Latar Belakang Analisis Proses Perencanaan Anggaran Dinas Kesehatan untuk Penanggulangan Bencana di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persatuan Bangsa-bangsa PBB melalui United Nations International Strategy for Disaster Reduction UNISDR mencatat kerugian akibat bencana di seluruh dunia mencapai US 380 milliar atau Rp 3.420 trilliun. Angka ini menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kerugian tersebut terutama didorong oleh bencana gempa dan tsunami yang menimpa Jepang dua tahun lalu Anonim, Angga Aliya detikfinance 2013. Global Assessment Report Bagi Indonesia hal tersebut sangat terasa dari dampak bencana. Besarnya kerusakan dan kerugian akibat dampak bencana sangat besar. Tsunami Aceh 2004 menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 39 Trilyun. Berturut-turut gempabumi Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006 Rp 27 trilyun, banjir Jakarta tahun 2007 Rp 4,8 trilyun, gempabumi Sumbar tahun 2009 Rp 21,6 trilyun, dan erupsi merapi tahun 2010 di luar dari dampak lahar dingin sebesar Rp 3,56 trilyun. Sebuah angka yang sangat besar.Tentu saja hal ini sangat berat jika dibebankan kepada daerah. GAR 2011 memperkirakan bahwa kerugian akibat bencana setiap tahunnya rata-rata mencapai 1 dari produk domestik bruto PDB, atau setara dengan kerugian yang dialami oleh negara-negara yang mengalami krisis keuangan global pada tahun 1980 dan 1990-an Nugroho, 2013 1 Universitas Sumatera Utara Dalam kondisi normal saja, saat ini banyak daerah-daerah di Indonesia yang defisit, apalagi bila terkena bencana dan harus memulihkan perekonomian daerah. Oleh karena itu Pemerintah Pusat perlu membantu pendanaannya. Dan dalam kenyataannya hampir 90 persen lebih sumber dana dari berasal pemerintah pusat. Guna mengatasi banjir yang terjadi di Jakarta beberapa waktu yang lalu pemerintah telah mengalokasikan dana Rp 2,3 triliun. Dana tersebut untuk normalisasi tiga sungai yaitu Pesanggrahan, Angke dan Sunter. Pelaksanaannya dimulai tahun 2011- 2014. Pertahun dialokasi Rp 600 miliar yang dilakukan oleh Kementerian PU dan Pemprov DKI Nugroho,2013 Untuk penanggulangan bencana anggaran yang tersedia Rp4 triliun per tahun. Dana itu digunakan untuk pra bencana, saat bencana, pasca bencana. Keterbatasan anggaran menyebabkan kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD jadi terbatas. Padahal menurut undang-undang, pemerintah daerah bersama BPBD melakukan penanganan bencana di wilayah masing-masing. Sementara BNPB memberikan bantuan yang bersifat pendamping. Seharusnya jumlah anggaran ideal penanganan bencana di seluruh Indonesia sekitar Rp 15 triliun. Jumlah itu dibutuhkan karena wilayah Indonesia luas dan terdiri atas berbagai macam daerah dengan kondisi geografis berbeda Anonim, Vera Erwaty ,Ismainy,Dor metrotvnew , 2013 Menurut United Stated Geological Surve USGS and The Federal Emergency Management Agency FEMA Menyebutkan ”Setiap 1 belanja publik untuk mitigasi dan kesiapsiagaan bencana dapat menyelamatkan 7 dari kerusakan akibat bencana.” ”setiap 1 dana publik yang dibelanjakan untuk metigasi dan Universitas Sumatera Utara kesiapsiagaan bencana akan menyelamatkan dana sebesar 2 untuk emergency respon” Rinto Andriano, 2009 Anggaran untuk melakukan penanggulangan bencana selama 5 lima tahun yang disepakati dalam Rencana Nasional Penanggulangan Bencana ini adalah Rp 64.475.060.000.000,- enam puluh empat triliun empat ratus tujuh puluh lima miliar enam puluh juta rupiah. Atau rata-rata Rp.12.895.012.000.000,-dua belas triliun delapan ratus sembilan puluh lima miliar dua belas juta rupiah Renas PB 2010- 2014. Pemerintah Aceh selain bencana gempa dan tsunami yang meluluhlantakan sebagian besar wilayah Aceh, pada tahun 2006 juga dilanda banjir bandang yang besar yang menerjang kabupaten Aceh Tamiang mengakibatkan sedikitnya 50 orang tewas dan 36 lainnya dinyatakan hilang, 87 ribu warga terpaksa mengungsi ke berbagai lokasi di 12 kecamatan di Aceh Tamiang dan diperkirakan kerugian mencapai Rp 2 Triliun. Disusul oleh banjir di Singkil pada akhir tahun 2012 diperkirakan kerugian Rp 27 milyar. di Aceh Besar baru-baru ini diterjang banjir yang mengakibatkan kerugian sekitar 14,5 milyar kata Kepala BPBD Aceh Besar, Muhammad Hatta, usai rapat koordinasi siaga darurat bencana Aceh 2013 di Aula BPBA, Anonim, maiwanews walhi.or.id, 2013 The Globe Journal mencatat jumlah anggaran yang diperuntukkan untuk Badan Penanggulangan Bencana Aceh BPBA mengalami penurunan yang sangat drastis tahun 2012 BPBA mendapat anggaran sebesar Rp 53,6 millyar, sedangkan Universitas Sumatera Utara pada Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPAS tahun 2013 mendapat kecuran dana Rp.31 millyar. Angaran tersebut belum dibagikan untuk kabupatenkota. Sebanyak Rp 17 milyarakan dibagikan untuk kabupatenkota. Selebihnya Rp 14 milyar untuk menanggulangi bencana yang terjadi di Aceh. Menurut Bupati Pidie Jaya banjir parah di Kabupaten Pidie Jaya terjadi di dua kecamatan wilayah itu, Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua. Akibatnya kerugian yang disebabkan oleh banjir tersebut sekitar Rp 10 miliar. Diawal tahun 2013 Pidie Jaya juga dilanda bencana banjir yang melanda hampir seluruh kecamatan yang ada di Kabupetan Pidie Jaya, antara lain kecamatan Uleegle, Jankabuya, Ulim, Trienggadeng dan Luengputu, dengan jumlah kerugian yang belum dapat diperkirakan. Disamping bencana alam, hal ini disebabkan karena faktor letak geografis dan geologi serta demografi. Bencana mengakibatkan dampak terhadap kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan prasarana dan sarana. Kerugian harta benda dan prasarana dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan diperlukan dana yang sangat besar untuk pemulihan. Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menganggarkan dana siap pakai pada tahun 2012 sebanyak Rp 500 juta, anggaran tersebut ditempatkan pada di Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah PPKAD, seharusnya dana siap pakai tersebut ditempatkan pada BPBD Kabupaten seperti yang diamanatkan dalam PP no 22 tahun 2008 Pasal 6 ayat 3 dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat berakhir. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan dampak yang ditimbulkan, maka pemerintah membentuk Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, Penanggulangan bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bersifat preventif , penyelamatan, dan rehabilitatif yang harus diselenggarakan secara koordinatif, komprehensif, serentak, cepat, tepat dan akurat melibatkan lintas sektor dan lintas wilayah sehingga memerlukan koordinasi berbagai instansi terkait dengan penekanan pada kepedulian publik dan mobilisasi masyarakat. Secara teoritis kehadiran undang-undang nomor 22 tahun 1999 dan yang telah diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 25 tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 33 tahun 2004 tersebut cukup menjanjikan bagi terwujudnya good governance di berbagai daerah di Indonesia, local accountability, transparency dalam pengelolaan anggaran publik sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan hak masyarakatnya. Meski demikian, perlu disadari bahwa tujuan ideal desentralisasi dan otonomi daerah tidak dengan serta merta dapat dicapai hanya dengan kehadiran kedua UU tersebut Khusaini, 2006 Dalam perencanaan anggaran dan pengesahan anggaran melibatkan unsur- unsur eksekutif dan legislatif dimana peran kedua unsur tersebut sangat penting, sehingga anggaran penanggulangan bencana dapat diperioritaskan secara optimal, kepala seksi bina program dari dinas terkait sangat berpengaruh dalam hal perencanaan disamping lobi-lobi politik lain nya. Menurut Sutaat dalam Syaukani 2003, hubungan eksekutif dan legislatif mengandung implikasi positif dan negatif. Implikasi positif hubungan eksekutif dan Universitas Sumatera Utara legislatif, terutama peran legislatif yang diharapkan dapat lebih aktif dalam menangkap aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, kemudian mengadopsinya dalam berbagai bentuk kebijakan publik di daerah bersama-sama dengan eksekutif. Implikasi negatif kemungkinan terjadi konflik berkepanjangan antara eksekutif Kepala Daerah dan legislatif DPRD. Hal tersebut dapat terjadi karena 1 gaya kepemimpinan Kepala Daerah dengan Pimpinan DPRD; 2 latar belakang kepentingan; 3 latar belakang pengalaman dalam berpolitik dan penyelenggaraan pemerintahan. Kebijakan publik yang menguntungkan masyarakat tidak akan bisa terwujud bila legislatif kurang mempunyai kemauan dan kemampuan yang memadai sebagai wakil rakyat. Diperkirakan tidak semua wakil rakyat mampu menangkap aspirasi arus bawah dan memahami secara utuh kondisi masyarakatnya, keinginan, harapan dan keutuhannya. Bila ini terjadi maka kemungkinan akan muncul kebijakan daerah yang justru tidak memihak kepada rakyat. Bila dirujuk pada realita bahwa setiap ada bencana pasti ada korban baik korban jiwa, gagal panen, rusaknya infrastruktur pemerintah dan harta benda masyarakat. Maka dalam penanganan setiap korban diperlukan anggaran yang tidak sedikit, dalam hal ini pemerintah daerah perlu mengangarkan anggaran kesehatan bidang bencana untuk antisipasi jatuhnya korban setelah terjadi bencana mengingat banyaknya korban yang mengalami masalah kesehatan. Untuk mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Pidie Jaya, maka ditetapkan misi yang merupakan pernyataan usaha pencapaian visi. Misi Universitas Sumatera Utara pembangunan Kabupaten Pidie Jaya periode 2009-2014 adalah: 1 Membangun dan memperbaiki kredibilitas, kapasitas manajemen dan kinerja aparatur Pemerintah Daerah 2 Mengaktualisasikan kembali potensi pembangunan Kabupaten PidieJaya dengan semangat kebersamaan 3 Pemberdayaan ekonomi masyarakat terutama masyarakat bekerjadisektor perkebunan, pertanian dan nelayan 4 Menumbuhkan kembali nilai-nilai islamiah dan perumusan kebijakanpembangunan dan pembinaan kemasyarakatan 5 Memfasilitasi penyediaan modal usaha bagi pertumbuhan ekonomidan kemakmuran masyarakat.Seiring dengan profil dinas kesehatan Pidie Jaya tentang pencapaian Pidie Jaya Sehat 2018 pasokan dana pusat dalam anggaran pembangunan daerah dan bantuan-bantuan lain sangatlah dibutuhkan dalam menunjang pembangunan disegala bidang, khususnya dana untuk anggaran kesehatan Profil Kab.Pidie Jaya tahun 2009. Upaya peningkatan pembiayaan terhadap sektor kesehatan Pidie Jaya mengandalkan anggaran dari APBN, APBD 1 II, bantuan hibah dan negara luar NGO serta bantuan dana JAMKESMAS yang dikelola oleh PT Askes yang disalurkan langsung ke unit pelayanan yaitu Rumah Sakit dan Puskesmas yang dianggarkan oleh Departemen Kesehatan RI. Profil Dinkes Pidie Jaya tahun 2009 Masalah-masalah yang berkaitan dengan analisis perencanaan anggaran kesehatan bidang bencana telah banyak menjadi fokus penelitian, ada beberapa penelitian yang cukup relevan dengan penelitian tentang analisis proses perencanaan anggaran kesehatan bencana di Kabupaten Pidie Jaya Pemerintah Aceh. Penelitian- Universitas Sumatera Utara penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Fazli 2010; menunjukkan bahwa persepsi pengalaman, proses belajar, motivasi dan kompetensi pengetahuan, keterampilan, sikap eksekutif dan legislatif tentang bencana secara simultan berpengaruh terhadap perencanaan anggaran bencana, secara parsial proses belajar dan pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perencanaan anggaran bencana. Hal ini juga berkaitan dengan hasil penelitian Asludin 2008, yang menunjukkan sumber pendanaan masih tergantung anggaran pusat dan BLN, anggaran lebih berorientasi pada fisik ketimbang program, ketercukupan terhadap PAD masih sangat kecil Apabila terjadi bencana pihak Pemkab Sekda yang merupakan ketua penanggulangan bencana melalaui Badan Penanggulangan Bencana Dearah melakukan koordinasi untuk mengerakan setiap SKPK satuan Kerja Perangkat Kabupaten yang terkait langsung denagan bencana untuk melakukan pertolongan baik itu pengobatan dan evakuasi korban, disini dinas kesehatan mempunyai peranan penting dalam penanganan bencanaa dimana menurut UU no 24 tahun 2007 pasal 53 pemenuhan kebutuhan dasar meliputi: 1 kebutuhan air bersih dan sanitasi, 2 pangan, 3 sadang, 4 pelayanan kesehatan, 5 pelalayanan psikososial dan 6 penamungan tempat hunian, dari 6 enam komponen diatas urutan 1,4,5 menjadi tanggung jawab dinas kesehatan, maka diperlukan alokasi anggaran yang cukup. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, penulis tertarik untuk menganalisis lebih dalam tentang proses perencanaan anggaran kesehatan untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Pidie Jaya. Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan masalah