Fisika dan Hasil Belajar Fisika

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lain-lain. e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui belajar. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial. 34 Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi kesalahan tafsiran terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah beku dan menyatu di dalam konsep pengajaran. Guru yang mengajar dan anak yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik. Peran guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencerana bahan, ada anak didik yang sedang mencerna bahan, dan ada pula anak didik yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajaran yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah ”perubahan”, maka hakikat belajar mengajar adalah proses ”pengaturan” yang dilakukan oleh guru.

4. Fisika dan Hasil Belajar Fisika

Pendidikan sains atau lebih dikenal dengan Imu Pengetahuan Alam IPA, seperti pendidikan pada umumnya, memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual anak. Dengan berbagai upaya dilakukan, pendidikan sains senantiasa mengalami pengkajian ulang dan pembaruan untuk mencari bentuknya yang paling sesuai. 34 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007 h 10 Menurut Fisher, sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan observasi. Carin dan Sund, mengatakan sains adalah suatu sistem untuk memahami semesta dengan data yang dikumpulkan melalui observasi atau eksperimen yang dikontrol. Sedangkan menurut Dawson, sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi akan keingintahuannya terhadap alam di sekelilingnya dan keingintahuanya untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi kebutuhannya. 35 “Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan proses dan produk tentang pengkajian gejala alam Sund Trowbridge, 1973”. Lahirnya istilah IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya, dan kemudian mempelajarinya. “Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan seadanya, kemudian semakin luas akibat dari hasil pemikirannya Harmoni, 1992”. Menurut Gagne yang dikutip oleh Dahar 1988, belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisme mengalami perubahan perilaku karena adanya pengalaman. Pendapat senada disampaikan oleh Woolfolk dan McCune-Nocolich 1984 yang menyatakan bahwa proses belajar telah terjadi jika di dalam diri anak telah terjadi perubahan. Perubahan dalam diri anak dikatakan sebagai hasil proses belajar jika perubahan tersebut diperoleh dari pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Jadi belajar ditandai oleh dua faktor yaitu adanya perubahan dan pengalaman. Menurut Fisher seperti dikutip oleh Amien 1990, IPA termasuk fisika merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Dengan demikian dalam pembelajaran IPA fisika diharapkan ada keterlibatan langsung antara anak dengan objek yang sedang dipelajari. Menurut Hardy dan Fleer 1996 pengertian sains dalam perspektif yang lebih luas adalah sebagai berikut: 35 Nani Dahniar, Sains Project sebagai Salah Satu Alternatif dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains di SMP, Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 2, Nomor 1, September 2006. h. 35 a. Sains sebagai kumpulan pengetahuan. Sains sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep sains tang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam. b. Sains sebagai suatu proses penelusuran investigation. Sains sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berhubungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. c. Sains sebagai kumpulan nilai. Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan sains sebagai proses. d. Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia. Proses sains dipengaruhi oleh cara di man orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. e. Sains sebagai institusi sosial. Sains seharusnya dipandang dalam pengertian sebagai kumpulan profesional, di mana melalui sains para ilmuan dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya yang telah dihasilkan, didanai, dan diatur dalam masyarakat, dikaitkan dengan unsur pemerintah bahkan dipengaruhi oleh politik. f. Sains sebagai hasil konstruksi manusia. Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa sains sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. g. Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh sains. 36 Salah satu dari cabang ilmu pengetahuan alam IPA adalah ilmu fisika yang merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam. Ilmu fisika yang merupakan dasar dari sains adalah ilmu yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan eksperimen, serta menghubungkan kernyataan-kenyataan berdasarkan metode ilmiah sehingga keberadaannya sangat penting bagi 36 Sumaji, Pendidikan Sains yang Humanistis, Yogyakarta: Kanisius, 1998, h144-115. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu setiap orang harus mampu mengembangkan hasil belajarnya dalam pendidikan di era ini. Secara sederhana pengertian fisika ialah ilmu pengetahuan atau sains tentang energi, transformasi energi, dan kaitannya dengan zat. Sebagaimana sains yang lain, fisika juga mengalami perkembangan yang pesat terutama sejak abat ke-19. oleh karena itu orang membagi fisika dalam fisika klasik dan fisika modern. Fisika klasik merupakan akumulasi dari pengetahuan, teori- teori, hukum-hukum tentang sifat zat dan energi yang sebelum tahun 1900 mengalami penyempurnaan. Sekitar tahun 1900 terjadi beberapa fenomena anomali dalam fisika klasik sehingga melahirkan fisika modern. Fisika modern mempelajari struktur dasar suatu zat, yakni molekul, atom, inti serta partikel dasar. 37 Fisika adalah ilmu tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat diamati oleh manusia. Jadi, jelas bahwa teknik-teknik pengamatan observasi merupakan bagian yang amat penting dalam pengajaran fisika. Manusia memiliki lima indra, tetapi khisus ilmu fisika yang terutama menggarap benda mati, penglihatan dan pendengaran merupaka dua indra yang paling banyak dipakai. 38 Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Fisikawan mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi fisika partikel hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos. Fisika adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian alam serta interaksi antara benda-benda, atau materi-materi di alam ini. Banyak faktor yang dapat membuat pembelajaran fisika menjadi lebih menarik dan menghasilakan prestasi siswa yang tinggi. Namun, satu faktor terpenting untuk hal itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkret sebagai bagian 37 Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, h 31 38 Suprapto Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan Tinggi, Jakarta: Pekerti-MIPA, 2001, h. 6. dari pelajaran. Membicarakan hakikat fisika sama halnya dengan membicarakan hakikat sains karena fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains. Oleh sebab itu, karakter fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada umumnya. Ilmu fisika tidak hanya menggarap gejala dan perilaku alam secara kualitatif, tetapi juga secara kuantitatif. Untuk itu, diperlukan juga unsur kecermatan dan ketelitian, yang menjadi salah satu andalan dari kemahiran pengamatan. Yang dimaksud dengan ”pengamatan” di sini bukan hanya pengamatan secara langsung, tetapi juga pengamatan tidak langsung. Oleh sebab itu, dalam bahan ajar ini kedua jenis pengamatan itu dibedakan. Meskipun demikian, batas-batas perbedaan antara keduanya tidak terlalu tajam untuk dipermasalahkan. 39 Pada dasarnya ilmu pengetahuan dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, diantaranya adalah Ilmu Pengetahuan Alam IPA yang membehas tentang fenomena alam, kemudian IPA dibagi menjadi beberapa cabang disiplin ilmu, diataranya adalah fisika. Dimana fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang memepelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi di dalamnya. Dari sudut pandang ontologi, IPA yang kita pelajari memperagakan berbagai fenomena alam yang indah mempesona, yaitu keragaman, keserupaan, keteraturan, kelestarian nisbi, dan kejadian-kejadian yang bersifat probabilistik, sehingga manusia merasa tertarik kepada alam seisinya dan kemudian mengagungkan penciptannya. Inilah nilai religius agama yang disumbangkan pendidikan IPA kepada anak didik. Semakin luas dan semakin dalam seseorang mempelajari IPA, semakin kecil ia merasa sebagai makhluk bila dibandingkan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakan alam seisinya yang mengandung rahasia tak habis-habisnya. 40 Kegiatan proses belajar mengajar ada dua aspek utama pada mata pelajaran IPA, yaitu aspek teoritis dan empiris. Kedua aspek ini saling terkait 39 Suprapto Brotosiswoyo, Hakikat Pembelajaran MIPA Di Perguruan Tinggi, Jakarta: Pekerti-MIPA, 2001, h. 7. 40 Sumaji, Pendidikan Sains yang Humanistis, Yogyakarta: Kanisius, 1998, h. 38 dan saling mengisi. Ide-ide yang melahirkan teori harus diuji secara empiris. Jika suatu teori tidak dapat dijelaskan melalui ceramah atau eksperimen karena konsep yang abstrak seperti massa jenis dan sifat zat, maka guru dapat memberikan suatu model pembelajaran yang dapat mengkonkretkan sebuah teoriyang abstrsk sehingga peningkatan pemahaman siswa akan meningkat yang berpengaruh juga pada hasil belajar fisikanya. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya. 41 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. 42 Hasil belajar harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaraninstruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap. 43 Dalam pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin Bloom yang secara garis besar menjadi 3 ranah, yaitu : a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu, pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 41 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h 155 42 Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 h. 22 43 Syaiful Bahri, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2006, cet.3 h. 106 b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotorik ini yaitu gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif. 44 Berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya. Oleh karena itu, faktor-faktor umum yang mempengaruhi dalam proses belajar yaitu faktor internal dan eksternal. 1 Faktor Internal Faktor internal disebut juga faktor individual yaitu faktor yang terdapat pada organisme siswa itu sendiri. Muhibbin Syah menyebutkan bahwa yang termasuk faktor internal adalah aspek fisiologis dan psikologi. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh siswa termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek psikologis banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain kecerdasan intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. 45 2 Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, masyarakat, dan sekolah. Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staff administrasi, dan temen-temen sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan 44 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, h. 117 45 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, h.132 memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan diskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi proses belajar, misalnya kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, paling tidak siswa akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau diskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang belum dimiliki. Lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi belajar, misalnya kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak yang buruk. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang berarti seperti anti sosial. Hasil belajar merupakan realisasi pemekaran dari kecakapan- kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Hasil belajar fisika dapat dilihat dari aspek kognitif berupa hasil tes belajar, serta keterampilan motorik siswa, dimana siswa ikut berperan aktif ketika proses belajar mengajar.

B. Kerangka Pikir