BAB VIII TANTANGAN DAN TUGAS GEREJA
sungguh diperlukan kesabaran yang tabah dan cinta kasih yang tulus, kalau benih-benih Sabda Injil dalam kebudayaan-kebudayaan yang lain mau dikenali dengan sungguh-sungguh dan kalau
diinginkan agar karya evangelisasi sungguh berhasil. Oleh karena itu, keberanian kenabian dan semangat merasul harus diiringi dengan kebijaksanaan dalam Roh Kudus.
22
8.2.5. Gereja di Asia menurut “Ecclesia in Asia”
Anjuran Apostolik Pasca Sinode “Ecclesia in Asia” New Delhi, 6 November 1999, sarat dengan tema-tema misiologis dan pastoral, tanpa melemahkan tema-tema dogmatik dan
teologisnya. Misalnya, tema-tema: pewartaan, evangelisasi, misi, communio, sharing, dialog, inkulturasi, kesaksian, pertobatan dan penanaman Gereja EA 23.
Anjuran ini membahas 7 tema pokok: 1 Konteks real Asia; 2 Yesus Kristus Juru Selamat; 3 Roh Kudus, Tuhan dan Pemberi Hidup; 4 Pewartaan mengenai Yesus di Asia dengan fokus pada
inkulturasi; 5 Komunio dan dialog dengan fokus pada dialog ekumenis dan dialog antar agama; 6 Pelayanan kemanusiaan; 7 Orang-orang Kristen menjadi saksi-saksi Injil.
Paus Yohanes Paulus II bersama para Bapa Sinode, mengundang semua orang Kristen di
benua ini untuk membangun suatu “komitmen baru” bagi misi Gereja dalam milenium ketiga ini EA 4. Tema tersebut tetap sejalan dengan Surat Apostolik Tertio Millennio Adveniente 1994
yang antara lain mencanangkan program menyambut milenum ketiga dengan tantangan-tantangan bagi evangelisasi baru EA 2. Kata kunci dalam seluruh Anjuran Apostolik ini adalah pewartaan
Yesus Kristus di Asia bdk. EN 27; RM 44 – kristosentris.
8.2.5.1. Ikhtisar isi “Ecclesia in Asia”
Pengantar 01. Keajaiban karya Allah di Asia
02. Latarbelakang sidang istimewa 03. Perayaan sidang istimewa
04. Sharing buah-buah dari sidang istimewa
Bab I: Konteks Asia 05. Asia, tempat kelahiran Yesus dan Gereja
06. Kenyataan-kenyataan religius dan kultural 07. Kenyataan-kenyataan ekonomi dan sosial
08. Kenyataan-kenyataan politis 09. Gereja di Asia: masa lampau dan sekarang
Bab II: Yesus Penyelamat, hadiah untuk Asia 10. Hadiah iman
11. Yesus Kristus, Manusia Allah yang menyelamatkan 12. Pribadi dan misi Anak Allah
13. Yesus Kristus, kebenaran kemanusiaan
22 Bdk. Dokpen KWI, Dokumen Sidang Federasi para Uskup Asia FABC, Gereja-gereja setempat di Asia dan tugas-tugas misi: inkulturasi, Mardi Yuwana, Bogor, 1995, hlm. 230.
188
BAB VIII TANTANGAN DAN TUGAS GEREJA
14. keunikan dan universalitas keselamatan dalam Yesus Bab III: Roh Kudus, Tuhan dan pemberi hidup
15. Roh Allah dalam ciptaan dan sejarah 16. Roh Kudus dan inkarnasi Sang Sabda
17. Roh Kudus dan Tubuh Kristus 18. Roh Kudus dan misi Gereja di Asia
Bab IV: Yesus Juru Selamat, mewartakan anugerah 19. Prioritas pewartaan
20. Mewartakan Yesus Kristus di Asia 21. Tantangan inkulturasi
22. Wilayah-wilayah kunci inkulturasi 23. Kehidupan kristiani sebagai pewartaan Injil
Bab V: Komunio dan dialog untuk misi 24. Komunio dan misi perutusan berjalan bersama
25. Komunio di dalam Gereja 26. Solidaritas antar Gereja
27. Gereja-gereja Katolik Timur 28. Sharing pengharapan dan penderitaan
29. Misi dialog 30. Dialog ekumenis
31. Dialog antar agama
Bab VI: Pelayanan kemanusiaan 32. Ajaran Sosial Gereja
33. Martabat pribadi manusia 34. Mendahulukan kasih orang miskin
35. Injil kehidupan 36. PerawatanReksa kesehatan
37. Pendidikan 38. Menciptakan perdamaian
39. Globalisasi 40. Utang luar negeri
41. Lingkungan hidup
Bab VII: Kesaksian-kesaksian Injil 42. Gereja yang bersaksi
43. Para Gembala 44. Hidup bakti dan tarekat-tarekat misioner
45. Kaum Awam 46. Keluarga
47. Kaum muda
189
BAB VIII TANTANGAN DAN TUGAS GEREJA
48. Komunikasi sosial 49. Para martir
Kesimpulan 51. Ucapan terima kasih dan dorongan untuk maju
51. Doa kepada Bunda Kristus
8.2.5.2. Beberapa Penekanan 1. Konteks Asia
Gereja Asia diajak untuk mencari kembali jati dirinya. Untuk maksud itu, dokumen ini pertama- tama bertolak dari konteks konkret Asia berteologi ‘dari bawah’. Dua hal pokok yang
dibicarakan atau didialogkan: 1 identitas Gereja; dan 2 konteks Asia. Identitas Gereja berarti ‘cara baru’ Gereja memahami dirinya dan melaksanakan misinya, yakni menggereja dan
memasyarakat dalam milenium ketiga ini. Cara baru ini ditentukan bukan hanya oleh doktrin- doktrin tradisional melainkan pertama-tama oleh ‘konteks Asia’ sendiri yang pada kenyataannya
merupakan suatu realitas yang kompleks menyangkut pluralitas dan diversitasnya bdk. EA 6-9. Paus Yohanes Paulus II mengapresiasi banyak nilai positif dalam kebudayaan-kebudayaan Asia, di
samping menunjukkan kenyataan yang sebaliknya kemiskinan, kekerasan, marginalisasi kelompok-kelompok tertentu dll.. Dalam kondisi seperti itu, pertanyaan mendasar adalah
bagaimana membangun Gereja yang kontekstual, Gereja yang berwajah Asia?
EA memberikan pengakuan publik akan perlunya dan keabsahan ‘ke-asia-an Gereja-gereja Asia’ the asianness of the churches of Asia. Artinya, nilai-nilai kultural dan religius Asia yang menjadi
ciri ‘jiwa Asia’ atau being Asian diakui sebagai absah dan perlu menjadi bagian integral dari Gereja. Lebih tegasnya, adalah kewajiban bagi ‘Gereja di Asia’ untuk menjadi ‘Gereja Asia’.
Anjuran Apostolik EA mencatat nilai-nilai positif Asia yang dimaksudkan itu, seperti “cinta keheningan dan kontemplasi, kesederhanaan, keselarasan, sikap ikhlas-rela, tanpa kekerasan,
semangat bekerja keras, tata-tertib, hidup yang subur, kehausan akan belajar dan penelitian falsafi” EA 6.
Akan tetapi, di banyak tempat di Asia, meskipun tidak di semua tempat, Gereja tetap saja dianggap asing EA 21 dan dalam pikiran orang-orang Asia, Gereja diasosiasikan dengan
kekuasaan-kekuasaan kolonial EA 9. Secara historis, Gereja mempunyai sejarah yang panjang – Gereja di Asia Barat dan Selatan misalnya, bisa ditelusuri sampai pada zaman para Rasul. Inilah
paradoks Gereja di Asia, juga paradoks sejarah: Yesus sebagai orang Asia EA 1 namun tetap kurang dikenal oleh orang-orang dari benua ini EAA 2, bahkan dianggap asing untuk Asia EA
20.
2. Yesus Kristus, Juru Selamat Dokumen menggarisbawahi pentingnya tugas pewartaan. Isi pewartaan itu sendiri adalah
mengenai Yesus Kristus, Juru Selamat. Dengan kata lain, Anjuran ini pada dasarnya berpusat pada “pewartaan mengenai Yesus Kristus di Asia dalam milenium ketiga”. Secara historis, Yesus
adalah orang Asia, namun Ia “sering dianggap seolah-olah asing bagi Asia. Nampak paradoks,
190
BAB VIII TANTANGAN DAN TUGAS GEREJA
bahwa kebanyakan orang Asia cenderung menganggap Yesus – padahal lahir di daerah Asia – seorang Barat lebih dari pada seorang tokoh Asia” EA 20. Mengapa? Yohanes Paulus II
menegaskan: karena Yesus memang tidak pernah diwartakan secara tepat.
Cara dan metode bagaimanakah yang tepat? Dalam EA 4, Bapa Suci Yohanes Paulus II memberikan apresiasi yang tinggi terhadap tradisi-tradisi religius dan peradaban kuno, filsafat-
filsafat dan kebijaksanaan Asia yang telah membentuk Asia seperti dewasa ini dan dalam tradisi besar inilah Gereja harus mewartakan Yesus secara baru dan benar. Dengan kata lain, inilah
persoalan inkulturasi, artinya “menggunakan gambaran-gambaran tentang Yesus, yang kiranya dapat dimengerti bagi cita rasa dan kebudayaan-kebudayaan Asia, sekaligus juga tetap setia
terhadap Kitab Suci dan Tradisi” EA 20
3. Kehadiran dan Karya Roh Kudus Paus menggarisbawahi juga kehadiran dan karya Roh Kudus di luar batas-batas Gereja yang
kelihatan. Tema ini sejalan dengan Konsili Vatikan II yang menyatakan bahwa Gereja menghormati nilai-nilai baik, suci dan luhur dalam kebudayaan dan agama-agama lain yang pasti
menunjuk kepada kebenaran yang sejati itu bdk. NA 2. Seluruh bab III dari Anjuran Apostolik ini dipersembahkan untuk membahas peran Roh Kudus dalam penciptaan, penebusan dunia dan
misi Gereja bdk. RM bab III. Roh Kuduslah pelaku utama dialog antara Gereja dengan orang- orang, kebudayaan-kebudayaan dan agama-agama Asia EA 15, Dia pelaku utama inkulturasi EA
17, 20 dan Dia pulalah pelaku tugas pewartaan yang diemban oleh Gereja EA 17, 43.
4. Tema Kerajaan Allah Titik pusat kehidupan kristiani bukanlah Gereja eklesiosentris, melainkan Kerajaan Allah
regnosentris. Misi Gereja bukanlah plantatio ecclesiae, melainkan menjadikan dirinya sebagai tanda dan sarana yang efektif untuk menegakkan Kerajaan Allah – Kerajaan keadilan,
perdamaian dan kasih – di tengah struktur masyarakat yang dirasuki oleh dosa – mentalitas materialistis, konsumeristis, hedonistis, persaingan yang keras, keserakahan dan cinta diri dalam
banyak bidang sebagai dampak negatif era globalisasi ini. Sebagai benih Kerajaan, Gereja sendiri mendapat tugas untuk menjadi saksi Injil yang mengabdi kepada Kristus dan
memperjuangkan keselamatan dunia EA 17.
8.2.5.3. Cara Baru Menggereja – Memasyarakat di Asia
Ditinjau dari perspektif eklesiologis misioner ada beberapa pokok pikiran mendasar dari Anjuran Apostolik ini tentang cara baru “menggereja dan memasyarakat” di Asia.
1. Sumber dan Tujuan Misi Gereja Sumber dan tujuan misi Gereja adalah Allah Tritunggal EA 12; bdk. AG 2-4. Misi Yesus Kristus
adalah mengungkapkan dan memenuhi rencana Bapa untuk menyelamatkan dunia dan seluruh umat manusia. Dalam pembicaraan tentang Trinitas, Paus Yohanes Paulus II mengutip atau
menunjuk kepada ketiga Ensikliknya terdahulu: Redemptor Hominis 1979, Dives in Misericordia 1980 dan Dominum et Vivificantem 1986.
191
BAB VIII TANTANGAN DAN TUGAS GEREJA
“Itu semua menunjukkan bagaimana misi Yesus untuk menyelamatkan umat manusia membawa meterai yang sungguh jelas, menunjukkan kehadiran Roh: hidup, hidup yang baru. Di antara
perutusan Putera dari Bapa dan perutusan Roh dari Bapa beserta Putera, ada kaitan yang dekat dan vital. Tindakan Roh dalam penciptaan dan sejarah manusiawi beroleh makna yang sama
sekali baru dalam tindakanNya pada hidup dan misi Yesus. ‘Benih-benih Sabda’, yang ditaburkan oleh Roh menyiapkan seluruh alam tercipta, sejarah dan manusia bagi kematangan yang
sepenuhnya dalam Kristus” EA 16.
Dengan kata lain, sumber misi Gereja adalah ‘dari atas’ dan bukan ‘dari bawah’, sebab Gereja sendiri adalah umat Allah yang dikumpulkan dalam satu kesatuan oleh Bapa lewat perutusan
Putera dan Roh Kudus EA 24; bdk. LG 9. Gereja berakar pada pengalaman akan Allah EA 23. Misi Gereja memancar dari sumber Trinitaris ini dan terarah kembali ke communio intim dan di
dalam Trinitas EA 12. Selanjutnya, sumber misi ini mengandung arah yang jelas. Arah dan tujuan misi Gereja – sebagaimana juga misi Yesus Kristus – adalah untuk membaharui
persekutuan restoration of communion itu sendiri, baik persekutuan vertikal dengan Allah maupun persekutuan horisontal dengan sesama.
23
2. Communio misi baru ad intra a. Gereja adalah suatu persekutuanpaguyuban communio. Gereja, baik dalam tingkat
lokal maupun dalam universal adalah pertama-tama ‘a communion of communities’ EA 25 di mana kaum awam, biarawan-biarawati dan klerus saling mengakui dan menerima sebagai
saudara-saudari satu sama lain dengan cita rasa persekutuan sejati. Nilai-niai yang penting dalam paguyuban koinonia ini adalah:
- pengalaman communio dengan Allah dan dengan umat manusia EA 24; cita rasa ini
terutama nyata dalam Ekaristi; - pengakuan kesamaan fundamental semua anggota Gereja sebagai murid-murid Yesus, baik
dalam tingkat Gereja lokal maupun Gereja universal EA 25; - solidaritas antar Gereja EA 26.
b. Semua pelayanan dalam Gereja pada hakekatnya merupakan partisipasi dan kolaborasi.