Methyl Ester Olein Sulfonic Acid MESA
Gambar 7. Struktur kimia MESA dari metil ester olein dominan C
16
Proses sulfonasi menghasilkan produk turunan yang terbentuk melalui reaksi kelompok sulfat dengan minyak, asam lemak fatty acid, ester, dan alkohol
lemak fatty alcohol. Jenis minyak yang biasanya disulfonasi adalah minyak yang mengandung ikatan rangkap ataupun grup hidroksil pada molekulnya. Bahan
baku minyak yang digunakan pada industri adalah minyak berwujud cair yang kaya akan ikatan rangkap Bernardini 1983. Distribusi asam lemak yang
beragam dan tingginya komponen asam lemak tidak jenuh, yaitu oleat sekitar 25,19, menyebabkan tingginya peluang SO
3
melekat pada ikatan rangkap ME. Berger 2009 menyebutkan surfaktan yang paling sesuai untuk aplikasi EOR
adalah surfaktan anionik yang diturunkan dari asam lemak tidak jenuh, karena efektif dalam menurunkan tegangan antarmuka dan tahan terhadap suhu dan
salinitas tinggi serta mempunyai kemampuan adsorpsi yang tinggi pada batuan reservoir.
Proses sulfonasi dapat dilakukan dengan mereaksikan asam sulfat, sulfit, NaHSO
3
, atau gas SO
3
dengan ester asam lemak Bernardini, 1983; Watkins 2001. Reaksi sulfonasi menggunakan gas SO
3
merupakan reaksi yang paling efektif dibandingkan dengan menggunakan reagen sulfonasi lainnya. Metode
sulfonasi dengan menggunakan SO
3
merupakan proses yang sedang menjadi fokus perhatian saat ini. Hal ini disebabkan karena penggunaan SO
3
sebagai agen sulfonasi menghasilkakn reaksi sulfonasi yang zero waste. Gas SO
3
yang dimasukkan ke dalam sistem reaksi akan bergabung dengan molekul alkil ester
menjadi alkil ester sufonat, sedangkan sisa gas SO
3
yang tidak bergabung akan dikembalikan lagi ke dalam sistem reaksi melalui mekanisme loop Foster 1996.
Reaksi sulfonasi untuk pembuatan MES dapat dilihat pada Gambar 8. O
Metil ester sulfonat
SO
2
O
Sulfur trioksida Metil ester
OCH
3
R
n-
SO
3
R
n
C C
C OCH
+
Gambar 8. Reaksi sulfonasi untuk pembuatan MES Watkins 2001 Reaksi sulfonasi molekul asam lemak dapat terjadi pada tiga sisi yaitu 1
gugus karboksil; 2 bagian α-atom karbon; 3 rantai tidak jenuh ikatan rangkap Gambar 9.
Gambar 9. Kemungkinan terikatnya pereaksi kimia dalam proses sulfonasi Jungermann 1979
Menurut Stein dan Bumann 1975, suhu dan rasio mol reaktan merupakan faktor penting dalam proses sulfonasi dimana peningkatan suhu dapat
mempercepat laju reaksi dengan meningkatkan jumlah fraksi molekul yang mencapai energi aktivasi, sementara rasio mol reaktan harus dikendalikan dalam
proses sulfonasi karena kelebihan reaktan SO
3
akan menyebabkan pembentukan produk samping.
Kajian sulfonasi minyak nabati untuk menghasilkan surfaktan MES telah di lakukan oleh beberapa peneliti. Pore 1976 melakukan reaksi
sulfonasi alkil α- sulfopalmitat dengan menggunakan natrium bisulfit pada suhu antara 60 – 100
o
C dengan waktu reaksi 3 sampai 6 jam tanpa pemurnian menghasilkan tegangan
permukaan 40,2 mNm dan 9,7 mNm. Sheats dan MacArthur 2002 mengkaji pengaruh suhu dan rasio mol
reaktan dalam proses sulfonasi untuk menghasilkan MES dengan mereaksikan gas SO
3
dan metil ester dalam tubullar falling film reactor pada perbandingan reaktan gas SO
3
dan metil ester 1,2:1 hingga 1,3:1 pada suhu 50 – 60
o
C. Proses sulfonasi menggunakan Falling Film Reactor FFR dengan laju sekitar 0,1 kg mol per jam.
Suhu masuk gas SO
3
ke dalam reaktor adalah 42
o
C dan suhu masuk untuk metil ester sekitar 40 – 56
o
C.
Baker 1993 melakukan proses sulfonasi dengan mereaksikan alkil ester dan gas SO
3
dalam falling film reactor, dengan perbandingan reaktan antara SO
3
dan alkil ester yaitu 1,1:1 hingga 1,4:1, pada suhu 75 – 79
o
C selama 20 – 90 menit.
Smith dan Stirton 1967 mensulfonasi metil, etil dan isopropil ester asam palmitat dan stearat secara langsung melalui penambahan SO
3
cair pada rasio molar 2,4 : 1 pada suhu 60
o
C dan mereesterifikasi menggunakan metil, etil atau isopropil alkohol sebelum netralisai untuk meningkatkan rendemen alpha sulfo
fatty acid hingga 70 – 80 dan menurunkan produk samping disodium sulfofatty acid disalt. Sulfonasi ester dimulai dengan pembentukan komplek SO
3
dengan eter. Pembentukan komplek ini mengaktifkan atom H pada posisi alpha. Kondisi
sulfonasi terbaik untuk menghasilkan produk sulfonat menggunakan bahan baku metil stearat yaitu pelarut CCL
4
1 g, suhu sulfonasi 60
o
C, selama 1 jam dan meresterifikasi menggunakan 40 ml alkohol selama 4 jam produk yang dihasilkan
terdiri dari 90 sodium alpha sulfonat dan 1 garam disodium. Mujdalipah 2010 melakukan kajian terhadap proses produksi Methyl Ester
Sulfonic Acid dari metil ester olein dengan kodisi proses sulfonasi terbaik menggunakan STFR slaka 5 L pada suhu proses sulfonasi 90
o
C dan lama proses sulfonasi 90 menit. Kondisi ini menhasilkan MESA yang memiliki karakteristik
kadar air 0,49, pH 2,66, bilangan asam 24,88 ml NaOHg sampel, kadar bahan aktif 31,44, dan bilangan iod 11,95 mg I g sampel. MESA yang dihasilkan
memiliki kinerja menurunkan tegangan permukaan air dari 65,22 dynecm menjadi 37,08 dynecm serta menurunkan IFT antara minyak dan air formasi dari
30 dynecm menjadi 2,99 dynecm atau menurunkan IFT air – minyak sebesar 90,03.
Susi 2010 melakukan kajian terhadap proses aging pasca sulfonasi metil ester olein sawit menggunakan Singletube Falling Film Reactor STFR dan
pengaruhnya terhadap karakteristik MESA dengan kondisi proses sulfonasi terbaik yaitu kontak gas SO
3
dan metil ester olein dilakukan pada laju alir 50 mlmenit suhu input 100⁰ C, MESA diakumulasikan pada proses sulfonasi 2-3
jam serta suhu aging 80⁰ C selama 60 menit. Kondisi proses ini menghasilkan MESA yang memiliki karakteristik bahan aktif 23,04, viskositas 96,5 cP, pH
0,76, bilangan iod 21,09 mg Ig sampel, bilangan asam 14,02 mg KOHg, warna Klett 630, emulsi 85,45 dan stabil selama 10,53 menit.
Proses sulfonasi akan menghasilkan produk berwarna gelap, sehingga dibutuhkan proses pemurnian, meliputi pemucatan dan netralisasi Watkins 2001.
Oleh karena itu diperlukan tahap pemurnian. Pemurnian bertujuan untuk mengurangi warna gelap akibat terbentuknya komponen warna dan menghasilkan
MES yang memiliki daya kinerja yang lebih baik. Sherry et al. 1995 melakukan proses pemurnian palm C
16 – 18
kalium metil ester sulfonat KMES yang diteliti tanpa proses pemucatan. Pemurnian produk dilakukan dengan mencampurkan
ester sulfonat dengan 10 – 15 persen metanol di dalam digester dan dilanjutkan dengan proses netralisani berupa penambahan 50 KOH.
Menurut Matheson 1996, MES memperlihatkan karakteristik dispersi yang baik, sifat deterjensi yang baik terutama pada air dengan tingkat kesadahan yang
tinggi hard water, ester asam lemak C
14
, C
16
dan C
18
memberikan tingkat deterjensi terbaik, serta bersifat mudah didegradasi good biodegradability.
Dibandingkan petroleum sulfonat, surfaktan MES menunjukkan beberapa kelebihan diantaranya yaitu pada konsentrasi MES yang lebih rendah daya
deterjensinya sama dengan petroleum sulfonat, dapat mempertahankan aktivitas enzim yang lebih baik, toleransi yang lebih baik terhadap keberadaan kalsium dan
kandungan garam di-salt lebih rendah. Karakteristik MES dari berbagai bahan baku dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Karakteristik surfaktan metil ester sulfonat MES Karakteristik
Metil Ester C
12
– C
14
C
16
C
18
Lemak Tallow
Rendemen MES bb 70,7
80,3 78,4
77,9 Disodium karboksi sulfonat di-salt bb
2,1 5,5
4,8 4,74,7
Metanol bb 0,46
0,18 0,23
0,22 Hidrogen peroksida bb
0,10 0,04
0,02 0,02
Air bb 14,0
0,7 1,8
1,6 Petroleum ether extractables PEX
bb 2,6
3,2 3,9
2,8 Sodium karboksilat bb
0,16 0,29
0,29 0,29
Sodium sulfat bb 1,99
2,07 2,83
2,85 Sodium metil sulfat
8,0 7,7
7,8 9,5
pH 5,0
5,6 5,6
4,3
Klett color 5 aktif 11
35 79
168 Sumber: MacArthur et al. 2002