Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
3
Tabel 1.2 Data Pertumbuhan Aset BUS dan UUS
2012 2013
2014 2015
Jumlah BUS 11
11 12
12
Jumlahkantor
1460 1998
2145 1990
Jumlah UUS 24
23 22
22
Jumlahkantor
427 590
320 311
Total Aset BUS dan UUS dalamtriliun
195.018 242.276 272.343 296.262 Sumber: Data BI diolah kembali
Berdasarkan data pada tabel 1.2 pada tahun 2012-2013 jumlah BUS tidak mengalami kenaikan, jumlah BUS baru mengalami kenaikan pada tahun 2014
sebesar 1 dan pada tahun 2015 tidak mengalami kenaikan. Jumlah UUS pada tahun 2011 hingga 2014 mengalami penurunan sebesar 4 dan pada tahun 2015
jumlah UUS tidak mengalami kenaikan. Meskipun jumlah BUS dan UUS tidak mengalami kenaikan yang signifikan akan tetapi jumlah aset yang dimiliki BUS
dan UUS mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Data pada tabel 1.2 juga menunjukan bahwa pertumbuhan aset BUS dan UUS
pada tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 24, pada tahun 2014 sebesar terjadi peningkatan sebesar 12, dan pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebesar 9.
Faktor yang membuat perbankan syariah berkembang adalah karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan
alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari
kegiatan spekulasi
dalam bertransaksi
keuangan. Dengan
4
menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem
perbankan yang kredibel dan dapat diminati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Efek dari perkembangan perbankan syariah adalah perolehan pendapatan bagi lembaga perbankan syariah itu sendiri. Pendapatan perbankan syariah ikut
mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dengan data dari Bank Indonesia dari tahun 2012 hingga 2015 yaitu:
Tabel 1.3 Data Pendapatan BUS dan UUS tahun 2012-2015
Dalam Triliun Lembaga
Keuangan Syariah
Tahun 2012
2013 2014
2015 BUS dan UUS
17.734 27.207
24.712 27.615
Sumber: Bank Indonesia diolah kembali Berdasarkan data pada tabel 1.3 di atas perkembangan pendapatan BUS dan
UUS pada tahun 2013 peningkatan sebesar 53, pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 9, pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 12.
Peningkatan pendapatan yang diterima oleh perbankan syariah tidak terlepas dari pendapatan produk-produk pembiayaan yang ditawarkan kepada nasabah
perbankan syariah. Efek dari pesatnya perbankan syariah turut dirasakan oleh Bank Syariah
Mandiri. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perbankan syariah di Indonesia. Sebagai sebuah perusahaan, Bank Syariah
5
Mandiri dituntut untuk memperoleh pendapatan agar keberlangsungan hidup perusahaan dapat tetap berjalan, dan pendapatan yang diperoleh pun harus sesuai
dengan ajaran agama Islam. Dengan kondisi perekonomian saat ini, kebijakan yang diterapkan pemerintah mempengaruhi produktivitas Bank Syariah Mandiri dalam
memperoleh pendapatan. Data pendapatan yang berhasil penulis ambil dari Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4 Data Pendapatan Bank Syariah Mandiri Tahun 2012
– 2015 Dalam Ribuan Rupiah
Jenis Pendapatan Tahun
2012 2013
2014 2015
Pendapatan Pengelolaan Dana
Oleh Bank Sebagai Mudharib
4.684.793.297 5.432.851.397
5.487.192.071 5.960.015.903
Jumlah Pendapatan Usaha Lainnya
1.138.747.549 1.193.418.732
1.002.089.656 938.859.243
Jumlah Pendapatan Nonusaha
14.612.830 15.905.362
15.597.902 16.795.574
Total Pendapatan 5.838.153.676
6.642.175.491 6.504.879.629
6.915.670.720
Sumber: PT. Bank Syariah Mandiri Pusat diolah kembali. Berdasarkan data pada tabel 1.4 diatas, total pendapatan yang diterima oleh
Bank Syariah Mandiri cenderung meningkat kecuali pada tahun 2014. Hal ini dapat dilihat dalam tabel total pendapatan yang diterima pada tahun 2013 mengalami
peningkatan sebesar 14, pada tahun 2014 menurun sebesar 2, pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 6. Menurunnya pendapatan yang diterima Bank
Syariah pada tahun 2014 disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kondisi makro ekonomi Indonesia yang kurang kondusif berdampak pada bisnis
6
nasabah pembiayaan sehingga kondisi keuangan mereka menurun, hal ini mempengaruhi kualitas aktiva produktif Bank Syariah Mandiri. Per Desember
2014, rasio pembiayaan bermasalah NPF naik menjadi 4,29 dari posisi Desember 2013 sebesar 2,29. Sedangkan dari sisi internal perusahaan, Bank
Syariah Mandiri menghadapi beberapa isu operasional utama yang membutuhkan perbaikan segera. Pertama, tingginya pembiayaan bermasalah NPF dan fraud.
Kedua, lemahnya sanksi dan disiplin terhadap pelaku fraud. Ketiga, perlambatan pertumbuhan bisnis telah menggerus pangsa pasar Bank Syariah Mandiri. Keempat,
pengembangan sumber daya manusia, teknologi informasi, dan produktivitas cabang belum optimal. Kelima, komunikasi internal belum efektif.
Namun, secara garis besar pendapatan yang diterima oleh Bank Syariah Mandiri mengalami pengingkatan rata-rata sebesar 6 dalam 4 tahun terakhir.
Peningkatan pendapatan total yang diterima oleh Bank Syariah Mandiri juga tidak terlepas dari komposisi pembiayaan yang ditawarkan kepada nasabah Bank Syariah
Mandiri, hal ini sejalan dengan data komposisi pembiayaan yang diberikan Bank Syariah Mandiri sebagai berikut:
Tabel 1.5 Data Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Syariah Mandiri
Tahun 2012 – 2015
Jenis Pembiayaan Tahun
2012 2013
2014 2015
Murabahah Milyar 283.444
368.661 397.247 546.023
Musyarakah Milyar 69.180
82.288 89.291
15.463
Mudharabah Milyar 54.303
49.664 41.982
36.573
Qardh Milyar
69.055 73.292
56.800
32.958
Ijarah Milyar 3.338
3.357 6.277
12.336
Istishna Milyar
777 766
525
302
Sumber: data dari Bank Syariah Mandiri diolah kembali
7
Berdasarkan pada tabel 1.5 diatas seluruh komposisi pembiayaan perbankan syariah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, pada komposisi pembiayaan
murabahah dengan produk pembiayaan pengadaan barang konsumtif seperti rumah atau Griya BSM, kendaraan atau barang produktif seperti mesin produksi BSM
Oto, pabrik dan lainnya terjadi peningkatan dengan rata-rata sebesar 25. Pada komposisi pembiayaan musyarakah pembiayaan khusus untuk modal
kerja, dimana dana dari Bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati terjadi penurunan dengan rata-
rata sebesar 18. Pada komposisi pembiayaan mudharabah BSM Deposito, Tabungan BSM,
BSM Tabungan Berencana, BSM Tabungan Mabrur, BSM Tabungan Investa Cendekia dan BSM Tabungan Kurbanterjadi penurunan dengan rata-rata sebesar
12. Pada komposisi pembiayaan qardh Gadai emas Bank Syariah Mandiri
mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 19. Pada komposisi pembiayaan ijarah BSM Pembiayaan Eduka dan BSM
Pembiayaan Umrah terjadi peningkatan dengan rata-rata sebesar 61, dan terakhir pada komposisi pembiayaan istishna umumnya Bank Syariah Mandiri
memanfaatkan pembiayaan ini untuk konstruksi terjadi penurunan dengan rata-rata sebesar 25.
Hal ini menjadi pertimbangan pada penelitian ini terkait pengaruh komposisi pembiayaan musyarakah, mudharabah, qardh dan istishna terhadap peningkatan
8
pendapatan Bank Syariah Mandiri, namun rata-rata pertumbuhan komposisi pembiayaan musyarakah, mudharabah, qardh dan istishna mengalami penurunan
dari tahun 2012 hingga 2015. Maka dari itu, peneliti membatasi pembiayaan yang akan diteliti hanya pada pembiayaan yang mengalami peningkatan dari tahun 2012
hingga 2015, yaitu murabahah dan ijarah. Banyaknya
jumlah komposisi
pembiayaan murabahah,
musyarakah, mudharabah, qardh, ijarah dan istishna sesuai dengan finance to deposit ratioBank
Syariah Mandiri, finance to deposit ratio atau pada perbankan konvensional lebih dikenal dengan loan to deposit ratio adalah merupakan rasio pembiayaan yang
diberikan kepada pihak ketiga terhadap pendanaan dalam Rupiah dan mata uang asing. FDR digunakan untuk menilai besarnya jumlah dana yang bersumber dari
dana publik, yang secara kontraktual biasanya dalam jangka pendek, dialokasikan untuk pembiayaan aset yang merupakan pembiayaan tidak lancar. FDR Bank
Syariah Mandiri pada tahun tahun 2011 sebesar 86,03, tahun 2012 sebesar 94,40, tahun 2013 sebesar 82,13, dan tahun 2014 sebesar 89,37. Berdasarkan
data tersebut, rasio FDR Bank Syariah Mandiri masih dalam batasan yang direkomendasikan oleh Bank Indonesia, sesuai dengan peraturan GWM LDR
laporan keuangan Bank Syariah Mandiri, 2014:98. Selain komposisi pembiayaan oleh perbankan syariah, faktor makro ekonomi
akan mempengaruhi operasional perusahaan yang dalam hal ini keputusan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan.
Variabel makro ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan
9
perusahaan, khususnya perbankan syariah di Indonesia, yaitu Inflasi Sahara, 2013:151.
Fenomena inflasi yang terjadi pada perekonomian Indonesia sudah tentu akan berimbas kepada Bank Syariah Mandiri. Tinggi-rendahnya tingkat inflasi
mempengaruhi masyarakat untuk menginvestasikan pendapatan mereka kepada perbankan dalam bentuk tabungan, obligasi dan produk perbankan lainnya. Data
inflasi yang penulis ambil dari situs resmi Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 1.6 Data Inflasi Tahun 2012
– 2015 Dalam Presentase
2012 2013
2014 2015
Inflasi
4,30 6,96
6,42 6,38
Sumber: Situs resmi Bank Indonesia Berdasarkan data pada tabel 1.6, inflasi yang terjadi masuk kedalam golongan
inflasi rendah, karena inflasi berada dibawah 10 menurut Sukirno 2004:337. Tingkat inflasi yang rendah membuat harga barang kebutuhan stabil, harga yang
stabil membuat konsumsi masyarakat menjadi naik, tingkat konsumsi seperti ini menarik investor untuk menginvestasikan pendapatannya kepada perbankan agar
diinvestasikan untuk sektor riil. Semakin banyak sektor riil yang dikembangkan, semakin besar pula tingkat pendapatan yang akan diperoleh perbankan.
Faktor makro ekonomi yang mempengaruhi pendapatan perbankan syariah selanjutnya adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar, data tentang nilai tukar rupiah
terhadap dollar adalah sebagai berikut:
10
Tabel 1.7 Data Nilai Tukar Rupiah Tahun 2012-2015
Nilai Tukar 2012
2013 2014
2015 Nilai dari USD 1
dalam rupiah
9880.39 10951.37 12378.30 13389.41 Sumber: Situs resmi Bank Indonesia
Berdasarkan data pada tabel 1.7 data nilai tukar rupiah pada tahun 2013 sebesar 11, pada tahun 2014 sebesar 13 dan pada tahun 2015 sebesar 8.
Nilai mata uang dollar dapat mempengaruhi hampir seluruh mata uang di dunia, karena dollar sudah menjadi mata uang dunia dimana hampir seluruh negara
menjadikan nilai dollar sebagai patokan bagi mata uangnya. Efek dari pertambahan nilai dollar terhadap perkembangan industri perdagangan baik itu barang ataupun
jasa dapat terasa ketika nilai tukar rupiah melemah ataupun menguat Lia Rizkiyah, 2011: 5.
Terjadinya penurunan nilai mata uang rupiah pada tahun 2011-2015 disebabkan nilai mata uang dollar semakin menguat, menguatnya nilai mata uang
dollar didasari pada pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang mencapai 2,5 sementara inflasi yang terjadi di Amerika Serikat hanya 1,6, bahkan pada januari
terjadi deflasi sekitar -0,1, ditambah dengan tingkat pengangguran di Amerika Serikat menurun sangat drastis dan saat ini berada pada level 5,7. Membaiknya
perekonomian Amerika Serikat ini membuat The Fedmenaikan Fed fund rate pada Desember sebesar 0,25-0,5
www.worldbank.org .
Dampak dari kenaikan suku bunga The Fed adalah membuat investor menarik investasinya keluar, jika investor menarik investasinya maka akan berdampak pada
perekonomian Indonesia, termasuk perbankan. Jika tidak ada investor maka dana
11
yang berhasil perbankan himpun menjadi berkurang dan ini akan berimbas kepada pendapatan perbankan. Efek dari melemahnya nilai tukar rupiah adalah menjadikan
pendapatan dari transaksi valuta asing pada Bank Syariah Mandiri fluktuatif, karena salah satu kegiatan bank syariah mandiri adalah memberikan jasa jual beli valuta
asing. Maka dari itu, BSM salah satu perbankan yang memberikan jasa jual beli valuta asing akan memperoleh pendapatan berupa fee dan selisih kurs. Data
pendapatan dari transaksi valuta asing yang penulis ambil dari situs resmi Bank Syariah Mandiri sebagai berikut:
Tabel 1.8 Data Pendapatan dari Transaksi Valuta Asing Tahun 2012-2015
Dalam Ribuan 2012
2013 2014
2015 Pendapatan
dari transaksi valuta asing
Rp21.334.852 Rp32.071.826
Rp21.919.770 Rp44.922.010
Sumber: Situs resmi Bank Syariah Mandiri Pada tahun 2013, pendapatan dari transaksi valuta asing pada Bank
SyariahMandiri meningkat sebesar 50, pada tahun 2014 terjadi penurunan sebesar 31, kemudian pada tahun 2015 kembali meningkat sebesar 104.
Data pendapatan dari transaksi valuta asing bank syariah mandiri diatas menunjukan bahwa tingkat pendapatan yang diterima dari jasa jual beli valuta asing
di BSM mengalami fluktuasi karena pendapatan BSM sebagian besar dipengaruhi oleh transaksi valuta asing. Oleh karena itu, pendapatan dari transaksi valuta asing
berpengaruh terhadap pendapatan Bank Syariah Mandiri. tingkat fluktuasi valuta asing akan terjadi dikarenakan kebutuhan barang dan jasa ekspor impor, selera
12
masyarakat serta faktor makro ekonomi lainnya yang berbeda-beda setiap periode. Kondisi ini berbanding terbalik dengan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
yang terus menurun, hal ini disebebkan oleh kinerja yang baik ditunjukan oleh BSM dalam melakukan heading dan dalam menyediakan jasa pemenuhan akan
kebutuhan masyarakat yang berhubungan dengan mata uang asing seperti pembelian bahan baku industridari luar negeri, ibadah haji dan umrah dan lain
sebagainya. Gabungan dari seluruh pembiayaan berdasarkan karakteristik dari komposisi
pembiayaan yang berbeda-beda dan faktor makro ekonomi yang ada membuat pendapatan yang diperoleh Bank Syariah Mandiri berbeda-beda, maka dari itu
peneliti tertarik untuk membuat penelitian mengenai
“PENGARUH KOMPOSISI PEMBIAYAAN
DAN FAKTOR
MAKRO EKONOMI
TERHADAP PENDAPATAN BANK SYARIAH
” Studi Empiris Pada Bank Syariah Mandiri Periode 2012 - 2015.