Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya
Untuk mendapatkan data tentang jumlah anggaran atau Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPAS, sumber datanya adalah BAPEDA Kabupaten Pidie
Jaya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan studi dokumentasi dan wawancara dengan Kasi Sumberdaya Manusia SDM BAPEDA, Sekretaris BAPPEDA
Kabupaten Pidie Jaya. untuk mendapatkan data tentang kebijakan dalam proses perencanaan anggaran ditingkat BAPPEDA, sumber datanya adalah Kepala
BAPPEDA Kabupaten Pidie Jaya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan studi dokumentasi dan wawancara dengan Kepala BAPPEDA Kabupaten Pidie Jaya.
Untuk mendapatkan data tentang perda atau kebijakan, sumber datanya adalah Legislatif Kabupaten Pidie Jaya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan studi
dokumentasi dan wawancara dengan DPRK Kabupaten Pidie Jaya,atau komisi C yang membidangi anggarankuangan.
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data penelitian ini berasal dari berbagai sumber informasi yang didapat dari data sekunder yang berasal dari laporan realisasi kegiatan pada 1 tahun terakhir
baik yang bersumber dari dana APBD kabupaten. Proses analisis data dimulai dengan menelaah data dan tahap analisis data meliputi penetapan kategori utama untuk
selanjutnya diinterpretasi kandalam deskriptif sesuai dengan variabel yang ada, selanjutnya menariksebuah kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan metode tersebut, maka langkah-langkah yang ditempuhdalam menganalisis isi yaitu:
a. Mempelajari semua transkrip dan melihat kekurangan untuk dilengkapi kembali
ke lapangan dengan wawancara mendalam b.
Mengelola, membaca dan mempelajari secara menyeluruh jenis data yang sudah dikumpulkan untuk persiapan penyusunan uraian dasar dalam penyajian data.
c. Menyajikan data ke dalam bentuk deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian,
dengan menjaga kerahasiaan dalam penelitian tersebut. d.
Membuat kesimpulan dari hasil analisa data.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian analisis proses perencanaan anggaran kesehatan untuk penanggulangan bencana mengambil lokasi di Kabupeten Pidie Jaya. Kabupaten
Pidie Jaya adalah salah satu Kabupaten yang baru terbentuk hasil pemekaran dari Kabupaten Pidie dalam wilayah Provinsi Aceh, dengan Ibu Kota Kabupaten adalah
Kota Meureudu. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2007, pada tanggal 2 Januari 2007, dengan letak geografis 9603°16,62° sampai dengan 96020°40,5° Bujur Timur dan 5018°6,607° sampai dengan 4056°42,1°
Lintang Utara dengan luas wilayah ± 1.162.84 km2 yang terdiri dari 8 Kecamatan, 34 Imum mukim Kemukiman, dan 222 Gampoeng Desa. Batas-batas wilayah sebagai
berikut: 1.
Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, 2.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen, 3.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie Kecamatan Tangse, Kecamatan Geumpang dan Kecamatan Mane,
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie Kecamatan Geulumpang
Tiga, Kecamatan Geulumpang Baro, dan Kecamatan Keumbang Tanjong.
54
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Rekam Jejak Bencana
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya setiap tahun dilanda banjir bandang yang disebabkan oleh luapan sungai, Kabupaten Pidie Jaya dilalui oleh 7 tujuh sungai
yang sering menyebabkan banjir, sungai-sungai tersebut antara lain :
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Pidie Jaya
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Desa-desa Rawan Banjir di Kabupaten Pidie Jaya
No Nama Desa gampoeng
Nama Sungai Krueng Jarak
Rumah Ibadah
dari sungai Wilayah Kec.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 Krueng kiran
Asam kumbang Drein bungong
Muegiet sagoe Kuta krueng
Muko juroeng Muko muegit
Kiran dayah Kiran munasah krueng
Seunong Bidok
Nanggroe timu Blang awe
Kulam Kota meureudu
Muenasah balek Kuta treing
Sagoe Kuede Trienggadeng
Mesjid panteraja Tuengoh
Mmuka blang Abah lueng
Pueb lueng nibong Kuedee luengputu
Siren Tutong
Krueng kiran Krueng kiran
Krueng kiran Krueng kiran
Krueng kiran Krueng kiran
Krueng kiran Krueng kiran
Krueng kiran Krueng ulim
Krueng ulim Krueng ulim
Krueng meuruedu Krueng meuruedu
Krueng meuruedu Krueng meuruedu
Krueng beuracan Krueng trienggadeng
Krueng trienggadeng Krueng cubo
Krueng cubo Krueng cubo
Krueng cubo Krueng putu
Krueng putu Krueng putu
Krueng putu 43 meter
9 meter 9 meter
9 meter 2 meter
2 meter 24 meter
2 meter 2 meter
43 meter 43 meter
38 meter 16 meter
13 meter 7 meter
11 meter 31 meter
13 meter 18 meter
31 meter 26 meter
36 meter 37 meter
45 meter 27 meter
42 meter 39 meter
Bandar dua Bandar dua
Bandar dua Bandar dua
Bandar dua Jangkabuya
Jangkabuya Jangkabuya
Jangkabuya Bandardua
Ulim Ulim
Meuruedu Meuruedu
Meuruedu Meuruedu
Meuruedu Treinggadeng
Treinggadeng Panteraja
Panteraja Panteraja
Lueng putu Lueng putu
Lueng putu Lueng putu
Lueng putu
Sumber: Bappeda Pidie Jaya Berdasarkan Tabel 4.1 diatas diketahui jumlah desagampoeng rawan
bencnana yang terbanyak dilalaui oleh krueng kiran sebanyak 8 desagampoeng dengan rata-rata jarak rumah ibadah dengan sungai 2-43 meter dan paling sedikit
Universitas Sumatera Utara
dilalui oleh krueng Trienggadeng sebanyak 2 desagampoeng dengan rata-rata jarak rumah ibadah dengan sungai 13-18 meter.
Gambar 4.3 Peta Rekam Jejak Bencana di Kabupaten Pidie Gambar 4.3 Peta Rawan Bencana di Kabupaten Pidie
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Pemerintahan Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya sejak berdiri tahun 2008 sampai dengan sekarang telah dua kali merevisi qanun tentang susunan organisasi dan tata kerja
dinas dan lembaga teknis daerah Kabupaten Pidie Jaya, dengan direvisi qanun no 14 tahun 2008 tentang kasi penyelenggaraan upaya kesehatan khusus pada qanun no 3
tahun 2010 Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2013 Rp
474.453.803.835,- Empat ratus tujuh puluh empat milyar empat ratus lima puluh tiga juta delapan ratus tiga ribu delapan ratus tiga puluh lima rupiah, anggaran tersebut
Pemda membagi kesetiap SKPK berdasarkan kebutuhan dan hasil musyawarah penitia anggaran Kabupaten, dari jumlah tersebut diatas anggaran kegiatan
penanggulangan terdapat di beberapa sektor antara lain BPBD, PMI, Tim SAR, DPKAD, Dinsos dan Dinas Kesehatan.
Tabel: 4.2 Anggaran Satuan Kerja Perangkat Kabupaten SKPK dan Lembaga Non Pemerintahan tahun 2013 yang terkait dalam Penanggulangan Bencana
No Instansi
Rutin Yang tersedia untuk
penanggulangan bencana
1 Dinkes
45.023.743.298,- 5.040.000,-
2 BPBD
2.002.802.849,- Tidak diketahui
3 Dinsos
13.002.345.086,- Tidak diketahui
4 DPKAD
84.395.606.230,- 1.000.000.000,-
5 PMI
Tidak ada 200.000.000,-
6 Tim SAR
Tidak ada 75.000.000,-
Jumlah 1.280.040.000,-
Sumber: Bappeda Pidie Jaya
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui jumlah anggran dari berbagai instansi pemerintah dan lembaga non pemerintah yang terlibat langsung dalam
penaggulangan bencana lebih lebih banyak pada dinas PPKAD yang merupakan dana takterduga
4.2 Pelaksanaan Perencanaan Anggaran
Untuk mendapatkan informasi tentang proses perencanaan anggaran kesehatan untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Pidie Jaya, peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa pihak yang berperan aktif dalam proses perencanaan anggaran di Kabupaten Pidie Jaya, Dinas Kesehatan membuat usulan
anggaran ke Bappeda dan mendapat pengesahan oleh DPRK.
4.2.1 Karakteristik Informan Tabel 4.3 Karakteristik Informan
No No.
Informan Jabatan
Asal Instansi
Pendidikan terakhir
Jenis kelamin
Usia
1 1a
Kasi Penyelenggara upaya kesehatan khusus
Dinkes D III bidan
Perempuan 38 Tahun 2
1b Kasubbag Bina program
Dinkes S2 Kesmas
Laki-laki 36 Tahun
3 1c
Kepala Dinas Dinkes
S2 M M Laki-Laki 45 Tahun
4 2a
Kasi SDM BAPPEDA
S1 Ekonomi Laki-Laki
35 tahun 5
2b Sektaris
BAPPEDA S2 Pendidikan
Laki-Laki 47 Tahun 6
2c Kepala
BAPPEDA S2 Kebijakan
Laki-Laki 52 tahun
7 3a
Ketua Komisi C DPRK
S1 Ekonomi Laki-Laki 58 Tahun
8 3b
Anggota Komisi C DPRK
SMA Laki-Laki
38 tahun
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 data diolah Berdasarkan Tabel 4.3 diatas diketahui semua informan berumur diatas 35
tahun, rata-rata informan tamatan S2, dan satu orang informan berjenis kelamin
perempuan.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Wawancara dengan Informan yang Terlibat dalam Perencanaaan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam kepada informan menangani proses perencanaan anggaran di Kabupaten Pidie Jaya, maka diperoleh pernyataan bahwa
perencanaan dimulai dari menjaring aspirasi dari masyarakat dan pentingnya perencanaan, jawaban para informan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Matriks Proses Perencanaan Yang dilakukan di Kabupaten Pidie jaya No.Informan
Tanggapan Informan 1a
Kalau kita pikir sama-sama bencana itu terjadi cukup mendadak maka kita harus membuat perencanaan dulu karena bila terjadi
sangat-sangat panik begitu terjadi kita harus siap jadi paling tidak dari dinas ada lah pengobatan atau kalau dibutuh kan kita harus siap
bergerak kedaerah bencana.
Informan 1b
Perencanaan diawali dari musrenbang.musrenbang daerah daerah dimulia dari tingkat desa, desa baru masuk ke kecamatan,
kecamatan baru masuk ke kabupaten jadi kalau didinas kesehatan itu batasnya mengikuti musrenbang kecamatan, desa dia tidak
masuk karena wilayah telah berbeda. Kalau di musrenbang kecamatan itu biasanya usulan-usulan dari desa yang telah
terangkum menjadi usulan usulan kecamatan, jadi dari usulan- usulan kecamatan baru kita jadi perioritas usulan 1,2,3,4,5 dan
seterusnya
Informan 1c
Dalam hal perencanaan anggaran. Anggaran kita mengikuti kebijakan daerah yaitu setiap kegiatan yang telah tercantum RKA,
diusul oleh pengelola program kebutuhan-kebutuhan apa saja yang dibutuhkan setelah itu kita buat persentasi tingkat kabupaten jadi
RKA memang kita sudah banyak hal yang kita usul ternyata tidak maksimal juga, selain dari kegiatan khusus juga dimasing-masing
program juga ada kegiatan
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Lanjutan Informan 2a
Perencanaan dimulai dari penyusunan rentra, rentra itu sendri harus dari rentra 5 lima tahunan setelah tersusun renta setiap tahun di
adakan musrenbang untuk menjaring aspirasi dari masyarakat, musrenbang diawali dari musrenbang desa musrenbang kecamatan
musrenbang kabupaten lah paling tidak, setelah musrenbang kabupaten RKPK Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten
diwajibkan menyusun renja rencana kerja yang masing-masing renja itu rencana tahunan, renjanya itu harus mengadopsi usulan
dari hasil musrenbang,
Informan 3a
Komisi C DPRK hanya mitra dengan dinas kesehatan dan bukan hanya dinkes saja tetapi beberapa leading sektor yang lain, tapi kita
bicara hari ini berkenaan dengan kesehatan tapi kami tidak tau persis tentang anggaran khusus yang bisa kami sampaikan secara
global misalkan dana anggaran 500 milyar dibagi setiap SKPK misalkan SKPK dinkes dapat sekian milyar itu mereka yang
membuat program untuk diajukan ke bagian perencanaan lewat BAPPEDA mereka akan bentuk satu timjadi disitulah setelah lahir
buku penjabaran angggaran RKA baru disodorkan kepada kami pihak legeslatif untuk bahan persamaan dengan tim anggaran
tersebut, disitulah baru kami tau rincian apa-apa yang dikerjakan oleh dinas kesehatan.
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 data diolah Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diketahui tanggapan informan tentang
pentingnya dilakukan perencanaan anggaran, dan penjaringan aspirasi masyarakat ditingkat desa dengan melakukan musrenbang.
4.4 Tahap-tahap Perencanaan Anggaran