6 i Jika produk mempunyai sejarah yang aman pada inang target GRAS maka
uji lanjutan kepada hewan atau uji toksik pada manusia tidak diperlukan lagi. ii Harus ditetapkan jumlah konsumsi aman dengan gejala dan efek samping
minimal. iii Produk tidak boleh terkontaminasi dan tidak murni. iv Prebiotik tidak boleh mengubah mikrobiota dan menggangu inang dalam jangka waktu
yang lama.
3. Manajemen produk prebiotik
Manajemen produk prebiotik meliputi tiga aspek yaitu aspek produksi, aspek formulasi dan penyimpanan serta aspek peraturan. Dalam proses
produksi, setiap proses mempunyai jaminan dalam mempertahankan kemurnian oligosakarida dan konsistensi komposisinya dalam tiap produk.
Dalam aspek formulasi dan penyimpanan, FAO merekomendasikan evaluasi setiap jenis produk akan stabilitas komposisi prebiotiknya dan aktivitas
biologi inang target yang diinginkan akibat pengaruh pengolahan dan teknologi produksi. Dalam peraturan, produsen bertanggung jawab untuk
menyediakan peraturan penjualan dimana para penjualan disiapkan dengan dokumentasi yang sesuai untuk mendukung klaim kesehatan. Bila ada produk
baru, perlu kesepakatan dan tanggungjawab produsen untuk membuktikan secara ilmiah dengan target inang bahwa produk tersebut dapat meningkatkan
kesehatan FAO 2007. Tidak ada peraturan khusus tentang standar jumlah prebiotik yang
dikonsumsi karena bergantung kepada kebiasaan penduduk suatu negara FAO 2007. Peraturan Foodstuffs Cosmetics and Disinfectants Act Act No
54 of 1972 di Afrika Selatan menyatakan bahwa jumlah dan sumber prebiotik yang harus tercantum pada label suatu produk yang dapat diklaim sebagai
prebiotik adalah paling sedikit 3 gram prebiotik per penyajian harian Venter 2007.
7
4. Keuntungan Prebiotik
Manning et al. 2004 menjelaskan keuntungan prebiotik meliputi: a Menghambat patogen, b Meningkatkan penyerapan kalsium, c Melindungi
terhadap kanker usus, d Menurunkan lemak darah dan e Meningkatkan imunitas.
Menghambat patogen . Wang dan Gibson 1994 menyatakan prebiotik
oligofruktosa dapat meningkatkan pertumbuhan Bifidobacterium infantis. Hasil uji kompetisi antara B. infantis, E.coli dan C. perfringens dengan
jumlah inokulum awal masing-masing sebesar 10
8
, 10
8
dan 10
6
CFUml dalam satu media dapat menurunkan E.coli satu sikus log dan mematikan C. perfringens hingga nol masing-masing setelah 52 jam kompetisi
dan diikuti turunnya pH media dari 7 menjadi 5.3. Populasi B. infantis tidak terpengaruh selama uji kompetisi. B. infantis mampu menghasilkan senyawa
seperti CO
2
, asam asetat, propionat, butirat, laktat dan suksinat yang dapat menghambat E. coli dan Clostridium perfringens.
Mekanisme penghambatan patogen oleh prebiotik terbagi menjadi dua yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Penghambatan patogen oleh
prebiotik secara langsung adalah karena prebiotik oligosakarida dapat mem’blok’sisi reseptor pelekatan patogen pada mukosa usus, sehingga
patogen tidak menempel pada mukosa usus. Penghambatan patogen oleh prebiotik secara tidak langsung adalah karena prebiotik dimanfaatkan dan
meningkatkan pertumbuhan probiotik Rastall et al. 2005 Collado et al. 2005 melaporkan tiga mekanisme penghambatan
patogen oleh probiotik sebagai berikut: 1 Probiotik melekat dan berkolonisasi di mukosa usus sehingga patogen tidak menempel pada mukosa usus dan
keluar melalui feses. 2 Probiotik mampu menggantikan sisi penempelan patogen dengan mekanisme kompetisi sisi spesifik penempelan karbohidrat.
Hal ini menyebabkan patogen yang telah lebih dahulu menempel di mukosa usus terlepas dan bakteri probiotik menempel sehingga menghalangi patogen
menginfeksi mukosa. 3 Bakteri probiotik mengeluarkan senyawa metabolit seperti asam laktat yang mampu mengganggu dan membunuh kehidupan
patogen.
8
Meningkatkan penyerapan kalsium. BAL memfermentasi prebiotik
seperti inulin dan menghasilkan produk asam lemak rantai pendek SCFA, menyebabkan penurunan pH dinding mukosa usus. pH rendah meningkatkan
kelarutan dan penyerapan kalsium di dalam usus Ouwenhand et al. 1999.
Mencegah kanker usus.
Mekanisme perlindungan dari prebiotik terhadap perkembangan kanker usus, yaitu: 1 BAL mengurangi populasi
patogen yang menghasilkan senyawa-senyawa karsinogen dalam usus. 2 Kemampuan dinding sel BAL terutama peptidoglikan dapat mengikat
senyawa mutagen sepeti Tp-P1, Trp-P2, Glu P1 dan senyawa mutagen lainnya Surono 2004.
Reddy 1999 melaporkan oligofruktosa dan inulin dapat menghambat potensi tumor pada usus besar tikus. Mekanisme yang terjadi adalah: 1
Prebiotik meningkatkan pertumbuhan bifidobakteria. Bifidobakteria berkolonisasi dan menghasilkan asam laktat, menurunkan pH usus sehingga
dapat membunuh E. coli dan Clostridium perfringens. Lingkungan usus menjadi nyaman bagi bifidobakteria dan mendukung modulasi enzim
β- glukuronidase yang dapat mengubah prokarsinogen menjadi proksimat
karsinogen. 2 Butirat yang dihasilkan BAL dapat menghambat proliferasi sejumlah sel secara in vitro dan menginduksi diferensiasi sel tumor.
Menurunkan kolesterol . Prebiotik dapat meningkatkan pertumbuhan
BAL dan BAL memiliki dua mekanisme dalam menurunkan kolesterol: 1 BAL memproduksi enzim BSH Bile Salt Hidrolase yang menghasilkan asam
empedu terdekonjugasi senyawa yang tidak bereaksi dengan senyawa lain, dalam bentuk asam kholat bebas yang kurang diserap oleh usus halus
dibandingkan asam empedu terkonjugasi. Asam-asam empedu membentuk garam empedu. Dekonjugasi garam empedu akan lebih mudah terbuang
melalui feses. Hal ini mengakibatkan semakin banyak kolesterol yang dibutuhkan untuk membentuk garam empedu lagi sehingga kolesterol yang
ada dalam serum diambil oleh garam empedu. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol dalam serum darah menurun. 2 Membran sel BAL dapat mengikat
kolesterol dalam usus halus sebelum kolesterol diserap oleh tubuh. Ilustrasi
9 mekanisme BAL dalam menurunkan kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2
Surono 2004.
Gambar 2 Mekanisme BAL dalam penurunan kadar kolesterol Surono 2004.
Meningkatkan imunitas.
Prebiotik dapat meningkatkan pertumbuhan BAL. BAL mengeluarkan senyawa imunomodulator yaitu suatu komponen
yang mampu berinteraksi dengan sistem imun serta menimbulkan efek menstimulasi atau menekan sistem imun spesifik dan sistem imun non spesifik
Tzianabos 2000. Respon imun non spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme seperti pada
keringat, kulit, air mata, selaput lendir, batuk, bersin dan tubuh dapat memberikan respon langsung. Respon imun spesifik mengenali benda asing
terlebih dahulu. Bila sistem imun terpapar kembali dengan benda asing yang sama, maka akan dikenal dan dihancurkan oleh respon imun spesifik.
Ouwehand et al. 1999 berpendapat bahwa rangsangan sistem imun oleh BAL dengan cara peptidoglikan menginduksi permukaan mukosa.
Glukan pada dinding sel bakteri merangsang makrofag memproduksi interleukin, meningkatkan aktivitas proliverasi sel limfosit. Sel limfosit
membelah menjadi limfosit T dan limfosit B. Limfosit T akan melepaskan interferon, kembali mengaktifkan makrofag dan limfosit B memproduksi
antibodi. Glukan juga akan merangsang makrofag lebih banyak memproduksi lisozim.
10
B. OLIGOSAKARIDA