44
2 2
2 1
1 1
K K
P P
H K
K P
P H
− −
− =
− −
− =
b. Penghambatan Patogen.
Jumlah patogen yang dihambat oleh BAL dihitung dengan membandingkan jumlah patogen yang dikompetisikan dengan BAL
terhadap jumlah patogen kontrol. Perhitungan penghambatan patogen adalah sebagai berikut:
Ket : H
1
= Penghambatan patogen pada 24 jam H
2
= Penghambatan patogen pada 48 jam P
= Jumlah patogen kontrol pada 0 jam P
1
= Jumlah patogen kontrol pada 24 jam P
2
= Jumlah patogen kontrol pada 48 jam K
= Jumlah patogen yang dikompetisikan dengan BAL pada 0 jam K
1
= Jumlah patogen yang dikompetisikan dengan BAL selama 24 jam K
2
= Jumlah patogen yang dikompetisikan dengan BAL selama 48 jam
7. Analisa Mikrobiologi AOAC 1999 a. Total BAL.
Total BAL dihitung dengan metode agar tuang. Pertumbuhan BAL dihitung pada 0 jam dengan pemupukan 10
5
-10
8
, pada 24 jam dan 48 jam dengan pemupukan 10
6
-10
9
. BAL dituang media MRSA sebanyak 12- 15 ml. BAL diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 48 jam dengan posisi cawan terbalik. Koloni yang tumbuh dihitung berdasarkan Standar Plate
Count Harrigan 1999.
b. Total Patogen.
Total patogen dihitung dengar metode agar tuang. Pertumbuhan patogen dihitung pada 0 jam dengan pemupukan 10
1
-10
4
, pada 24 jam dilakukan pemupukan 10
2
-10
5
dan pada 48 jam dilakukan pemupukan 10
3
-10
6
. Pertumbuhan E. coli pada media EMBA, Salmonella dan B. cereus
pada media NA masing-masing sebanyak 12-15 ml. Setelah agar membeku, patogen diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24 jam secara
45 aerob. Koloni tipikal hijau metalik menunjukkan pertumbuhan E. coli.
Pertumbuhan Salmonella pada media NA dicirikan dengan koloni kecil dan berwarna bening, sedangkan pertumbuhan B. cereus pada media NA
dicirikan dengan koloni melebar berwarna keruh putih. Koloni yang tumbuh dihitung berdasarkan Standar Plate Count Harrigan 1999,
dengan perhitungan sebagai berikut:
Ket : N = Jumlah mikroba CFUml n
1
= Jumlah cawan pada tingkat pengenceran tertinggi n
2
= Jumlah cawan pada tingkat pengenceran terendah c = Jumlah total koloni yang terhitung pada cawan
d = Tingkat pemupukan tertinggi yang dapat dihitung
d n
n c
N ⋅
+ =
∑
2 1
1 .
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EKSTRAKSI OLIGOSAKARIDA 1. Pembuatan tepung ubi jalar.
Ubi jalar yang telah dipanen segera dibuat tepung karena penyimpanan ubi jalar dapat mengubah komponen karbohidrat Zhang et
al. 2002. Dalam pembuatan tepung ubi jalar, ubi jalar yang telah diiris
tidak direndam dengan natrium bisulfit karena perendaman dengan natrium bisulfit dapat menurunkan kandungan gula total tepung ubi jalar
Santosa et al. 1994. Rendemen tepung ubi jalar Sukuh adalah 29.71 Lampiran 2 dan
kadar air tepung yang diperoleh adalah 4.98 Lampiran 4. Tjintokohadi et al
. 2001 menyebutkan bahwa rendemen tepung ubi jalar varietas Sukuh yang tinggi disebabkan oleh kandungan bahan kering umbi yang
tinggi, yaitu 38, dengan kandungan pati sebesar 27.7.
2. Ekstraksi oligosakarida dengan etanol 70 dan air mendidih .
Ekstraksi oligosakarida dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 70 dan air mendidih. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
etanol 70 dan air mendidih dapat mengekstrak oligosakarida yang terdapat pada tepung Gambar 18. Kromatogram ekstrak etanol 70
menunjukkan 3 spot yang berbeda yaitu glukosa dan fruktosa, maltosa, rafinosa dan oligosakarida lain. Kromatogram ekstrak air mendidih
menunjukkan adanya dua spot yaitu sukrosa dan maltosa. Dari hasil penelitian terlihat bahwa ekstraksi dengan etanol 70
menghasilkan lebih banyak jenis oligosakarida dibandingkan ekstraksi dengan air mendidih. Hal ini disebabkan etanol kurang polar dibandingkan
air sehingga mampu melarutkan rantai gula yang lebih panjang. Semakin
panjang rantai gula maka lebih mudah larut dalam etanol.