Adanya Kontak dengan Kebudayaan lain

Perkembangan Bentuk Penyajian Kesenian Jathilan di DIY dan Problematikanya Bagan 3. Proses Komunikasi Pertunjukan dengan Penonton Diagram Diadaptasi dari Diagram Pohon Ceng Dalam pertunjukan seni, komunikasi merupakan proses untuk memperoleh kesan dari penonton setelah menyaksikan pertunjukan. Kesan ini akan bervariasi, tergantung dari sudut pandang mana penonton mengamati. Dengan kenyataan tersebut, maka seni pertunjukan dapat dianggap sebagai sebuah proses yang sejajar dengan komunikasi di dalam kehidupan sehari hari, karena keduanya menyampaikan pesan Santosa, 2005: 44 Hal ini diperkuat dengan pendapat de Marinis yang me- nyatakan bahwa proses komunikasi terjadi bukan karena pengirim dan peneri a e ggu aka salura ya g sa a dala da untuk menyampaikan maupun menerima pesan, namun yang paling penting adalah, bahwa ketika satu pihak mengirim sebuah signal yang membuat pihak lain bereaksi, maka proses komunikasi itu telah terjadi de Marinis, 1993: 140. Pemain Jathilan Seni Pertunjukan Penonton Penonton Penonton Kesenian Jathilan: Identitas dan Perkembangannya di Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Tingkat Heterogenitas dan Pendidikan Masyarakat

Komposisi penduduk di suatu wilayah saat ini dapat dikata- kan sangat heterogen. Mereka mempunyai latar belakang budaya, ras, pendidikan, dan ideologi yang berbeda dan akan mudah me- micu pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Terlebih lagi arus pendatang ke suatu wilayah semakin meningkat. Keadaan demikian merupakan salah satu pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial. Kondisi tersebut tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin interaksi dengan masyarakat setempat. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya de- ngan bekal pendidikan yang mereka miliki. Variasi tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat baik warga asli maupun pendatang memberikan nilai-nilai tertentu bagi wilayah setempat, terutama membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir rasional dan objektif. Hal ini akan memberikan ke- mampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakat- nya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak. Dalam beberapa kasus perkembangan seni tradisional yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya seni tradisional kerakyatan, telah banyak perubahan dalam penyajian- nya. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan masyarakat untuk membuat sesuatu karya yang lebih baik dari karya sebelumnya sangat tinggi. Seni jathilan salah satu contoh yang merupakan bagian dari kesenian tradisional kerakyatan telah mengalami ber- Perkembangan Bentuk Penyajian Kesenian Jathilan di DIY dan Problematikanya bagai perkembangan, baik dari sisi bentuk, durasi penyajian, kos- tum, hingga iringannya. Bentuk seni jathilan yang dikenal selama ini terkesan mono- ton dengan iringan ala kadarnya, kini mulai berkembang pesat dengan masuknya beberapa instrumen baru, seperti keyboard, drum, dan perkusi. Penghadiran perangkat baru dalam instrumen jathilan itu menunjukkan bahwa masyarakat menginginkan ada- nya perubahan selera estetik. Peningkatan selera estetik ini banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang lebih maju dan berkembang. Keberadaan seniman yang mengenyam pendidikan formal di bidang seni yang berada di wilayah kabupaten maupun kota sangat menentukan proses percepatan perkembangan seni tradisional. Secara internal dalam satu komunitas kesenian trade- sional apabila memiliki potensi seniman yang berasal dari lembaga kesenian formal akan makin kuat dalam menghadirkan gagasan atau ide pembaruan bentuk sajian seni tradisional yang mereka miliki. Sebaliknya, wilayah yang tidak memiliki potensi warga yang menempuh pendidikan formal kesenian akan lebih lambat dalam menghadirkan inovasi sajian seni tradisional. Dalam kasus keseni- an jathilan yang terjadi di wilayah Yogyakarta membuktikan bahwa intervensi dari alumni mahasiswa Jurusan Tari Institut Seni Indonesia maupun Pendidikan Seni Tari Universitas Negeri Yogya- karta mampu memberikan warna tersendiri bagi perkembangan seni tradisional jathilan, sehingga akan nampak lebih dinamis. Hal ini diakui oleh Ristu Raharjo, salah satu Pembina seni tradisional Kabupaten Gunung Kidul yang mengakui bahwa keberadaan