sebesar 267 KK. Sementara itu jumlah sarana MCK yang dimiliki masyarakat desa ini hanya mencapai 678 unit.
Kebutuhan akan layanan kesehatan bagi penduduk Desa Rejosari baru dirasakan manakala sedang menderita suatu penyakit tertentu, namun dalam
keseharian hampir tidak pernah memperhatikan berbagai hal terkait dengan upaya menjaga kesehatan diri terutama bagi anak. Keacuhan masyarakat inilah yang
diduga mengakibatkan terjadinya infeksi cacing tambang pada anak tidak pernah terdeteksi sehingga menimbulkan angka infeksi yang relatif tinggi.
B. Karakteristik Subyek Penelitian
Anak sekolah yang menjadi subyek penelitian ini berasal dari 2 sekolah berbeda, yaitu sebuah sekolah swasta A dan sebuah sekolah negeri B. Jumlah
siswa pada sekolah A sebanyak 170 anak dan di sekolah B sebanyak 234 anak. Kejadian infeksi cacing tambang pada populasi target ini mencapai 19,43 .
Sementara hasil pemeriksaan pada sampel tanah halaman rumah ditemukan angka kontaminasi tanah halaman rumah dari cacing tambang sebesar 9,1 .
1. Jenis kelamin
Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin perempuan, yaitu terdiri atas 62,13 251 orang
perempuan dan 37,87 153 orang laki-laki. Distribusi jenis kelamin subyek penelitian pada masing-masing sekolah adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Sekolah A
Sekolah B Frekwensi
orang Persentase
Frekwensi orang
Persentase Laki-laki 67
39,4 86
36,7 Perempuan 103
60,6 148
63,3 Jumlah 170
100 234
100
Sementara itu anak sekolah yang terpilih sebagai sampel penelitian terdiri atas 63,6 84 orang laki-laki dan 36,4 48 orang perempuan.
2. Jenjang kelas anak
Jenjang kelas anak yang menjadi subyek penelitian ditentukan dengan melakukan pencocokan kelompok kontrol terhadap kelompok kasus dalam hal
jumlahnya sesuai tingkatan kelas tanpa memperhatikan jenis kelamin. Tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan jenjang kelas siswa
Jenjang Kelas Frekwensi
orang Persentase
Kelas 1 Kelas 2
Kelas 3 Kelas 4
Kelas 5 Kelas 6
28 20
32 20
20 12
21,2 15,2
24,2 15,2
15,2 9,1
Jumlah 132 100,0
Jumlah sampel terbanyak terambil dari kelas 3, yaitu sebesar 24,2 32 orang dan terkecil berasal dari kelas 6 sebesar 9,1 12 orang.
3. Pendidikan orang tua
Distribusi pendidikan orang tua dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan bapak dan pendidikan ibu.
Gambar 4.1. Proporsi tingkat pendidikan bapak Pendidikan bapak dari subyek penelitian sebagian besar 41,7
merupakan lulusan SLTP, diikuti SD 39,4 dan SLTA 16,7 , sedangkan yang lulus perguruan tinggi hanya 2,2 .
Tabel 4.3. Kelompok pendidikan bapak Kategori Pendidikan Bapak
Frekwensi orang
Persentase Dasar
Lanjut Tinggi 107
25 81,1
18,9 Jumlah 132
100,0 Pengelompokan tingkat pendidikan menjadi ”pendidikan dasar” dan
”pendidikan lanjuttinggi” memberikan gambaran kesenjangan, yaitu
sebanyak 81,1 107 orang responden hanya menikmati ”pendidikan dasar” sementara yang mengenyam pendidikan lanjuttinggi hanya sebesar 18,9
25 orang. Tabel 4.4. Kelompok pendidikan ibu
Kategori Pendidikan Ibu Frekwensi
orang Persentase
Tidak sekolah 1
0,8 SD 99
75,0 SLTP 27
20,5 SLTA 5
3,8 Jumlah 132
100,0 Pendidikan ibu sebagian besar adalah tamat Sekolah Dasar SD, yaitu
sebesar 75,0 99 orang. Masih ditemukan seorang ibu 0,8 yang tidak sekolah sama sekali.
Tabel 4.5. Kelompok pendidikan ibu Kategori Pendidikan Ibu
Frekwensi orang
Persentase Dasar
Lanjut Tinggi 127
5 96,2
3,8 Jumlah 132
100,0 Pengelompokan tingkat pendidikan menjadi kategori ”pendidikan
dasar” dan ”pendidikan lanjuttinggi”, menunjukkan sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan dasar. Sebanyak 96,2 127 orang hanya
mengenyam pendidikan dasar, sedangkan sisanya sebesar 3,8 5 orang mengenyam pendidikan lanjuttinggi.
4. Pekerjaan orang tua