24
beli secara tidak tunai, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual.” H.R. Ibnu Majah dari Shuhaib 3
Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional DSN MenurutBambang Rianto Rustam 2008:48
Dewan Syari‟ah Nasional menetapkan aturan tentang murabahah sebagaimana tercantum
dalam fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 04DSN-MUIIV2000 tertanggal 1 April 2000 sebagai berikut :
a Bank dan Nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas dari riba.
b Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari‟ah islam.
c Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
d Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.
f Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam hal
ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
25
g Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah. i Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.
c. Syarat Murabahah
Menurut Muhamm ad Syafi‟i Antonio 2001:102 syarat murabahah
sebagai berikut:
1 Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. 2 Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3 Kontrak harus bebas dari riba. 4 Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian. 5 Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Secara prinsip, jika syarat dalam 1, 4,atau5 tidak dipenuhi,
pembeli memiliki pilihan: 1 Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
26
2 Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual.
3 Membatalkan kontrak.
d. Manfaat Murabahah
Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio 2001:106 murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah
adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem murabahah sangat
sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah.
Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut:
1 Default atau kelalaian. Nasabah sengaja tidak membayar angsuran. 2 Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual-beli tersebut.
3 Penolakan nasabah: barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan
sehingga nasabah tidak meu menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa
spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang
27
tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain.
4 Dijual: karena murabahah bersifat jual-beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah
bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan
besar.
e. Hubungan Murabahah terhadap Pendapatan Bank Syariah
Murabahah merupakan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dalam murabahah, pembeli
harus memberi tahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya Antonio, 2002: 101. Tingkat
keuntungan yang diperoleh bank syariah adalah berupa margin, semakin besar pembiayaan murabahah yang disalurkan, diharapkan margin yang
didapat bank syariah semakin besar pula. Tingginya pendapatan margin tersebut akan meningkatkan pendapatan yang akan diperoleh bank syariah.
Dengan kata lain, pembiayaan murabahah dengan margin yang tinggi akan meningkatkan pendapatan bank syariah Iqbal Ali Hamzah, 2014 : 24
4. Ijarah
a. Pengertian Ijarah
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
28
kepemilikan atas barang itu sendiri Muhammad Syafi‟i Antonio, 2001:117. Ijarah artinya upah, sewa, jasa atau imbalan. Salah satu bentuk
kegiatan manusia dalam muamalah adalah sewa-menyewa, kontrak, menjual jasa dan lain-lain M. Ali Hasan, 2004:227. Menurut fatwa
dewan syariah nasional ijarah adalah akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa
atau upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri Adiwarman A. Karim, 2007:138.
Berdasarkan definisi diatas, pembiayaan ijarah adalah hak untuk pemanfaatan barang antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa
dengan penyewa dengan waktu dan imbalan tertentu.
b. Dasar Hukum Ijarah
Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio 2001:117. Adapun dasar hukum ijarah dapat dilihat dalam Al-
Qur‟an maupun Al-Hadist, sebagai berikut :
1 Al-Quran Artinya :
“Dan, kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang
kamu kerjakan” Al-Baqarah:233. Dalil pada
ayat tersebut adalah ungkapan “apabila kamu memberikan pembayaran yang patut”. Ungkapan tersebut menunjukan
29
adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban membayar upah fee secara patut. Dalam hal ini termasuk didalamnya jasa penyewaan atau
leasing. 2 Al-Hadist
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw, “berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upayanya kepada
tukang bekam itu” HR Bukhari dan Muslim. Dari Ibnu Umar bahwa rasulullah bersabda, “berikanlah upah
pekerja sebelum keringatnya kering.” HR Ibnu Majah.
c. Rukun dan Syarat Ijarah