Penari Jathilan Komponen Pertunjukan Jathilan

Kesenian Jathilan dan Persebarannya di Daerah Istimewa Yogyakarta memikirkan alur cerita, yang paling utama adalah bagaimana mereka menghibur penonton.

2. Penabuh Iringan Jathilan

Mengacu pada konsep barangan keliling, penabuh iringan jathilan pada awalnya hanya dilakukan oleh empat orang dengan rincian sebagai berikut: 1 pengendang; 2 kecèr; 3 bendhé; dan 4 dua orang penabuh angklung. Konsep inilah yang dijadikan rujukan untuk mbarang keliling dari rumah ke rumah. Jumlah instrumen sederhana saat ini juga masih dilestarikan kelompok jathilan Turangga Ngesti Laras, Desa Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo seperti terlihat dalam Gambar 24. Gambar 24. Kelompok Jathilan Barangan dari Turangga Ngesti Laras, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo, hanya Menggunakan Instrumen Kendhang, Bedhug dan Bendhé. Foto: Kuswarsantyo, 2012 Perkembangan saat ini penabuh jathilan bisa mencapai se- puluh orang, bahkan lebih. Hal ini mengingat instrumen yang di- Tema Sumber Cerita dan Komponen Pertunjukan Jathilan di DIY tabuh atau dimainkan menjadi berkembang lebih banyak dari pola asalnya. Hal ini dikarenakan masuknya instrumen-instrumen tam- bahan, seperti: saron, drum, kendhang Sunda, simbal, bas dan keyboard ke dalam iringan jathilan. Lebih-lebih grup jathilan yang dalam penampilannya menggunakan gamelan lengkap meskipun hanya slendro atau pelog saja. Sebagai salah satu contoh adalah grup jathilan dari wilayah Minggir Sleman, Jerukwudel Gunung Kidul, Ngestiharjo Kasihan, dan Srandakan Bantul. Di wilayah ini terdapat grup jathilan yang dalam penampilannya menggunakan iringan gamelan secara lengkap layaknya sendratari. Namun demi- kian, pola tabuhan yang digunakan tidak meninggalkan nuansa ja- thilan, yakni dengan bendhé yang menjadi ciri khas jathilan. Dalam komposisi penyajian jathilan model ini penabuh dibutuhkan 12 sampai 15 orang.

3. Kostum dan Rias Jathilan

Pada awal munculnya jathilan di beberapa wilayah di DIY, baik Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul maupun Bantul baju yang digunakan untuk kostum jathilan semuanya menggunakan baju putih lengan panjang. Alasan mendasar karena baju putih saat itu paling mudah didapatkan. Konsep ini kemudian menjadi acuan tiap-tiap grup. Namun seiring dengan perkembangan dan per- ubahan zaman, baju penari jathilan kini tidak terpaku pada warna baju putih lengan panjang, tetapi bisa kuning, hijau, dan bahkan ada yang menggunakan warna merah dengan lengan pendek. Kesenian Jathilan dan Persebarannya di Daerah Istimewa Yogyakarta Perubahan warna pada baju penari jathilan secara estetik memang lebih menunjukkan kesan atraktif sebagai sebuah per- tunjukan kolosal. Namun di balik pemilihan baju warna kuning, ter- nyata secara simbolik warna tersebut memiliki muatan atau misi tertentu di mana warna tersebut merupakan ikon penguasa orde baru yang ketika itu, sehingga untuk keperluan yang sifatnya umum digunakan warna kuning sekaligus sebagai media untuk kampanye yang berlangsung hingga era 1980-an. Untuk tata rias jathilan dibuat sederhana tanpa ada karakter khusus, yang membedakan hanyalah penjiwaan atau ekspresi mereka ketika adegan menari berbeda dengan adegan perang atau ketika ndadi. Konsep tata rias yang digunakan dalam kesenian jathilan ada dua jenis yang menurut Richard Corson masuk dalam kategori corrective makeup dan character makeup. Untuk correc- tive makeup adalah tata rias yang digunakan dalam kehidupan sehari hari, seperti halnya yang digunakan ibu-ibu. Pemakaian tata rias jenis ini tidak terlalu berlebihan sehingga justru akan terlihat lebih menarik Corson, 1967:23. Rias jenis ini merupakan konsep rias sederhana yang dapat dilakukan siapapun dan bisa digunakan untuk keperluan apapun. Tuntutan yang paling utama adalah bagaimana mengekspresikan gerak agar karakterisasi pertunjukan jathilan yang mengambil cerita tertentu dapat dipenuhi. Untuk jenis makeup kedua yang digunakan adalah character makeup, yaitu diperuntukkan tokoh-tokoh dalam pementasan ja- thilan, misalnya Aryo Penangsang. Rias character di sini menguta- makan kebutuhan untuk berekspresi sehingga pemeran Aryo Tema Sumber Cerita dan Komponen Pertunjukan Jathilan di DIY Penangsang akan semakin mantap dalam membawakannya dalam pertunjukan jathilan. Hal tersebut juga terjadi dalam dramatari karena yang dibutuhkan adalah gerak-gerak penguat ekspresi, yang oleh Desmond Morris disebut dengan baton signal Morris, 1977:56. Gambar 25. Rias Kategori Corrective Makeup untuk Penari Jathilan Foto: Kuswarsantyo, 2012 Gambar 26. Rias dan Busana Jathilan Putri, di Banaran Kabupaten Gunung Kidul Foto: Kuswarsantyo, 2011 Untuk jathilan putri seperti yang dibawakan kelompok jaran- an jambul Gunung Kidul, jenis corrective makeup menjadi per- syaratan untuk tiap penampilan. Kostum yang dikenakannya pun sudah dimodifikasi sesuai kebutuhan jathilan putri. Perkembangan tata rias dan busana jathilan saat ini semakin menunjukkan peningkatan kualitas dan makin variatif. Rias jathilan tidak lagi identik dengan rias cantik seperti ketika menghadiri