Status Perlindungan Buaya Muara Kesejahteraan Satwa Animal Welfare

2.3 Status Perlindungan Buaya Muara

Jenis satwa yang masuk ke dalam Appendix I merupakan jenis yang terancam punah akibat adanya perburuan dan perdagangan. Diantara jenis satwa yang termasuk ke dalam Appendix I antara lain kera tidak berekor, kukang, panda, cetah, macan tutul dan harimau. Appendix II merupakan jenis yang dalam keadaan tidak terancam punah akan tetapi jika tidak dilakukan pemantauan atau monitoring maka jenis yang masuk ke dalam Appendix II ini akan terancam punah, contohnya buaya muara. Appendix III merupakan jenis yang diidentifikasi untuk membuat peraturan dan bertujuan untuk mencegah atau membatasi pemanfaatan jenis yang disesuaikan dengan negara masing-masing. Buaya muara dimasukkan dalam daftar Appendix II CITES Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora sebagai satwa yang hanya boleh diperdagangkan dari hasil penangkaran dan dalam jumlah terbatas Setiadi 2011.

2.4 Kesejahteraan Satwa Animal Welfare

Kesejahteraan satwa yaitu hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, kemakmuran. Kesejahteraan memiliki banyak aspek yang berbeda dan tidak ada ungkapan sederhana, permasalahannya sangat banyak dan beragam. Animal Welfare pada kualitas hidup satwa, kondisi satwa, dan perawatan atau perlakuan terhadap satwa Dallas 2006. Appleby dan Hughes 1997 menyatakan masalah kesejahteraan itu bermacam-macam, karena kesejahteraan bukan suatu yang sederhana dari yang baik sampai yang buruk, menyangkut banyak aspek yang berbeda. Satu kesimpulan dari perbedaan aspek-aspek tersebut yaitu kebebasan The Five Freedoms, Farm Animal Welfare Council 1992 diacu dalam Appleby dan Hughes 1997 menyatakan bahwa idealnya satwa harus 1 bebas dari rasa lapar dan haus, 2 bebas dari rasa tidak nyaman, 3 bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, 4 bebas untuk menampilkan perilaku alami, dan 5 bebas dari rasa takut dan tekanan. Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan satwa terdiri dari dua, yaitu mengusahakan satwa hidup sealami mungkin atau membiarkan satwa hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya Moss, 1992. Di Indonesia kesejahteraan satwa diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada pasal 1 dinyatakan bahwa yang dimaksud kesejahteraan satwa adalah usaha manusia memelihara hewan, yang meliputi pemeliharaan lestari hidupnya hewan dengan pemeliharaan dan perlindungan yang wajar.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di penangkaran buaya Taman Buaya Indonesia Jaya yang terletak di Desa Suka Ragam Kecamatan Serang, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat Gambar 3. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai Oktober 2012. Taman Buaya Indonesia Jaya ini memiliki areal seluas 1,5 hektar. Gambar 3. Peta Lokasi Bekasi, Jawa Barat.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah kamera digital, alat tulis, tallysheet, panduan wawancara, meteran, kertas lakmus dan termometer dry-wet. Bahan atau obyek yang digunakan untuk penelitian ini adalah buaya muara Crocodylus porosus.

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian mencakup dua kategori yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan dari narasumber asli pihak pertama. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga hanya tinggal mencari, mengumpulkan dan dipergunakan