Murabahah Pengaruh Komposisi Pembiayaan dan Faktor Makro Ekonomi terhadap Pendapatan Bank Syariah (Studi Empiris Bank Syariah Mandiri Periode 2012-2015)

24 beli secara tidak tunai, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” H.R. Ibnu Majah dari Shuhaib 3 Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional DSN MenurutBambang Rianto Rustam 2008:48 Dewan Syari‟ah Nasional menetapkan aturan tentang murabahah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 04DSN-MUIIV2000 tertanggal 1 April 2000 sebagai berikut : a Bank dan Nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas dari riba. b Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari‟ah islam. c Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. d Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. e Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang. f Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 25 g Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. h Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. i Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.

c. Syarat Murabahah

Menurut Muhamm ad Syafi‟i Antonio 2001:102 syarat murabahah sebagai berikut: 1 Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. 2 Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3 Kontrak harus bebas dari riba. 4 Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. 5 Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Secara prinsip, jika syarat dalam 1, 4,atau5 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan: 1 Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. 26 2 Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual. 3 Membatalkan kontrak.

d. Manfaat Murabahah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio 2001:106 murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem murabahah sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut: 1 Default atau kelalaian. Nasabah sengaja tidak membayar angsuran. 2 Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual-beli tersebut. 3 Penolakan nasabah: barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak meu menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang 27 tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain. 4 Dijual: karena murabahah bersifat jual-beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.

e. Hubungan Murabahah terhadap Pendapatan Bank Syariah

Murabahah merupakan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dalam murabahah, pembeli harus memberi tahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya Antonio, 2002: 101. Tingkat keuntungan yang diperoleh bank syariah adalah berupa margin, semakin besar pembiayaan murabahah yang disalurkan, diharapkan margin yang didapat bank syariah semakin besar pula. Tingginya pendapatan margin tersebut akan meningkatkan pendapatan yang akan diperoleh bank syariah. Dengan kata lain, pembiayaan murabahah dengan margin yang tinggi akan meningkatkan pendapatan bank syariah Iqbal Ali Hamzah, 2014 : 24

4. Ijarah

a. Pengertian Ijarah

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan 28 kepemilikan atas barang itu sendiri Muhammad Syafi‟i Antonio, 2001:117. Ijarah artinya upah, sewa, jasa atau imbalan. Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam muamalah adalah sewa-menyewa, kontrak, menjual jasa dan lain-lain M. Ali Hasan, 2004:227. Menurut fatwa dewan syariah nasional ijarah adalah akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri Adiwarman A. Karim, 2007:138. Berdasarkan definisi diatas, pembiayaan ijarah adalah hak untuk pemanfaatan barang antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa dengan penyewa dengan waktu dan imbalan tertentu.

b. Dasar Hukum Ijarah

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio 2001:117. Adapun dasar hukum ijarah dapat dilihat dalam Al- Qur‟an maupun Al-Hadist, sebagai berikut : 1 Al-Quran Artinya : “Dan, kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan” Al-Baqarah:233. Dalil pada ayat tersebut adalah ungkapan “apabila kamu memberikan pembayaran yang patut”. Ungkapan tersebut menunjukan 29 adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban membayar upah fee secara patut. Dalam hal ini termasuk didalamnya jasa penyewaan atau leasing. 2 Al-Hadist Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw, “berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upayanya kepada tukang bekam itu” HR Bukhari dan Muslim. Dari Ibnu Umar bahwa rasulullah bersabda, “berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” HR Ibnu Majah.

c. Rukun dan Syarat Ijarah