C. Variabel Yang Bukan Menjadi Faktor Risiko Kejadian Infeksi Cacing
Tambang
Beberapa variabel penelitian bukan menjadi faktor risiko kejadian infeksi cacing tambang pada anak sekolah, yang ditunjukkan oleh hasil analisis
bivariat yang tidak signifikan. Beberapa variabel tersebut adalah : pendidikan bapak OR : 0,7; 95 CI : 0,3 – 1,8; p : 0,657, pendidikan ibu OR : 0,2; 95
CI : 0,0 – 2,2; p : 0,362, pekerjaan bapak OR : 0,9; 95 CI : 0,5 – 1,9; p : 1,000, penghasilan orang tua OR : 0,9; 95 CI : 0,5 – 1,9; p : 1,000,
keberadaan lahan pertanian OR : 0,9; 95 CI : 0,4 – 2,3; p : 1,000, sanitasi sekolah OR : 1,0; 95 CI : 0,5 – 1,9; p : 1,000, pemeliharaan kucing OR : 1,5;
95 CI : 0,4 – 4,8; p : 0,762 dan pengobatan mandiri OR : 0,5; 95 CI : 0,2 – 1,9; p : 0,529.
1. Pendidikan bapak
Pendidikan bapak ternyata tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap kejadian infeksi cacing tambang pada anak OR : 0,7; 95 CI : 0,3
– 1,8; p : 0,657. Sri Alemina Ginting 2003, hanya menemukan bahwa kejadian
kecacingan lebih tinggi pada anak sekolah yang orang tuanya memiliki pendidikan rendah, sementara pada kelompok anak yang orang tuanya
berpendidikan lebih baik angka kejadiannya relatif lebih kecil. Terlepas dari hasil analisis diatas, hasil penelitian inipun memberikan
hasil yang sama dengan penelitian Sri Alemina Ginting, yaitu anak yang
bapaknya hanya mengenyam pendidikan ”dasar” yang terinfeksi mencapai 78,8 sedangkan pada bapak dengan pendidikan ”lanjuttinggi” hanya pada
angka 21,2 saja.
2. Pendidikan ibu
Hampir sama dengan pendidikan bapak, pendidikan ibu juga memberikan hasil analisis bivariat yang tidak signifikan OR : 0,2; 95 CI :
0,0 – 2,2; p : 0,362. Pada kelompok ibu dengan pendidikan ”dasar” ditemukan kejadian
infeksi cacing tambang sebesar 93,9 sedangkan pada ibu dengan pendidikan ”lanjuttinggi” hanya mencapai angka 6,1 .
3. Pekerjaan bapak
Pengelompokan jenis pekerjaan bapak menjadi ”petaniburuh tani” dan ”bukan petaniburuh tani” ternyata memberikan hasil yang tidak signifikan
dalam analisis bivariat OR : 0,9; 95 CI : 0,5 – 1,9; p : 1,000. Berdasarkan hasil observasi, orang tua bapak yang bukan berprofesi
sebagai ”petaniburuh tani” ternyata sebagian besar memiliki sawah, ladang atau kebun pula. Kepemilikan area pertanian tersebut tidak dapat menjamin
bahwa bapak tidak akan pernah beraktifitas sebagai petani. Hal ini menyebabkan bapak yang memiliki pekerjaan ”bukan petaniburuh tani” juga
sebagian besar melakukan aktifitas bertani dalam keseharian.
4. Penghasilan orang tua
Penghasilan orang tua yang dikelompokkan berdasar Upah Minimum Regional UMR dengan kategori ”di bawah” dan ”sesuai” UMR memberikan
hasil yang tidak signifikan pada analisis bivariat OR : 0,9; 95 CI : 0,5 – 1,9; p : 1,000.
Orang tua yang sebagian besar 64,4 bapak merupakan petani hanya menyampaikan penghasilan dari hasil panen yang dijual untuk
kebutuhan sehari-hari. Namun ternyata masih ada sebagian hasil panen yang disimpan untuk pemenuhan kebutuhan pangan hingga musim panen
berikutnya. Hal ini mengakibatkan banyak orang tua masuk dalam kategori memiliki penghasilan di bawah UMR, padahal apabila dihitung dengan
ketersediaan bahan pangan dirumah bisa jadi sebenarnya memiliki penghasilan yang sesuai UMR.
5. Keberadaan lahan pertanian