Sehingga dengan rahang yang sangat kuat ditunjang dengan deretan gigi yang menyerupai gergaji, maka jarang ada mangsa yang dapat lolos dari gigitannya
Iskandar 2009.
5.2.3 Kandungan gizi pakan
Penangkaran Taman Buaya Indonesia Jaya menambahkan vitamin pada pakan buaya hal ini dimaksudkan untuk menambah nafsu makan, mengurangi
stres dan menjaga ketahanan tubuhnya dari serangan berbagai penyakit. Buaya yang terdapat di penangkaran akan tumbuh lebih cepat apabila pakan yang
diberikan memperhatikan gizi yang baik. Kondisi ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bolton 1981 bahwa dengan sistem pemeliharaan yang baik dan
pemberian makanan yang lengkap dalam jumlah maupun mutunya maka pertumbuhan buaya untuk mencapai ukuran potongan ekonomis dapat dicapai
dalam waktu yang relatif lebih cepat. Kandungan gizi pakan buaya di penangkaran Taman Buaya Indonesia Jaya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Kandungan gizi pakan buaya muara di penangkaran Taman Buaya Indonesia Jaya
No Jenis pakan
Kandungan gizi 1.
Daging sapi Protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, air
1
2. Ayam
Protein, kalori, lemak, kolesterol, riboflavin, asam nicotenat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A dan B.
2
3. Bebek
Protein, lemak, vitamin, rivboflavin, mineral, niacin, tiamin
3
4. Ikan
Kalori, protein, lemak, kaslium, fosfor, zat besi, air
4
Sumber :
1
Petra 2006;
2
, Petra 2006;
3
Guntoro 2012;
4
Kholisoh 2000.
5.3 Penyakit dan Perawatan Kesehatan
Secara umum buaya adalah jenis satwa reptil yang kebal terhadap serangan penyakit. Namun karena berbagai macam kondisi kesehatan buaya
muara dapat terganggu apabila kondisi kolam dalam kandang kotor, sisa-sisa makanan dan pengaruh cuaca yang ekstrim. Jenis penyakit, gejala dan pengobatan
penyakit yang menyerang buaya muara di penangkaran Taman Buaya Indonesia Jaya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Jenis Penyakit, gejala dan pengobatan buaya muara di Taman Buaya Indonesia Jaya
No. Jenis Penyakit
Gejala Pengobatan
1. Jamur kulit
Bercak putih seperti panu Belum ada upaya pengobatan
2. Cacat tubuh
Ekor buntung pada anakan dan indukan buaya muara
Tidak dilakukan pengobatan 3.
Stres Sering menyendiri dan tidak
aktif bergerak Pemberian vitamin noptressa
4. Luka-luka
Luka pada bagian tubuh buaya muara
Pemberian obat merah atau betadine antiseptik
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola penangkaran. Uraian jenis penyakit buaya muara sebagai berikut :
1. Jamur kulit White spot
Jamur kulit merupakan penyakit yang menular. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada kulit buaya sehingga dapat menurunkan nilai
ekonomikomersial produk buaya. Biasanya jamur kulit ini disebabkan oleh air kolam yang kotor dan kurang bersihnya saat pembersihan kandang, pakan yang
mengandung banyak lemak Gambar 13. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ratnani 2007 jamur kulit adalah penyakit kulit yang penularannya melalui air
yang kotor atau kurang bersih pada waktu pembersihan kandang, pakan yang kurang, hingga rendahnya temperatur air yang biasanya dibawah 24°C. Menurut
Permatasari 2002 pencegahan jamur kulit dilakukan dengan memberikan potassium permanganate pada air kolam dan pemberian copper sulphate dalam air
untuk mengangkut fungi pada dasar kolam sebelum diberikan air baru, sedangkan pengobatannya dilakukan dengan pemberian spectrum luas sebagai bakterisidal
dan fungisidal. Dari hasil wawancara dengan petugas penangkaran, bahwa Animal Keeper belum mengetahui cara pengobatan buaya yang terserang penyakit.
Gambar 13 Buaya muara terkena jamur kulitpanu.
2. Cacat tubuh
Cacat tubuh ditandai oleh bagian tubuh tertentu yag terlihat tidak normal dan bersifat permanen. Cacat tubuh pada buaya diakibatkan oleh cacat bawaan
dan cacat karena perkelahian sesama buaya dalam kandang. Cacat tubuh buaya yang terdapat di penangkaran ini merupakan cacat bawaan seperti tidak ada
ekornya atau yang biasa disebut dengan buaya buntung Gambar 10. Cacat tubuh pada buaya merupakan penyakit yang tidak menular sehingga tidak perlu
diadakan pengobatan. Pencegahan dilakukan dengan cara penanganan yang baik terhadap telur-telur selama penetasan, menyediakan ruang gerak yang luas agar
tidak terjadi perkelahian dan selalu waspada terhadap serangan buaya yang lain.
Gambar 14 Cacat ekor ekor buntung pada buaya muara. 3.
Stres Menurut Ratnani 2007 stres diakibatkan oleh jumlah populasi buaya
dalam kandang yang sangat banyak, adanya keramaian, perebutan wilayah, perebutan makanan, perebutan pasangan. Apabila buaya mengalami stres yang
tinggi dapat menyebabkan kematian. Buaya yang sedang mengalami stres biasanya tidak aktif bergerak dan cenderung selalu menyendiri Gambar 15. Cara
pencegahan yang dilakukan dengan tidak menempatkan buaya ke dalam kandang yang penuh dengan buaya dan diberikan vitamin anti stres yaitu noptressa yang
dicampur dengan pakan dengan dosis 1 gram : 1 kg pakan.
Gambar 15 Buaya muara menyendiri dan tidak aktif bergerak.
4. Luka-luka
Pada penangkaran ini sering dijumpai buaya yang mengalami luka-luka. Luka-luka tersebut diakibatkan adanya perkelahian sesama buaya dalam kandang
dalam hal memperebutkan makanan. Luka yang dialami akan meninggalkan bekas pada tubuh buaya sehingga dapat menurunkan kualitas kulit dan pada akhirnya
nilai jual menjadi rendah. Di penangkaran ini buaya muara yang luka-luka diberikan dengan obat antiseptik atau obat merah agar tidak terjadi infeksi dan
jika luka yang dialami berukuran besar maka petugas penangkaran akan menjahit luka tersebut. Luka pada tubuh buaya muara dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Buaya muara yang terluka akibat perkelahian. Buaya muara yang sakit memiliki tanda-tanda khusus seperti menyendiri
dari kelompoknya, lemas, tidak nafsu makan, kotorannya berubah, muntah, batuk, suaranya terengah-engah dan pembengkakan pada tubuh dan kaki. Berdasarkan
tanda-tanda di atas, sebaiknya petugas Animal keeper di penangkaran harus peka terhadap perubahan yang terjadi pada setiap perilaku dan keadaan tubuh buaya
muara. Petugas juga harus berkonsultasi dengan dokter hewan yang ahli dalam
penyakit buaya, sehingga buaya yang terserang penyakit dapat di diagnosa dengan cepat dan ditangani dengan cepat Environmental Protection Agency 2009.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan dengan pengelola penangkaran menunjukkan bahwa belum adanya upaya
pengobatan medis untuk mengobati penyakit yang diderita oleh buaya muara di penangkaran Taman Buaya Indonesia Jaya ini, karena kurangnya pengetahuan
pengelola terhadap jenis penyakit buaya dan cara pengobatannya selain itu juga keterbatasan dana yang merupakan hambatan untuk memeriksakan buaya yang
sakit pada dokter hewan. Mengingat kebebasan dari rasa sakit, luka dan penyakit merupakan salah satu dari prinsip kesejahteraan satwa maka permasalahan ini
dapat dicegah dengan melakukan pembersihan kandang secara rutin baik di dalam kandang dan di luar kandang, mengatur sanitasi kandang yang baik untuk
mencegah berkembangbiaknya bibit penyakit, memberikan ruang yang cukup agar buaya dalam kandang tidak berkelahi dan segera melakukan perawatan kesehatan
dari dokter hewan untuk perawatan dan pengobatan penyakit.
5.4 Pengelolaan Reproduksi