Khalifah dan Imam

D. Khalifah dan Imam

Khilafah merupakan isim masdar kholafa yang berarti sesuatu yang datang kemudian, pluralnya adalah kholaaif, atau khulafaa. Makna asalnya digunakan pada pernyataan keadaan seseorang yang menggantikan orang lain. Dengan kata lain bagi siapa yang menggantikan nabi disebut sebagai khalifah.

Ibnu Khaldun membuat definisi khalifah adalah wakil Rasul pada kek-uasaan politik dan agama. Khalifah seperti manusia lain, kecuali ia adalah pelaksana hukum dan pengawas agama (Khurbuthi, 1976:67).

Khalifah dinisbatkan kepada Abu Bakar setelah wafatnya nabi. Sedangkan bagi Khalifah al-Rasydin yang terkadang memakai sebutan lain, seperti Iman atau Amirul Mukminin.

Masa Khulafaur Rasyidin Khalifah bertugas melanjutkan tugas nabi mengadakan

perbaikan terus menerus agar tercapai sasaran yang luas: Karena itu Rasulullah saw bersabda, bahwa setiap kenabian akan disusul oleh khilafat. Khilafat berarti mempertahankan sistem atau nidhaam yang dasarnya diletakkan oleh seorang nabi dan ditegakkan wibawanya sepanjang masa oleh khalifah-khalifahnya.

Nidhaam atau lembaga, khlilafat adalah nidhaam kenabian atau meruapakan bagian dari nidham kenabian itu. Karena, pengangkatan seorang khalifah tidak terlepas dari campur tangan Tuhan.

Pengangkatan seorang khalifah tidak sama dengan pengangkatan seorang nabi. Nabi diangkat langsung oleh Allah SWT, tanpa campur tangan siapapun. Nabi sendiri tidak tahu sebelumnya bahwa dirinya akan dijadikan nabi. Akan tetapi pengangkatan seorang khalifah, meskipun Tuhan mempunyai tangan dalam pengangkatannya secara tidak langsung, namum umatlah yang mempunyai tangan langsung dalam memilih siapa yang dianggap paling pantas menurut ukuran taqwa.

Abu Bakar as Shidiq ra. diangkat sebagai khalifah setelah rasullah saw mangkat. Umat Islam berusaha agar Abu Bakar sebagai pengganti nabi. Pada mulanya sebagian umat yang telah berkumpul di sebuah Balai Rung yang namanya Tsaqifah sudah mulai cenderung memilih dari seorang sahabat nabi dari golongan Anshar. Akan tetapi tidak berhasil, selanjutnya Sayyidina Abu Bakar akhirnya terpilih dan menjadi khalifatul muslimin yang direstui oleh umat Islam dan diridhai oleh Allah SWT. (Ibnu Sulaiman, 1993: 1-6)

Sedangkan Konsep Imam sebenarnya sama dengan konsep khalifah. Tetapi konsep Imam adalah konsep yang Sedangkan Konsep Imam sebenarnya sama dengan konsep khalifah. Tetapi konsep Imam adalah konsep yang

7) Mereka berpendapat bahwa Imamah tidak hanya merupakan suatu sistim pemerintahan tetapi juga rancangan Tuhan, suatu kepercayaan yang dianggap sebagai penegas keimanan.

Aspek kemutlakan konsep Syiah tentang Imamah tersebut didasarkan asumsi bahwa syariah tidak akan dapat berjalan tanpa adanya kekuasaan mutlak yang berfungsi memeliharanya serta menafsirkan pengertian yang benar dan murni pada syariah. Qomaruddin Khan dalam Khalid Ibrahim Jindan, 1994: 70) Setelah memandang keterbatasan- keterbatasan dan tidak sempurna akal manusia, kaum Syiah mengatakan bahwa orang yang memenuhi syarat untuk berperan sebagai pelindung dan penafsir hukum Tuhan hanyalah perantara supra-manusiawi yang diberi petunjuk oleh Sang Pencipta hukum tersebut. Jadi kaum Syiah mengembangkan teori mereka tentang Imamah sama dengan ketentuan Imam yang dipilih oleh Tuhan dan bukan hasil pilihan ummat (manusia). Prilaku Tuhan disebut dengan Lutf atau rahmat (grace), sedangkan urutan imam-imam ditunjuk Allah dikenal dengan julukan Imamah. Bahkan golongan Syiah mengklaim bahwa Nabi atas perintah Allah menunjuk Ali sebagai Imam yang pertama, kemudian Ali menunjuk penerusnya sampai dengan Imam yang ke-12, Muhammad. Imam yang terakhir ini diyakini ke 12 Imam yang telah wafat tahun 871 M, pada usia yang amat belia. (Abdullah A. al- Munif, dalam Khalid Ibrahim Jindan, 1994: 8) Sejak kematiannya itu ia diyakini sebagai penunjuk jalan manusia dari kediamannya yang tersembunyi. Ia juga disebut dengan

Masa Khulafaur Rasyidin sosok yang dinanti (al-Muntazar) yang akan muncul kembali

bila dunia telah penuh dengan tirani. Ia kemudian akan menggantikan dan mewarnai keadilan. (Qomaruddin Khan dalam Khalid Ibrahim Jindan, 1994: 8)

Jadi menurut syiah kepemimpinan seorang Imam adalah atas dasar penunjukkan Allah untuk mengemban tugas Agama dan pemerinyahan sebagaimana juga sosok seorang Nabi. Ali telah ditunjuk oleh Allah sebagai sosok yang mempunyai syarat-syarat untuk mengemban amanat sebagai khalifah perdana.

Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang mukmin) adalah sebutan yang sama juga dengan khalifah namun panggilan atau gelar Amirul Mukminin diberikan kepada khalifah Umar bin Khathab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Amirul Mukminin menyandang juga gelar Khilafat ‘ala Minhajin Nubuwwah yaitu khilafat yang mengikuti dan mengamalkan cara yang dilakukan oleh Nabi. (Ibnu Sulaiman, 1993: 11)