buaya, oleh sebab itu mereka hanya dapat bertahan hidup apabila habitat mereka di atau dekat dengan sungai, muara, danau, laut, dan rawa Dennard 2004.
Morgan 2007 menyatakan bahwa buaya muara dewasa melakukan komunikasi dengan sesamanya mereka mengeluarkan banyak suara. Suara-suara
ini biasanya berupa suara seperti mendengkur, menggeram, batuk dan melenguh. Sedangkan untuk buaya yang baru menetas akan mengeluarkan suara berupa
ciatan untuk memanggil induknya. Suara ini dihasilkan dengan cara menggembungkan kantung di bawah tenggorokannya.
Buaya muara hidupnya terutama pada daerah muara sungai. Hampir semua buaya senang berjemur pada pagi hari, dan menyelam atau menyeburkan diri jika
ada suara yang tidak bersahabat. Ada catatan bahwa jenis ini kadang-kadang dijumpai di laut lepas Iskandar 2009.
Buaya muara dalam ekosistem berperan sebagai predator atau sebagai pemangsa satwa yang lebih kecil sehingga tidak menimbulkan populasi yang
berlebihan terhadap satu jenis satwa. Akan tetapi keberadaan buaya muara ini terancam punah yang diakibatkan oleh adanya kerusakan habitat, berkurangnya
habitat dan perburuan secara liar Ariantiningsih 2008.
2.1.2 Pakan buaya muara
Park and Wildlife Service of the Northern Territory 2010 menyatakan bahwa mangsa utama buaya muda berupa serangga, amfibi, binatang berkulit
keras, binatang melata kecil dan ikan, sedangkan untuk buaya dewasa memangsa binatang-binatang yang ukurannya lebih besar sebagai makanannya seperti kerbau
liar, binatang ternak dan monyet. REI 2008 menyatakan bahwa, ketika masih muda buaya muara makan cacing, kumbang, ketam, dan amfibia, setelah
mencapai ukuran yang lebih besar buaya makan ikan dan unggas air, dan bila sudah dewasa mereka makan mamalia berukuran sedang. Ada juga yang menyeret
mangsanya ke dalam gua di tebing sungai dan membiarkannya sedikit membusuk sebelum bangkainya dimakan.
2.1.3 Penyebaran buaya muara
Britton 2003 menyatakan bahwa, buaya muara tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia terutama aliran-aliran sungai hingga di muara sungai yang
mendekati lautan seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Irian Jaya. Buaya muara juga terdapat di Australia Utara, Bangladesh, Brunei, Myanmar, Kamboja,
Cina, India, Kepulauan Solomon, Kepulauan Fiji, Malaysia, Pulau Caroline, Papua New Guinea, Philipina, Singapura, Srilanka, Thailand dan Vietnam.
Sedangkan di Indonesia menurut REI 2008 penyebaran buaya muara dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia, seperti sungai-sungai dan di laut dekat
muara.
2.1.4 Habitat buaya muara
Majid 2009 menyatakan bahwa habitat sarang buaya muara banyak berada di dekat kolam air sehingga mempermudah induk buaya muara untuk
menjaganya. Buaya muara dalam ekosistem berperan sebagai predator atau sebagai pemangsa satwa yang lebih kecil sehingga tidak menimbulkan populasi
yang berlebihan terhadap satu jenis satwa. Akan tetapi keberadaan buaya muara ini terancam punah yang diakibatkan oleh adanya kerusakan habitat,
berkurangnya habitat dan perburuan secara liar Ariantiningsih 2008.
2.1.5 Perkembangan dan pertumbuhan buaya muara
Pada buaya jantan pertumbuhannya lebih cepat dari pada buaya betina, sedangkan untuk pertumbuhan seksual keduanya lebih cepat pada musim hujan
daripada musim panas. Pada jantan mengalami kematangan seksual sekitar umur 17 tahun dan panjang sekitar 3,3 m, pada betina mengalami kematangan seksual
sekitar umur 12 tahun dan panjang sekitar 2,3 m MEM 2009. Tingkat kematian buaya muara sangat tinggi dari telur sampai umur dewasa di habitat aslinya, rata-
rata telur yang menetas sekitar 25 dari jumlah telur yang ada, penyebabnya karena faktor tanah yang tidak sesuai, perubahan suhu dan iklim, juga karena
dimakan predator lain dan diburu oleh manusia.
2.2 Penangkaran