Masa Kekhalifahan

C. Masa Kekhalifahan

Kekhalifahan di Spanyol dimulai dengan naiknya Abdurrahman III menggantikan ayahnya pada usia 21 tahun sebagai khalifah pertama dengan gelar al-Nash Lidinillah (penegak agama Allah). Pada masa itu terdapat dua khalifah Sunni di dunia Islam. Khalifah Abbasiyah di Baghdad dan khalifah Umayyah di Spanyol. Pada 301 H/913 M, Abdurrahman III mengumpulkan pasukan militer yang sangat besar. Kemudian tanpa mendapat perlawanan yang berarti, ia dapat menundukkan kota-kota besar di belahan Utara Spanyol. Kemudian Seville suku Barbar dan umat Kristen yang selama ini menjadi perintang tunduk pada Abdurrahman III.

Abdurrahman merupakan penguasa Umayyah terbesar di Spanyol. Seluruh gerakan pengacau dan konflik politik dapat (172­180 H/ 788- 796 M). Hisyam I mengarahkan

diatasinya sehingga negara dapat diamankan. Keberhasilan ini diikuti dengan penaklukan kota Elvira, Jain, Seville. Ia juga berhasil menggagalkan cita-cita Dinasti Fatimiyah untuk memperluas wilayah kekuasaannya di Spanyol. Abdurrahman

III tidak hanya mengamankan Spanyol dari kehancuran, namun sekaligus menciptakan kemakmuran dan kemajuan Spanyol. Setelah Abdurrahman III wafat, berturut-turut yang menjadi khalifah adalah Hakam II (350-366 H/ 961-976 M) Hisyam

II (976 - 1009 M) dan Sulaiman (1009-1010 M).

Pada masa Hisyam II, Bani Umayyah di Spanyol telah mengalami kemunduran karena kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Tahun 981 M, khalifah menunjuk Ibnu Abi ‘Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak karena usia khalifah pada waktu itu baru 11 tahun. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan dan melebarkan kekuasaannya dengan menyingkirkan rekan-rekannya. Maka atas keberhasilannya ia mendapat gelar al-Manshur Billah. (Watt, 1990: 217-218)

1. Periode Muluk al-Tawaif Dalam perkembangan selanjutnya, Spanyol terpecah

menjadi lebih 30 negara-negara kecil di bawah peme- rintahan raja-raja golongan atau Muluk al-Tawaif yang berpusat disuatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada masa ini, ummat Islam kembali memasuki masa pertikaian intern. Jika terjadi perang saudara diantara pihak-pihak yang bertikai, mereka meminta bantuan pada raja Kristen. Melihat keadaan dan kelemahan yang menimpa Islam, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, tetapi kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lainnya. (Bertold Spider, 1960: 108),

Pada perkembangan selanjutnya, Spanyol terpecah menjadi beberapa negara, tetapi terdapat suatu kekuatan yang dominan yaitu Dinasti Murabbithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1145-1235 M).

Islam Di Andalusia Setelah berakhirnya kekuasaan Murabithun yang

berkuasa 25 tahun, Andalusia kembali dikuasai oleh dinasti- dinasti kecil, sampai akhirnya datang orang-orang Mu- wahhidun di bawah khalifahnya Abu Ya’cub Yusuf (1170- 1223 M) (Nasution, 1992 : 121). Kemudian Nasyiriah di Granada merupakan entitas politik Islam terakhir yang mampu bertahan di Andalusia sampai tahun 1492 M.

2. Reconquista (Penaklukan Kembali) Penaklukan semenanjung Iberia oleh pihak Kristen.

Kemunduran invasi muslim di Spanyol mulai berlangsung semenjak kekalahan mereka dalam perang Covadonga pada 102 H/720 M oleh serangan komando pelayo dari Austria. Kekalahan ini dilanjutkan dengan kekalahan yang me- nentukan nasib mereka dalam perang Tours tahun 114 H/ 732 M dalam menghadapi Charles Martel.

Visigoht yang terdesak oleh invasi bangsa Arab Barbar mencari perlindungan kepada pelayo di Austria, mereka mengangkat sebagai raja mereka dan menjadikan propinsi Austria sebagai wilayah pemerintahannya terlepas dari pemerintahan muslim yang menguasai seleuruh wilayah Spanyol. Dari wilayah ini dan dari bagian timur Spanish March, yakni sebuah wilayah perbatasan yang dibentuk oleh suku Franks, mulai merencanakan gerakan pertentangan terhadap penguasa muslim di Spanyol, yang akhirnya pertentangan ini berkembang menjadi gerakan Reconquest (Gerakan penaklukan kembali).

Bersamaan dengan penyebaran ini dari Austria, tumbuhlah kubu pertahanan yang berpusat di Burgos. Ia merupakan wilayah pertama yang disebut Castilla, wilayah berbenteng. Tonggak awal gerakan reconquest ini berkaitan Bersamaan dengan penyebaran ini dari Austria, tumbuhlah kubu pertahanan yang berpusat di Burgos. Ia merupakan wilayah pertama yang disebut Castilla, wilayah berbenteng. Tonggak awal gerakan reconquest ini berkaitan

Perkembangan kerajaan Kristen sekitar abad ke 4 H/

11 M bersamaan dengan kemunduran dinasti muslim di Cordova. Kemunduran ini berlangsung sepeninggal Abdurrahman III dan al-Mansur Billah dan pemerintahan Islam dalam keadaan desintegrasi yang mengalami perpecahan menjadi sejumlah kesultanan kecil yang disebut Thawa’if. Persaingan di antara mereka bersamaan dengan ketidakmampuan sejumlah penguasa dalam menciptakan keadaan stabil, merupakan faktor-faktor pendukung kehancurannya. Sampai pada saat itu gerakan recinquest berjalan dalam sejumlah pertumbuhan kecil, dan kemudian, gerakan ini memasuki fase baru dengan gerakan yang sangat menonjol, ia mengalahkan Leon dan ia segera memprakasai kesatuan pertahanan untuk menghadapi pihak muslim yang berkuasa di Spanyol.

Penaklukan kota Toledo pada tahun 478 H/1085 M, sebuah kota yang tetap dipertahankan lamaran posisinya yang strategis dan membuka kesempatan bagi Alfonso untuk menjalin hubungan dengan Emir. Hal ini menimbulkan keprihatinan pihak penguasa Thawai’f lainnya akan adanya ancaman. Untuk itu mereka meminta bantuan ke Afrika Utara. Sikap semacam, ini menimbulkan ancaman besar sebab mereka sama halnya mendatangkan kekuatan asing ke Spanyol. Atas nama khalifah al-Mu’tashim, pejabat wilayah gubernuran Abbasiyah di Saville berkata: “Saya tidak

Islam Di Andalusia ingin mencampuri secara langsung terhadap Kristen dan saya

juga tidak ingin umat Islam diremehkan. Jika saya mesti memilih, niscaya saya lebib suka menjadi kandang untak kalangan al­Moravids daripada menjadi padang rumput babi-

babi di bawah kekuasaan pihak Kristen”. Bantuan untuk Sultan-sultan di Spanyol datang dari penguasa al-­Moravids di Afrika Utara, yakni Yusuf Ibn Tasyfin dan is berhasil menyatakan kekuatan muslim, sehingga mereka berhasil memasuki militer Kristen pada pertempuran di al-Zallaqah (Sagrajas yang berdekatan dengan Badajoz) pada tahun 476/1086. Tidak lama kemudian terbentuklah kelompok ksatria di Calatrava, Santiago dan al-Cantara, yang akhirnya semakin memperkuat posisi pasukan Salib. Di Portugal Alfonso I secara mutlak menaklukkan wilayahnya sendiri pada tahun 543/1148 dengan bantuan pasukan Salib Inggris, Perancis dan Jerman. Selama masa dominasi Perancis, pihak gereja mengambil sejumlah peribadatan ala bangsa Romawi ke dalam istana Visighotic, yang menandai bahwasanya negeri ini sekarang benar-benar menjadi bagian dari Eropa dan tidak lagi sebuah negeri yang berdiri sendiri.

Untuk melawan kekuatan al-Mohads, sebuah dinasti yang mengalahkan al-Moravids, kerajaan-kerajaan kecil Spanyol mengadakan persekutuan dan membentuk bantuan gabungan dari Castille, Aragon, Navarre dan jugs bergabung kembali dengan militer Portugis. Mereka berhasil me- ngalahkan al-Mohads (al­Murabithun) pada pertempuran Las Navas de Tolosa pada 609/1212, sebuah pertempuran yang sangat penting dalam gerakan reconquest, yang pada akhirnya menyebabkan kehancuran Cordova pada tahun 634/1236 dan kehancuran Seville pada tahun 646/1248. Satu-satunya Untuk melawan kekuatan al-Mohads, sebuah dinasti yang mengalahkan al-Moravids, kerajaan-kerajaan kecil Spanyol mengadakan persekutuan dan membentuk bantuan gabungan dari Castille, Aragon, Navarre dan jugs bergabung kembali dengan militer Portugis. Mereka berhasil me- ngalahkan al-Mohads (al­Murabithun) pada pertempuran Las Navas de Tolosa pada 609/1212, sebuah pertempuran yang sangat penting dalam gerakan reconquest, yang pada akhirnya menyebabkan kehancuran Cordova pada tahun 634/1236 dan kehancuran Seville pada tahun 646/1248. Satu-satunya

Dengan terbentuknya kesatuan Spanyol di bawah raja- raja Katolik, yakni Ferdenand dan Isabella, tibalah saatnya untuk menyatukan mereka dalam barisan, kemudian terjadilah sebuah kejutan besar, ketika serangan pasukan Kristen dalam jumlah yang sangat besar terhadap Granada berhasil dihindarkan. Pada perkemahan San Fe, Isabella bersumpah bahwasanya ia tidak akan melepaskan pakaiannya sampai Granada ditaklukkan. Sebuah sumpah yang menyebabkan kesulitan baginya. Sebab ternyata Granada tetap bertahan selama dua tahun lebih. Pada tahun 1492 Granada yang merupakan kerajaan muslim terakhir di Spanyol menyerah. Pada pertengahan abad ke 16 muslim Spanyol mengerahkan aksi pemberontakan terakhir yang berusaha merebut kembali kekuasaan atas Granada, tetapi tidak berhasil. Pada tahun 1619 warga Moors (muslim Spanyol keturunan Arab) secara sewenang-wenang dipaksa me- ninggalkan Islam dan memeluk agama Islam, atau mereka harus meninggalkan Spanyol. Sejumlah mereka bertahan menjalankan ajaran Islam secara sembunyi-sembunyi bahkan bisa jadi berlangsung sampai sekarang. Pada masa sekarang ini sejumlah group etnis seperti Maragatos-Astorga de Leon merupakan keturunan kelompok Mooris.

3. Dinasti Murabithun Murabithun adalah sebuah nama dari dinasti yang

pernah berkuasa di Maghrib (Afrika Utara) yang pada

Islam Di Andalusia mulanya hanya merupakan sebuah gerakan keagamaan tapi

pada akhirya menjelma menjadi kekuatan politik dan militer yang menakjubkan yang dilatarbelakangi oleh rasa fanatisme agama yang sangat kuat. ( Depag, 1992 : 692) Dinasti ini didirikan oleh suku Lamtuna, salah satu cabang dari suku Barbar di Sanhaja dari Sahara yang terletak di antara Maroko Selatan. (Mahmudunnasir, 1991: 319). Berdasarkan catatan sejarah Lamtuna masuk Islam pada abad ke-3 hijriyah. (Mahmudunnasir, 1991:319)

Cikal bakal berdirinya Dinasti Murabithun dimulai pada tahun 1039 M yaitu ketika beberapa kepala suku Barbar Sanhaja yang dipimpin oleh Yahya Bin Ibrahim (H. A. Hafidz Dasuki, 1993: 299) mendirikan ribat bersama Abdullah Bin Yasin. Orang-orang yang belajar di sini disebut Murabithun. (Watt, 1990: 251) Ketika pengikut Murabithun mencapai 1.000 orang, mereka menjelma sebagai kekuatan besar yang berupa perpaduan antara gerakan keagamaan, politik dan militer yang sangat dahsyat. Sejak saat itu dimulailah penaklukkan-penaklukkan terhadap suku-suku Barbar termasuk beberapa suku Negro di Afrika agar mereka masuk Islam. Tidak kemudian Murabithun dapat menguasai seluruh Afrika Utara bagian Barat bahkan sampai ke Spanyol.

Tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri ­negerinya dari serangan-serangan orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1806 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilla.

Prestasi Yusuf bin Tasfin yang sangat gemilang adalah ketika ia berhasil menguatkan kembali posisi umat Islam di

Spanyol dari ancaman-ancaman raja Kristen. Kedatangan Murabitun ke sana berdasarkan undangan Amir Cordova, Al­Mu’tamid yang terancam kekuasaannya oleh Alfonso VI, Raja Castile Leon. Dalam menjalankan rencananya tadi ia mendapat dukungan penuh dari Muluk at-Tawai’f (raja-raja kecil) Islam yang masih di Spanyol (HA Hafidz Dasuki, 1993:299). Pada tanggal 23 Oktober 1086 Murabitun berhasil mengalahkan Alfonso VI dengan kekalahan yang sangat memalukan. Dalam pertempuran yang berlangsung di az- Zallaqah dekat Badjoz itu Murabitun berhasil menawan sekitar 20.000 orang dan menewaskan sebagian besar tentara Alfonso

VI. Kepala-kepala tentara yang meninggal tadi dijadikan menara oleh Murabitun ditambah lagi dengan pengapalan sekitar 40.000 kepala menyeberangi selat Jabal Tariq untuk dijadikan tropi (Philip, K. Hitti, 1970:541) kemenangan mereka. Sejak kemenangan besar ini Yusuf bin Tasfin menggunakan gelar Amin al-Muslimin (HA Hafidz, 1933:300) Keberhasilan Yusuf dan bala tentaranya dalam menaklukkan kembali Spanyol. Tidak lama setelah itu orang-orang Barbar datang lagi ke Eropa, tapi kali ini bukan untuk membantu memerangi orang-orang Kristen, melainkan sebagai penakluk. Pada tahun 1090 mereka memasuki Granada dan setelah itu Seville. Setelah penaklukan tadi Yusuf menganeksasi seluruh kekuasaan Muluk at-Tawai’f dan Mu’tamid Serta mengintegrasikan wilayah-wilayah tadi ke dalam kekuasaan Murabitun, kecuali Toledo yang ketika itu berada di tangan orang-orang Kristen dan Sargosa di bawah kekuasaan Banul Hod (Stanley Lance Poole, 1986:43)

Daulah Murabitun dalam menjalankan pemerintahan tidak terikat dengan Bani Abbas di Baghdad, tetapi dalam masalah keagamaan ia masih mengaku kekuasaan spritual Khalifah Bani Abbas.

Islam Di Andalusia Sepeninggal Yusuf bin Tasfin, Murabitun secara

berturut-turut diperintah oleh Yusuf (1106-1143), Tasfin Al­Mu’tamid yang terancam kekuasaannya oleh Alfonso VI,

bin Ali (1143-1146), Ibrahim bin Tasfin (1146), dan Iahak bin Ali (t 146-1147) (Philip Kristen, Hitti, 1970:545). Ali melanjutkan politik ekspansi ayahnya dan ia berhasil mengalahkan anak Alfonso VI dalam suatu pertempuran pada tahun 1108. Masih dalam usaha ekspansi, ia menyeberang ke Spanyol sebanyak tiga kali dalam rangka untuk melanjutkan usaha ekspansi tadi. Salah satu tujuannya adalah untuk merampas Talavera de le Rein dan Lambra, meskipun usaha untuk merebut daerah terakhir tadi mengalami kegagalan.

Lambat laun mereka mengalami kemerosotan dan usaha-usaha mempertahankan dan melanjutkan ekspansi hampir selalu mengalami kegagalan. Ali bin Yusuf sendiri pada tahun 1129 kalah dalam pertempuran di Cuhera. Untuk meningkatkan semangat pasukannya ia menunjuk anaknya. Tasfin bin Ali sebagai gubernur Granada dan Almeria. Di samping itu, penunjukkan anaknya tadi dimaksudkan untuk mempertahankan diri dari serangan-serangan Alfonso VII.

Kemerosotan usaha ekspansi tadi antara lain dilatarbelakangi oleh (1) lemahnya elit politik Murabitun, karena sejak meninggalnya Yusuf bin Tasfin dan Ali bin Yusuf, Murabitun dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah (2) perubahan sikap mental mereka yang tidak siap menerima perubahan yang sangat drastis, terutama dalam menghadapi kekayaan yang sangat melimpah (3) timbulnya kelompok-kelompok desiden di Spanyol baik dari kalangan orang Islam sendiri, maupun dari kalangan orang-orang Kristen yang selalu berusaha menaklukkan dan merampas Spanyol dari tangan orang Islam. Pada saat jihad dikalangan

mereka dalam titik puncak. Di kalangan umat Islam (Murabitun) justru sebaliknya. Hal ini terjadi karena motivasi agama dalam ekspansi belakangan sangat kecil dibandingkan motivasi penjarahan untuk mendapatkan kekayaan tadi. Motivasi penjarahan tadi menurut Watt menambah semangat orang-orang keturunan Visighot untuk merampas Spanyol dari orang-orang Islam dan melepaskan diri dari pengaruh hukum-hukum asing (W. Montgomery Watt, 1990:67-69). Di samping itu Murabitun juga menghadapi tantangan dari orang Islam yang tidak setuju dengan penerapan hukum Fiqih secara kaku, karena menurut mereka hal itu membawa kebekuan. Dalam r mgka menghadapi tantangan ini Murabitun membakar semua buku-buku al-Ghazali baik yang di Magrib maupun yang di Sapnyol, karena bagi mereka bertentangan dengan fiqih Maliki yang mereka anut. Akibat hal-hal di atas Murabitun lambat laun mengalami des- integrasi politik, salah satunya adalah pergolakan yang dipelopori oleh suku Masmuda di bawah pimpinan Muhammad bin Tumart, gerakannya dinamakan Mu- wahhidun. Gerakan ini akhirnya dapat menaklukkan Murabitun. Pada tahun 571 H/1146-1147 M Jenderal Abdul Mukmin, panglima Muwahhidun berhasil menyapu bersih seluruh kekuasaan Murabitun di Afrika yang ditandai dengan pembunuhan Ishak bin Ali, penguasa terakhir Murabitun. Dengan demikian berakhirlah masa kekuasaan Murabitun dari muka bumi.

4. Dinasti Muwahhidun Muwahhidun yaitu orang-orang yang menganut paham

Tauhid (Unitarian). Istilah ini dipakai sebagai sebutan bagi pengikut Abu Abd. Allah Muhammad Ibn Tumart (1058-

Islam Di Andalusia 1130). Beliau mendakwahkan dirinya sebagai al­Mahdi dan

menentang kekafiran serta paham anthropomophisme. Pada mulanya gerakan ini adalah sebuah gerakan keagamaan yang kemudian menjelma sebagai kekuatan politik sebagaimana halnya Murabithun. (Hitti, 1970: 546) Ibnu Tumart menjadikan Tainmal sebagai pusat kegiatannya. Kota ini dijadikan sebagai pusat dakwah Muwahhidun sampai dikuasainya Marakesh tahun 1146 (Depag/Ensiklopedia Is- lam, 1987 : 652-653) Di kota ini Ibnu Tumart mendirikan sebuah masjid. (Broklman, 1968: 325)

Ibnu Tumart wafat tahun 1130 M, kedudukannya kemudian digantikan oleh Abd. al-Mukmin Ibnu Ali (Broklman, 1968: 326) Abd. al-Mukmin berasal dari suku Zanatah dan dialah pendiri dinasti Muwahhidun. Langkah pertama yang dilakukan adalah menundukkan kabilah- kabilah di Maroko dan mengakhiri kekuasaan dinasti Murabithun. Pada tahun 14 – 1146 M, pasukan Mirabitun di Tlemmcem berhasil dikalahkannya kemudian menduduki Fez, Cuta, Tangier, dan Aghmat. Pada tahun 1146 – 1147 kota Marakesh, pusat kerajaan Murabithun berhasil direbutnya setelah pengepungan selama 11 bulan dan penguasa terakhir Murabithun, Iskhak bin Ali dibunuh, akhirnya Marekesh dijadikan sebagai ibukota dinasti Muwahhidun. Sementara itu Spanyol dikuasainya pada tahun 1145 dari Murabithun (Hippo, 1970:546).

Setelah kekuasaan Murabithun jatuh ke tangan Muwahhidun, Abd. Al-Mukmin mener uskan upaya menaklukkannya. Pada tahun 1152 al-Jazair dapat dikuasai dari dinasti Hammad, Tuniaia direbut tahun 1158 dari tangan dinasti Zir dan selanjutnya terus ke Tripoli dan akhirnya ia mampu menyatukan wilayah pantai dari perbatasan Mesir, Setelah kekuasaan Murabithun jatuh ke tangan Muwahhidun, Abd. Al-Mukmin mener uskan upaya menaklukkannya. Pada tahun 1152 al-Jazair dapat dikuasai dari dinasti Hammad, Tuniaia direbut tahun 1158 dari tangan dinasti Zir dan selanjutnya terus ke Tripoli dan akhirnya ia mampu menyatukan wilayah pantai dari perbatasan Mesir,

Abd. al-Mukmin wafat tahun 1163 dan digantikan oleh putranya bernama Abu Ya’kub Yusuf ibn Abd al-Mukmin yang berkuasa sampai tahun 1184. Ia melanjutkan siasat ayahnya. la berhasil mematahkan pemberontakan Marzadh, memerangi orang-orang Kristen di Andalus dan menguasai Toledo tahun 1170. Yusuf mempunyai pasukan dari bangsa Arab, Afrika, Masmudah, Charnuah, Sonhaja dan Aurrabah mendarat di Marsa (Jabal Tarik) dan menguasai Syantarin, kemudian menyerbu ke kota Lisabon tapi gagal karena dipukul mundur tentara Kristen. (Depag/Ensiklopedi Islam

11, 1987:653). Pengganti Abu Ya’kub adalah Abu Yusuf Ya’kub al- Mansur (1184 –1199). Ketika orang-orang Kristen menekan orang-orang Islam di Andalus, untuk menghadapinya al- Mansur datang ke Syantarin dan berjalan ke Lisabon dan sekitarnya dan kemudian kembali ke Maroko setetelah menawan 13.000 orang Kristen (Ensiklopedi Islam It, 1987:683) Pada bulan Juli 1195, al-Mansur berhasil mematahkan kekuatan Alfonso VII, setelah berhasil menguasai benteng Alarcos (Watt, 1992:107). Dari masa Ibnu Tumart sampai dengan pemerintahan al-Mansur merupakan masa-masa kegemilangan Daulah Muwahhidun. Upaya perluasan wilayah yang mereka lakukan berhasil dengan baik. Akhirnya mereka menguasai kekuasaan yang luas. Pe- ninggalan dinasti Muwahhidun dimasa jayanya adalah

Islam Di Andalusia bangunan menara Giralda dan sebuah masjid besar. Di

Maroko dibangun Ribath al-Fath, sementara di Marakesh dibangun sebuah rumah sakit yang tidak ada bandingannya di zaman itu.

Sementara itu di zaman pemerintahan Abu Ya’kub Yusuf ibn Al-mukmin hidup orang-orang terkenal seperti Abu Ishak Ibrahim ibn Abd al-Malik (ibn Mulkun) seorang ahli al-Qur’an dan Nahwu, Abu Bakr Ibnu Zuhr seorang ahli kedokteran, al-Hafidz, Abu Baker ibnu al-Jed dikenal sebagai ahli fiqih. Marakesh pada waktu itu menjadi pusat kebudayaan Islam (Ensiklopedi Islam II, 1987:653).

Sepeninggal Abu Yusuf Ya’kub al-Mansur, Mu- wahhidun memasuki kemundurannya, karena para Khalifah sesudahnya tidak mampu mempertahankan apa yang telah diwariskan oleh pendahulunya. Bersamaan dengan kemunduran Muwahhidun, pasukan Salib telah dikalahkan oleh Salah al-Din di Palestina kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru di bawah pimpinan Alfonso. Pasukan ini menyerang Andalusia. Mereka berhasil mengalahkan kekuatan muslim Muwahhidun. (Ali, 1996:314). Dalam pertempuran al-Uqab di Las Nafas de Talosa tahun 1212, pasukan Kristen di bawah pimpinan Alfonso VIII mengalahkan pasukan Muwahhidun. Khalifah Muhammad al-Natsir meninggalkan Andalusia dan kembali ke Maroko (Hitti, 1970:654). Semenjak itu Daulah Muwahhidun mulai kehilangan pengaruh di Andalusia maupun di Afrika (Ensiklopedi Islam II, 1987:654).

Masing-masing propinsi melepaskan diri dari keuasaan Muwahhidun dan memproklamirkan sebagai Daulah yang merdeka. Tahun 1228 berdiri Daulah Bani Hafs di Tunisia dan diikuti oleh Daulah Bani Ziyan di Aljazair dengan ibn Masing-masing propinsi melepaskan diri dari keuasaan Muwahhidun dan memproklamirkan sebagai Daulah yang merdeka. Tahun 1228 berdiri Daulah Bani Hafs di Tunisia dan diikuti oleh Daulah Bani Ziyan di Aljazair dengan ibn

5. Bani Ahmar Bani Ahmar berkuasa di Granada tahun 1232 – 1492.

Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti dizaman Abdurrahaman al-Natsir, akan tetapi secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahan terakhir di Spanyol berakhir karena perselisihan orang-orang Islam dalam memperebutkan kekuasan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjauhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah. Dan Abu Abdullah naik tahta (Ahmad Syalabi, 1979:76).

Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasan terakhir umat Is- lam di Spanyol, Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan­serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Deegan demikian beralchirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau meninggalkan Spanyol.

Islam Di Andalusia Tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi di daerah ini

(Harun Nasution, 1985:620).

6. Perkembangan Peradaban

Pada masa Abdurrahman al-Dakhil, perekonomian rakyat ditingkatkan dengan memperkenalkan siatem irigasi yang ditata secam modern sehingga membawa hasil yang melimpah ruah. Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kota m) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan Na’urah. Di samping itu orang-orang Islam memperkenalkan pertanian dan tanam- tanaman baru seperti Citroen, kapas, tebu dan padi, perkebunan jeruk, disamping tanaman lokal yang sudah ada (Lewia, 1990:130). Industri dan perdagangan terus dipacu. Tekstil, keramik kayu, kulit, logam, tembikar dan pertambangan emas, perak, dibangun pabriknya dimana-mana. Ekspor barang-barang dagangan merambah di wilayah laut tengah. (Lewia, 1994:131).

Pembangunan-pembangunan fisik yang sangat menonjol adalah pembangunan gedung-gedung seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan taman- taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, Istana al-Makmun, masjid Seville, istana al-

serangan­serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya

Hamra di Granada.

a. Cordova

Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah, penguasa muslim membangun dan memperindah kota.

Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimport dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah. Setiap istana, dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsyik.

Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut Ibn al-Dala’i, terdapat 491 masjid di sana. Di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian, di sekitarnya berdiri perkampungan- ­perkampungan yang indah. Karena air sungai tidak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 km.

b. Granada Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Is-

lam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada dimasa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Ar- sitektur­arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.

Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih biaa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.

Prestasi yang dicapai umat Islam Spanyol pada masa pemerintahan al-Dakhil merupakan masa yang penting bagi kemajuan pada era berikutnya. Kemajuan itu bagaikan sepotong surga di benua Eropa yang memungkinkan Islam membangun peradaban yang mengagumkan dan mengundang daya tarik negara­negara sekitarnya. Dengan stabilitas politik,

Islam Di Andalusia ekonomi, dan sosial, al-Dakhil dapat mendirikan masjid

Cordova dan sekota h-sekota h di kota-kota besar. Para penerus dinasti ini melanjutkan peradaban yang telah dirintis oleh al-Dakhil, seperti Hakam yang dikenal berjasa menegakkan hukum Islam, dan pembaham di bidang militer. Dialah yang memprakasai tentara bayaran di Spanyol.

7. Perkembangan Intelektual

Spanyol Islam tampil sebagai mercusuar di saat alam ­perkampungan yang indah. Karena air sungai tidak dapat pikiran di belahan bumi Eropa yang lain sedang dilanda krisis kreatifitas, diliputi tahayul dan taklid karena Eropa tengah berada pada masa kegelapannya. Melihat realitas ini kaum muda Kristen yang haus akan ilmu pengetahuan datang dan belajar; dengan antusias mereka menimba ilmu pengetahuan datang dan belajar; dengan antusias mereka menimba ilmu pengetahuan dari orang-orang Islam melalui institusi- ­institusi pendidikan dan ilmu pengetahuan yang formal maupun non formal yang jumlahnya besar dan tersebar luas

sitektur­arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. di kota-kota Spanyol seperti Cordova, Toledo, Seville, Malaga, Granada dan Salamanca. Faktor cepatnya perkembangan ini adalah dihargainya kebebasan berfikir dan kaedah-kaedah ilmiah. Keadaan ini berlangsung beberapa abad lamanya.

Banyak lahir para ilmuwan di berbagai bidang ilmu baik dari bangsa Arab, maupun non Arab. Peradaban Islam di Spanyol telah memberikan kontribusi terbadap kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik pada Abad ke­14 Masehi. Orang-orang Kristen banyak berdatangan ke Spanyol baik untuk belajar maupun menterjemahkan buku Arab ke dalam bahasa Latin. Bagian terbesar dari pustaka Greek kuno, yang

daya tarik negara­negara sekitarnya. Dengan stabilitas politik, pertama kali dikenal orang Barat adalah terjemahan- daya tarik negara­negara sekitarnya. Dengan stabilitas politik, pertama kali dikenal orang Barat adalah terjemahan-

Sejarah mencatat bahwa Abdurrahman III, mem- bangun perpustakaan yang memiliki koleksi buku mencapai 600.000 jilid, suatu jumlah yang fantastis dikala itu. Pada masa keemasan Islam, tercatat tidak kurang dari 70 perpustakaan yang tersebar di seluruh penjuru negeri, maka Spanyol menjelma menjadi pusat pengetahuan, baik pada masa Bani Umayyah dan pada masa sesudahnya. Kemajauan- kemajuan ilmu dan kebudayaan yang pernah terjadi di Spanyol Islam.

a. Kemajuan Ilmu Agama Kemajuan ilmu Agama di Spanyol berawal dari

kepindahan beberapa orang sahabat dan tabi’in bersama Musa bin Syair, ketika memerangi dan menaklukan Spanyol, di antaranya adalah al-Munzir, Musa bin Syair, Ali bin Rabah dan Hanasy bin Abdullah al-Shan’ani. Mereka adalah para tentara disamping seorang alim yang memiliki pengetahuan keagamaan yang mendalam. Dari mereka inilah tumbuh dan berkembangnya cabang ilmu agama setelah karya­karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Barbar. (Amin, 1953:48)

Puncak kemajuan dan kejayaan Islam di Spanyol ditandai dengan munculnya ulama-ulama kenamaan yang masing-masing membidangi berbagai disiplin ilmu agama. Di antaranya ahli Hadits dan Fiqih seperti Ibn Hazm (Wafat 456 H), Abdullah bin Yasin (453) dan pada abad ke-6 H, Muhammad bin Tumart, Ya’kub al-Mansur (595 H), Abu

Islam Di Andalusia Umar Yusuf bin Abubarr (463 H), Abu al-Walid ibn Rusyd,

Ibn Ashim dan Ali al-Husain ibn Ahmad al-Ghassani (498

H) (Ibrahim, 1968:449).

Di zaman Abdurrahman I, ilmu Fiqih berkembang apalagi setelah masa al-Auza’i dikenal sebagai ulama Fiqh, namanya terkena) di propinsi-propinsi Spanyol. Dalam bidang Fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut Mazhab Maliki, yang diperkenalkan oleh Ziyad ibn Abd. al- Rahman. Di antara murid Imam Malik yang terkenal adalah Abdul Malik ibn Habib al-Sulami, Yahya ibn Yahya al-Laisy dan Isa ibn Binar. Yahya ibn Yahya dikenal sebagai ulama Fiqih dia juga menjabat Qadhi al-Qudhat. Selanjutnya Faqih lainnya Ibn Rusyd dengan karyanya Bidayatul Mujtahid. (Amin, 1953:52)

Di bidang ilmu Kalam dikenal nama Ibn Hazm, ia banyak mengoreksi dan menyanggah aliran-aliran Islam. Philip Kristen Hitti menyebutnya sebagai ulama besar yang berfikir orisinil di Spanyol (Hitti, 1970:558)

Ilmu Agama lain yang turut mewarnai kejayaan peradaban di masa itu yaitu Tasawuf diantara tokoh yang terkenal Ibn Massarah, seorang keturunan Cordova yang berfaham Mu’tazilah. Ia mewariskan ilmu-ilmu kepada murid­muridnya seperti al-Hasyimi, Abu Bakar, dan Muhi al-Din ibn al-Araby. Nama yang terakhir ini dikenal sebagai

berkembangnya cabang ilmu agama setelah karya­karyanya sufi besar dengan konsep tasawufnya wahdatul wujud (Amin,

b. Kemajuan Ilmu Bahasa

Tokoh-tokoh yang terkenal dalam ilmu bahasa Ibn Hasan al-Zubaydi, murid al-Qilli yang dilanjutkan oleh Suyuti dalam kitabnya Munzhir. Di antara ilmu bahasa yang terkenal Abu Ali al-Qilli, Abdurrahman al-Mashir, Al-Hakam Tokoh-tokoh yang terkenal dalam ilmu bahasa Ibn Hasan al-Zubaydi, murid al-Qilli yang dilanjutkan oleh Suyuti dalam kitabnya Munzhir. Di antara ilmu bahasa yang terkenal Abu Ali al-Qilli, Abdurrahman al-Mashir, Al-Hakam

Bahasa Arab telah menjadi bahasa Administrasi dalam pemerintahan Arab di Spanyol, hal itu dapat diterima oleh orang Islam dan non Islam. Orang Spanyol sendiri banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, seiring dengan kemajuan bahasa karya-karya sastra banyak bermunculan seperti al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhiroh fi Mahasin ahl al-Jaziroh oleh Ibn Bassam, kitab al Qalaid karya al-Fath ibn Khaqan.

c. Kemajuan filsafat dan Sains Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya

yang sangat briyan dalam bentangan sejarah Islam. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani mulai dikembangkan pada abad ke 9 M selama pemerintahan Bani Umayyah ke lima, yaitu Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M) (Madjid Fakhri, 1986:357)

Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dam filosofis diimport dari Timur dalam jumlah besar sehingga Cordova dengan perpustakaan dan Universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.

Kemajuan di bidang Horn filsafat ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh terkenal Ibn Bajjah, Ibn Tufail dan Ibn Rusyd. Ibnu Bajjah dilahirkan di Saragosa tahun 1136 M, karya yang terkenal adalah The Rule of The Solitary, dia juga terkenal di bidang ahli Matematika, Astronomi dan Musik.

Ibnu Tufait di Barat dengan nama Abu Bacer, ia lahir di Granada, terkenal di bidang kedokteran di samping bidang

Islam Di Andalusia filsafat. Karyanya yang terkenal Hay ibn Yaqdhan.

Ibnu Rusyd adalah filsafat besar yang berpengaruh di Barat, ia dilahirkan di Cordova tahun 1126. Di Eropa dikenal dengan nama Averoes. la tekenal juga di bidang Astronomi dan Kedokteran. Averoes juga berjasa dalam membuat ringkasan dan tafsiran-tafsiran filosof Yunani. Karyanya yang terkenal adalah Tahafut al Tahafut dan Fashl al-Maqal (Hitti, 1970:583)

Sejalan dengan perkembangan filsafat, Sains me- rupakan bidang yang sama-sama berkembang dengan pesat di Spanyol Islam. Ilmu-ilmu kedokteran, Matematika, Astronomi dan Kimia maju pesat. Abbas ibn Famas termasuk dalam ilmu Kimia dan Astronomi, ialah orang pertama yang menemukan kaca dan batu (Ahmad Syalabi, 1979:86). Ibrahim ibn Yahya al Naqqash terkenal dalam ilmu Astronomi. Ia dapat menemukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menemukan berapa lama. Ia berhasil membuat teropong modem yang dapat menemukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Abroad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan al Hafidz adalah dua o- rang ahli kedokteran dari kalangan wanita (Badri Yatim, 1995:102). Di antara ahli Astronomi lainnya yang mashur saat itu adalah al Mariti dari Cordova, al Zuqoli dari Toledo dan Ibn Aflad dari Seville. Al Majariti dikenal sebagai salah seorang pakar yang berhasil mengedit dan mengkoreksi perbintangan al Khawarizmi.

Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M, menulia tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier.

(1304, 1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibnu al-Khotib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tingal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika (Bertold Spuller, 1960:112).

d. Kemajuan Seni dan Musik Dalam bidang musik dan seni suara Spanyol Islam

mencapai kecermelangan dengan tokohnya Al-Hasan Ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. la terkenal sebagai pengubah lagu. (Ahmad Syalabi, 1979:88)

8. Pangaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa Kemajuan Eropa yang terus berkembang saat ini,

banyak berhutang budi pada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.

Periode kemajuan Islam Spanyol bersamaan waktunya dengan abad kegelapan Eropa sebagaimana yang diakui oleh

H. MC. Nell, Eropa pada waktu itu mengalami masa surut. Dan baru mulai sadar pada abad ke 11, setelah adanya peradaban Islam di Timur dan Spanyol, melalui perang Sicilia dan perang Salib, peradaban itu sedikit demi sedikit di bawa ke Eropa. Eropa mulai kenal pada rumah-rumah sakit, pemandian-pemandian umum, pemakaian burung dara untuk mengirim informasi militer, bahan-bahan makanan timur, seperti beras dan limun yang sampai saat ini masih berakar pada kata aslinya Arab, juga kain-kain indah dari dunia Is- lam. (Nasution, 1985: 74).

Islam Di Andalusia Baru pada abad ke 12 para ilmuwan Barat tertarik pada

ilmu pengetahuan dan filsafat yang dipelajari melalui orang- orang Arab. (Watt, 1995:85). Dalam universitas-universitas pada abad 12 dan 13, sumber tulisan-tulisan (Curiculum) berasal dari penulis Muslim. Intelektual Muslim telah berjasa dalam mendirikan sekota h-sekota h latin selama kurang lebih 500 tahun dan berjasa membangkitkan Eropa menuju Renaisance (Nakosteen, 1996:227).

Spanyol merupakan tempat paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam hubungan politik, sosial maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyeksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara- negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan Sains di samping bangunan Fisik (Hitti, 1970: 526-530) yang terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn al-Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara memikat minat semua orang berpikiran bebas. Ia mengedepankan Sunatullah menurut pengertian Islam terhadap Pantaisme dan Anthropomor- phisme (Kristen). Demikian besarnya pengabdiannya di Eropa hingga dari Eropa timbul gerakan Aveorrisme (Ibn Rusidysime) I menuntut kebebasan berpikir. Pihak gerja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Aveorrisme ini.

Berawal dari gerakan Aveorrisme inilah lahirlah reformasi pada abad ke­16 M. Dan rasionalisme pada abad ke-17 M (Poeradisastra, 1986: 67). Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di Venesia tahun 1481 M, 1482, 1483, 1489, dan 1500M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 Berawal dari gerakan Aveorrisme inilah lahirlah reformasi pada abad ke­16 M. Dan rasionalisme pada abad ke-17 M (Poeradisastra, 1986: 67). Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di Venesia tahun 1481 M, 1482, 1483, 1489, dan 1500M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553

16 di Napoli, Bologna, Lyonms dan Strasbourg, dan diawal ke 17 M di Jenewa. Pengaruh peradaban Islam, termasuk didalamnya pemikiran Ibnu Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar ke universitas- universitas Islam di Spanyol seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim, pusat penerjemahan itu adalah Toledgo. Setelah pulang ke negerinya mereka mendirikan sekota h dan universitas yang sama. Universitas Eropa yang pertama adalah universitas Paria yang didirikan pada tahun 1231 M 30 tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Diakhir zaman pertengahan Eropa baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd (Zainal Abidin Ahmad , 1975: 148-149).

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (Renaisance) pusaka Yunani di Eropa abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini, adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. (Bertens, 1963: 63-82)

Walaupun Islam akhirnya diusir dari negara Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik

Islam Di Andalusia (Renaisance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia,

gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke l7 M, dan pencerahan (Aufklaerung) pada abad ke

18 (Poeradiaastra, 1986: 77).