IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EKSTRAKSI OLIGOSAKARIDA 1. Pembuatan tepung ubi jalar.
Ubi jalar yang telah dipanen segera dibuat tepung karena penyimpanan ubi jalar dapat mengubah komponen karbohidrat Zhang et
al. 2002. Dalam pembuatan tepung ubi jalar, ubi jalar yang telah diiris
tidak direndam dengan natrium bisulfit karena perendaman dengan natrium bisulfit dapat menurunkan kandungan gula total tepung ubi jalar
Santosa et al. 1994. Rendemen tepung ubi jalar Sukuh adalah 29.71 Lampiran 2 dan
kadar air tepung yang diperoleh adalah 4.98 Lampiran 4. Tjintokohadi et al
. 2001 menyebutkan bahwa rendemen tepung ubi jalar varietas Sukuh yang tinggi disebabkan oleh kandungan bahan kering umbi yang
tinggi, yaitu 38, dengan kandungan pati sebesar 27.7.
2. Ekstraksi oligosakarida dengan etanol 70 dan air mendidih .
Ekstraksi oligosakarida dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70 dan air mendidih. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
etanol 70 dan air mendidih dapat mengekstrak oligosakarida yang terdapat pada tepung Gambar 18. Kromatogram ekstrak etanol 70
menunjukkan 3 spot yang berbeda yaitu glukosa dan fruktosa, maltosa, rafinosa dan oligosakarida lain. Kromatogram ekstrak air mendidih
menunjukkan adanya dua spot yaitu sukrosa dan maltosa. Dari hasil penelitian terlihat bahwa ekstraksi dengan etanol 70
menghasilkan lebih banyak jenis oligosakarida dibandingkan ekstraksi dengan air mendidih. Hal ini disebabkan etanol kurang polar dibandingkan
air sehingga mampu melarutkan rantai gula yang lebih panjang. Semakin
panjang rantai gula maka lebih mudah larut dalam etanol.
47 Selain mampu mengekstrak lebih banyak jenis oligosakarida, etanol
70 juga dapat memperpanjang umur simpan ekstrak. Ekstraksi dengan air mendidih menghasilkan ekstrak yang cepat rusak, yang ditandai dengan
aroma asam. Hal ini disebabkan etanol mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada saat proses ekstraksi dibandingkan dengan air. Oleh
karena itu ekstraksi untuk pengujian selanjutnya dilakukan menggunakan menggunakan etanol 70.
Seluruh standar dispotkan pada kromatografi kertas. Urutan fase gerak Rf standar gula dari paling tinggi ke paling rendah adalah fruktosa
0.4727 heksosa, glukosa 0.4363 heksosa, sukrosa 0.3272 dan maltosa 0.2424 disakarida, oligofruktosa 0.1636, rafinosa 0.1333,
maltotriosa 0.1333, stakiosa 0.0606 dan inulin tidak ada pergerakan Gambar 19 dan Tabel 13. Inulin tidak bergerak pada kertas kromatografi,
karena berat molekul inulin sangat besar DP Derajat Polimerisasi 20 sehingga fase gerak tidak dapat menggerakkan inulin.
A B
1 2 3 4
a
c b
d c
Gambar 18 Kromatogram ekstrak etanol 70 A dan air mendidih B ubi jalar. Baris 1-4 berturut-turut adalah standar glukosa,
maltosa, rafinosa dan campuran glukosa, maltosa, rafinosa dan inulin. a spot glukosa dan fruktosa b spot sukrosa, c
spot maltosa, d spot rafinosa dan oligosakarida lain.
48 Gambar 19 Kromatogram berbagai standar gula pada kertas kromatografi.
Baris 1-7 berturut-turut adalah standar fruktosa, glukosa, sukrosa, maltosa, rafinosa, stakiosa, maltotriosa,
oligofruktosa dan inulin.
Tabel 13 Nilai Rf standar gula berdasarkan hasil kromatografi kertas Kode Standar
Nilai Rf
1 Fruktosa 0.4727
2 Glukosa 0.4363
3 Sukrosa 0.3272
4 Maltosa 0.2424
5 Rafinosa 0.1333
6 Stakiosa 0.0606
7 Maltotriosa 0.1333
8 Oligofruktosa 0.1636
9 Inulin
tidak ada migrasi Ukuran molekul gula mempengaruhi mobilitas atau Rf gula
Dedoner 1957. Woods dan Aurand 1977 menyatakan secara umum urutan Rf gula pada kromatografi kertas dari paling tinggi ke paling
rendah adalah pentosa, heksosa, disakarida dan trisakarida. Dedoner 1957 juga melaporkan urutan 5 spot standar gula yang diperolehnya
berturut-turut dari Rf paling tinggi ke paling rendah adalah fruktosa, glukosa, sukrosa, rafinosa dan inulin. Pada standar inulin tidak terjadi
pergerakan pada uji kromatografi kertasnya.
5 6
7
8
1 2
3 4
9
49
B. ISOLASI OLIGOSAKARIDA