menginternalisasikan isi atau pesan.
Learning cycle merupakan salah satu model perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori
yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Model ini merupakan model yang mudah untuk digunakan oleh guru
dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar
18
Anthoni W. Lorsbach, The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction, dari http:www.coe.ilstu.eduscienceedlorsbach257lrcy.htm, h 1
19
Macmillan dan Collier, Media, Singapore: The Republic, 1990, h. 7
IPA pada setiap siswa kita. Dalam perkembangannya learning cycle tiga fase saat ini telah berkembang dan disempurnakan menjadi lima fase dan
enam fase. Pada learning cycle lima fase diperkenalkan oleh Roger Bybee. Siklus belajar terdiri dari lima fase 5E yang saling berhubungan satu
sama lainnya, yaitu: a. Fase Engage Menarik Perhatian-Mengikat
Fase engage merupakan fase awal. Pada fase ini guru menciptakan situasi teka-teki yang sesuai dengan topic yang akan dipelajari siswa. Guru dapat
mengajukan pertanyaan misalnya: mengapa hal ini terjadi? Bagaimana cara mengetahuinya? dll dan jawaban siswa digunakan untuk mengetahui
hal-hal apa saja yang telah diketahui oleh mereka. Fase ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
b. Fase Exploration Eksplorasi Selama fase eksplorasi, siswa harus diberi kesempatan untuk bekerja sama
dengan teman-temannya tanpa arahan langsung dari guru. Fase ini menurut teori Piaget merupakan fase “ketidakseimbangan” dimana siswa
harus dibuat bingung. Fase ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menguji hipotesis atau prediksi mereka, mendiskusikan dengan teman
sekelompoknya dan menetapkan keputusan. c. Fase Explain Menjelaskan
Pada fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri.
d. Fase Expand Perpanjangan Pada fase ini siswa harus mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang
telah mereka miliki terhadap situasi lain. e. Fase Evaluate Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan. Guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam
mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa.
20
20
Pembelajaranguru.wordpress.com20080525siklus-belajar-learning-cycle-5e-sebuah- metode-perencanaan-dalam-ipa - 24k – h 1
Model learning cycle menurut Lawson diklasifikasikan menjadi tiga begian berdasarkan jenjang pendidikan yang mentapkannya. Ketiga macam
siklus belajar yaitu: a. Siklus belajar ”deskriptif”, para siswa menemukan dan memberikan suatu
pola empiris dalam suatu konteks khisus ekspolari; guru memberi nama pada pola itu pengenalan istilah atau konsep; kemudian pola itu
ditentukan dalam konteks-konteks lain aplikasi konsep. Bentuk siklus belajar ini disebut deskriptif, sebab siswa dan guru hanya memberikan apa
yang mereka amati tanpa usaha untuk melahirkan hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan hasil pengamatan mereka. Ditinjau dari segi penalarannya,
siklus belajar deskriftif menghendaki hanya pola-pola deskriptif, misalnya seriasi, klasifikasi dan konservasi.
b. Siklus belajar ”empiris-induktif, para siswa juga menemukan dan memberikan suatu pola empiris dalam suatu konteks khusus eksplorasi,
tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya pola itu. Hal ini membutuhkan penggunaan penalaran
analogi untuk memindahkan atau mentrasfer konsep-konsep yang telah dipelajari dalam konteks-konteks lain pada konteks baru ini pengenalan
konsep. Konsep tersebut dapat diperkenalkan oleh para siswa, guru, atau kedua-duanya. Siklus belajar empiris-induktif bersifat intermediat,
menghendaki pola-pola penalaran deskriptif, tetapi pada umumnya melibatkan pula pola-pola tingkat tinggi.
c. Siklis belajar ”hipotesis-deduktif”, para siswa diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang mungkin terhadap pertanyaan.
Selanjutnya para siswa diminta untuk menurunkan konsekuensi- konsekuensi logis dari hipotesis-hipotesis ini, dan merencanakan serta
melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis eksplorasi. Analisis hasil-hasil eksperimen
menyebabkan beberapa hipotesis ditolak, sedangkan yang lain diterima dan konsep-konsep dapat diperkenalkan
pengenalan konsep. Akhir konsep-konsep yang relevan dan didiskusikan,
dapat diterapkan diterapkan pada situasi-situasi lain di kemudisn hari aplikasi konsep.
21
Berdasarkan uraian diatas model pembelajaran learning cycle patut dikedepankan, karena model belajar ini sesuai dengan teori belajar Piaget yang
berbasis kontruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi; struktur, isi dan fungsi. Struktur
intelektual merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam
merespon masalah yang dihadapinya. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelaktual yang mencakup adaptasi dan organisasi.
22
Bagi piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi, proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi
pada lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan disequilibrium. Akibat ketidaksinambungan ini maka terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada
mengalami perubahan atau struktur baru timbul.
23
Dari proses asimilasi ke akomodasi diharapkan dapat mengembangkan struktur mental sehingga dapat diorganisasikan dengan konsep lain yang telah
dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah.
Implementasi learning cycle dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu:
a. Siswa belajar secara aktif , siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman
siswa. b. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa,
informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.
21
Ratna W Dahar, Teori-teori Belajar,Jakarta : Erlangga, 1996, h. 164 – 165.
22
Fauziatul Fajaroh, Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar learning cycle, dari http:lubisgrafura.wordpress.com20070920. h 1 - 2
23
Ratna W Dahar, Teori-teori Belajar,Jakarta : Erlangga, 1996, h. 151
c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. Hudojo, 2001.
24
Model pembelajaran learning cycle yang berorientasi pada pembelajaran kontruktivisme ini sangat memperhatikan pengalaman dan
pengetahuan awal siswa serta bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu pada setiap fase pembelajarannya guru dituntut
untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang beranjak isu-isu sains yang relevan dengan lingkungan siswa, memicu proses disekuilibrium-ekuilibrium
pada diri siswa serta memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan orang lain dalam mengemukakan dan mengembangkan pemahaman
tentang fenomena sains. Lima unsur dasar dalam metode pembelajaran siklus belajar learning
cycle adalah: a. Sintak, menghadapkan masalah, guru membawa beberapa contoh untuk
dieksporasikan kemudian
siswa menemukan
masalahnya dan
mengeksporasi dengan berkelompok dengan menjawab permasalahan yang telah ia dapatkan.
b. Sistem sosial dengan jalan bekerja secara berkelompok untuk mengeksporasi materi. Pada sistem ini yang dikembangkan adalah prinsip
kerjasama dan kesamaan derajat. c. Prinsip reaksi yang harus dikembangkan adalah penyampaian hasil
eksporasi secara lugas dan dipahami oleh pendengar, memberi kesempatan kepada rekannya yang lain untuk bertanya dan memberi jawaban tanpa
menyinggung sesama. d. Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah media pembelajaran berupa
media asli, literatur, dsb dan tehnik pembelajaran yang tepat untuk mendukung pelaksanaan model pembelajaran siklus belajar seperti teknik
kerja kelompok.
24
Fauziatul Fajaroh, Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar learning cycle, dari http:lubisgrafura.wordpress.com20070920. h. 2
e. Produk, yaitu hasil yang diperoleh siswa setelah belajar baik berupa pemahaman, konsep maupun simpulan. Selain itu diharapkan siswa
mampu menerapkan hasil pemahaman didalam kehidupan.
25
Keuntungan model pembelajaran learning cycle yaitu: a. Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajaran dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran. b. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pembelajar.
c. Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kelemahan model belajar learning cycle yaitu:
a. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
b. Menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
c. Memerlukan pengolahan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi. d. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran.
26
Berdasarkan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran bersiklus yang diuraikan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan
guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari, sehingga dapat membangun
pemahaman dan pengetahuan siswa sesuai prinsip kontruktivisme dalam belajar membangun pengetahuan dan memperoleh pembelajaran yang
bermakna.
3. Hakikat Proses Belajar Mengajar