v = 3u v = 3u v = 3v Ekuivalensi Bentuk Kuadrat

12 4  x Jadi, solusi umumnya adalah t s x    1 , s x  2 , t x   3 , 4  x , t x  5 Perhatikan bahwa solusi trivial diperoleh bila   t s .

2.3 Ruang Vektor dengan Ruang Hasil Kali Dalam

Definisi 2.3.1 Hasil kali dalam inner product pada sebuah ruang vektor real V adalah sebuah fungsi yang mengasosiasikan sebuah bilangan real u,v dengan sepasang vektor u dan v di dalam V sedemikan hingga aksioma-aksioma berikut ini terpenuhi bagi semua vektor u, v dan w di dalam V dan semua bilangan skalar k . i.

u, v = v, u

Aksioma kesimetrian ii. u + v, w = u, w + v, w Aksioma penjumlahan iii. ku, v = k u, v Aksioma homogenitas iv.

v, v ≥ 0

Aksioma positivitas dan v, v = 0 jika dan hanya jika .  v  Sebuah ruang vektor real yang memiliki sebuah hasil kali dalam disebut ruang hasil kali dalam real real inner product space. Definisi 2.3.2 Jika V adalah sebuah ruang hasil kali dalam, maka norma norm atau panjang length sebuah vektor u di dalam V dinotasikan dengan ||u|| dan didefinisikan sebagai ||u|| = u, u 12 Jarak distance antara dua buah titik vektor u dan v dinotasikan dengan du, v dan didefinisikan sebagai du, v = || u - v || Contoh 2.5 Misalkan u = u 1 , u 2 dan v = v 1 , v 2 adalah vektor-vektor pada 2 R . Hasil kali dalam Euclidean berbobot

u, v = 3u

1 v 1 + 2u 2 v 2 memenuhi keempat aksioma hasil kali dalam. 13 i. Aksioma kesimetrian;

u, v = 3u

1 v 1 + 2u 2 v 2 = 3v 1 u 1 + 2v 2 u 2 = v, u yang membuktikan terpenuhinya aksioma pertama. ii. Aksioma penjumlahan; Jika w = w 1 , w 2 , maka u +v, w = 3u 1 + v 1 w 1 + 2u 2 + v 2 w 2 = 3u 1 w 1 + 2u 2 w 2 + 3v 1 w 1 + 2v 2 w 2 = u, w + v, w yang membuktikan terpenuhinya aksioma kedua. iii. Aksioma homogenitas; Selanjutnya, ku, v = 3ku 1 v 1 + 2ku 2 v 2 = k3u 1 v 1 + 2u 2 v 2 = k u, v yang membuktikan terpenuhinya aksioma ketiga. iv. Aksioma positivitas; Akhirnya,

v, v = 3v

1 v 1 + 2v 2 v 2 = 3v 1 2 + 2v 2 2 Jelaslah, v, v = 3v 1 2 + 2v 2 2 ≥ 0. Lebih jauh lagi, v, v = 3v 1 2 + 2v 2 2 = 0 jika dan hanya jika v 1 = v 2 . Dengan demikian, semua aksioma memenuhi syarat.

2.4 Basis Ortonormal dan Matriks Ortogonal

2.4.1 Basis Ortonormal

Definisi 2.4.1 Himpunan S = {u 1 , u 2 , ..., u k } pada n R adalah himpunan ortogonal jika u i, u j = 0, untuk setiap j i  . Definisi 2.4.2 Himpunan S = {u 1 , u 2 , ..., u k } pada n R adalah ortonormal jika : i. S adalah ortogonal ii. Setiap vektor dalam S adalah vektor satuan, yaitu ||u i || = 1, untuk setiap i . 14 Contoh 2.6 Himpunan S = {u 1 , u 2 }, dengan u 1 = [0, 1, 0] dan u 2 = [1, 0, 1] adalah ortogonal, karena : u 1 , u 2 = 01 + 10 + 01 = 0 Karena ||u 1 || = 1 dan ||u 2 || = 2 maka S bukan himpunan ortonormal. Dengan menormalisasikan masing-masing vektor dari S , diperoleh : v 1 = u 1 || u 1 || = 1[0, 1, 0] = [0, 1, 0], v 2 = u 2 || u 2 || = 2 1 [1, 0, 1] =     2 1 , , 2 1 {v 1 , v 2 }adalah himpunan yang ortonormal, karena : i. u 1 , u 2 2 1 . . 1 2 1 .     ii. ||v 1 || = 1 dan ||v 2 || = 1 Teorema 2.4.1 Jika S = {v 1 , v 2 , ..., v n } adalah suatu himpunan ortogonal vektor- vektor taknol pada sebuah ruang hasil kali dalam, maka S bebas linier. Bukti. Asumsikan bahwa k 1 v 1 + k 2 v 2 +...+ k n v n = 0 Akan ditunjukkan bahwa S = {v 1 , v 2 , ..., v n } adalah bebas linier, yakni dengan membuktikan ... 2 1     n k k k . Untuk setiap v i dalam S, berdasarkan asumsi diperoleh k 1 v 1 + k 2 v 2 +...+ k n v n , v i = 0, v i = 0 atau secara ekuivalen k 1 v 1 ,v i + k 2 v 2 ,v i +...+ k n v n ,v i = 0 Dari ortogonalitas S kita memperoleh v j ,v i = 0 untuk i j  , sehingga persamaan ini dapat disederhanakan menjadi k i v i ,v i ,  i i i v v k   Karena vektor-vektor di dalam S diasumsikan sebagai vektor-vektor taknol v i ,v i ≠ 0 berdasarkan aksioma positivitas untuk hasil kali dalam. Dengan demikian,  i k . Karena indeks i adalah sebarang, kita memperoleh ... 2 1     n k k k yang mengakibatkan S bebas linier. 15 Teorema 2.4.2 Misalkan {v 1 , v 2 ,..., v n } adalah basis ortonormal pada n R dan misal u sembarang vektor pada n R maka memenuhi : u = u,v 1 v 1 + u,v 2 v 2 +...+ u,v n v n dengan u,v 1 adalah koefisien dari v i . Bukti. Misalkan S = {v 1 , v 2 ,..., v n } adalah basis ortonormal pada n R dan misal u sembarang vektor pada n R , maka memenuhi : u = k 1 v 1 + k 2 v 2 +...+ k n v n dengan n k k k ,..., , 2 1 adalah skalar. Karena S adalah ortonormal maka ortogonal sedemikian hingga v i , v j = 0 untuk j i  . Selebihnya, jika S adalah ortonormal, maka setiap vektor i v  pada S adalah vektor satuan, yaitu v i , v i = ||v i || 2 = 1. Misal i memenuhi n i   1 , maka : v i , u = v i , k 1 v 1 + k 2 v 2 +...+ k n v n = k 1 v i , v 1 + k 2 v i , v 2 +...+ k i v i , v i +...+ k n v i , v n . ... 1 . ... . . 2 1 n i k k k k       i k  Jadi terbukti koefisien dari i v  adalah i i k  v i , u = v i .u = u.v i Contoh 2.7 Misalkan v 1 = [0, 1, 0], v 2 =     5 3 , , 5 4 , v 3 =     5 4 , , 5 3 Maka V = {v 1 , v 2 , v 3 } adalah basis ortonormal untuk 3 R . Akan diperlihatkan bahwa u = [1, 1, 1] adalah kombinasi linier vektor-vektor V . Sesuai teorema 2.4.2 didapatkan : u,v 1 = 1; u,v 2 5 1   ; u,v 3 5 7  dan u = u,v 1 v 1 + u,v 2 v 2 + u,v 3 v 3 [1, 1, 1] = 1 [0, 1, 0] +       5 1     5 3 , , 5 4 +       5 7     5 4 , , 5 3 = [0, 1, 0] +      25 3 , , 25 4 +     25 28 , , 25 21 = [1, 1, 1] 16 Teorema 2.4.3 Proses Gram-Schmidt Setiap ruang hasil kali dalam taknol berdimensi terhingga memiliki sebuah basis ortonormal. Bukti. Misalkan V adalah suatu ruang hasil kali dalam taknol berdimensi terhingga sebarang dan misalkan {u 1 ,u 2 ,...,u n } adalah basis sebarang untuk V . Akan ditunjukkan bahwa V memiliki sebuah basis ortogonal, karena vektor-vektor di dalam basis ortogonal itu dapat dinormalisasikan untuk menghasilkan sebuah basis ortonormal untuk V . Urutan langkah berikut ini akan menghasilkan sebuah basis ortogonal {v 1 ,v 2 ,...,v n } untuk V . Langkah 1. Misalkan v 1 = u 1 || u 1 || Langkah 2. Terdapat sebuah vektor v 2 yang ortogonal terhadap v 1 dengan menghitung komponen v 1 yang direntang oleh v 1 . v 1 = u 2 – u 2 , v 1 v 1 || u 2 – u 2 , v 1 v 1 || Langkah 3. Selanjutnya v 3 = u 3 – u 3 , v 1 v 1 – u 3 , v 2 v 2 || u 3 – u 3 , v 1 v 1 – u 3 , v 2 v 2 || dan seterusnya sampai v n . Setelah langkah ke-n akan diperoleh himpunan vektor- vektor ortogonal {v 1 ,v 2 ,...,v n }. Karena V berdimensi n dan setiap himpunan ortogonal bersifat bebas linier, maka himpunan {v 1 ,v 2 ,...,v n } adalah sebuah basis ortogonal bagi V. Contoh 2.8 Diberikan 3 R beserta perkalian dalam Euclid dengan mempergunakan proses ortonormalisasi Gram-Schmidt transformasikan vektor-vektor basis u 1 = 1, 1, 1, u 2 = 0, 1, 1 u 3 = 0, 0, 1 menjadi basis yang ortonormal. Vektor v 1 yang ortonormal v 1 = u 1 ||u 1 ||         3 1 , 3 1 , 3 1 1 , 1 , 1 3 1 Vektor v 2 yang ortonormal v 1 = u 2 – u 2 , v 1 v 1 || u 2 – u 2 , v 1 v 1 || u 2 – u 2 , v 1 v 1              3 1 , 3 1 , 3 2 3 1 , 3 1 , 3 1 3 2 1 , 1 , 17 maka v 1 = u 2 – u 2 , v 1 v 1 || u 2 – u 2 , v 1 v 1 ||           6 1 , 6 1 , 6 2 3 1 , 3 1 , 3 2 6 3 Vektor v 3 yang ortonormal v 3 = u 3 – u 3 , v 1 v 1 – u 3 , v 2 v 2 || u 3 – u 3 , v 1 v 1 – u 3 , v 2 v 2 || u 3 – u 3 , v 1 v 1 – u 3 , v 2 v 2              6 1 , 6 1 , 6 2 6 1 3 1 , 3 1 , 3 1 3 1 1 , ,       2 1 , 2 1 , maka v 3 = u 3 – u 3 , v 1 v 1 – u 3 , v 2 v 2 || u 3 – u 3 , v 1 v 1 – u 3 , v 2 v 2 ||             2 1 , 2 1 , 2 1 , 2 1 , 2 Jadi, v 1      3 1 , 3 1 , 3 1 , v 2      6 1 , 6 1 , 6 2 , v 3       2 1 , 2 1 , Membentuk basis ortonormal untuk 3 R .

2.4.2. Matriks Ortogonal

Definisi 2.4.3 Matriks A berordo n n  adalah matriks ortogonal jika kolom- kolom dari matriks A adalah himpunan vektor kolom yang ortonormal. Definisi 2.4.4 Sebuah matriks bujursangkar A yang memiliki sifat T A A  1 disebut sebagai matriks ortogonal. Teorema 2.6.4 Jika matiks A adalah matiks ortogonal, maka 1   A . Bukti. Matriks A ortogonal jika dan hanya jika 1   A A T A A A A T    1 I A A T   18 kemudian I A A T   1  A A T 1 2  A 1   A Contoh 2.9 Vektor-vektor u = [1, 0, 0], v =      5 1 , 5 2 , dan w =     5 2 , 5 1 , adalah vektor-vektor ortonormal. Sedemikian hingga matriks :             5 2 5 1 5 1 5 2 1 A Adalah ortogonal, maka didapatkan :               5 2 5 1 5 1 5 2 1 1 T A A                        5 2 5 1 5 1 5 2 1 5 2 5 1 5 1 5 2 1 A A T            1 1 1

2.5 Ekuivalensi Bentuk Kuadrat

Sebelumnya akan didefinisikan suatu operasi elementer pada matriks. Definisi 2.5.1 Operasi elementer pada matriks A adalah: i. Penukaran tempat antara dua baris atau dua kolom, yakni baris ke-i dengan baris ke-j atau kolom ke-i dengan kolom ke-j. ii. Mengalikan baris ke-i atau kolom ke-i dengan suatu konstanta �. 19 iii. Menambah baris ke-i dengan � kali baris ke-j atau menambah kolom ke-i dengan konstanta � kali kolom ke-j. Definisi 2.5.2 Dua matriks A dan B yang berordo sama dikatakan ekuivalen bila salah satu matriks tersebut dapat diperoleh dari matriks yang lain dengan menggunakan operasi elementer. Atau dengan kata lain, dua matriks A dan B yang berordo sama disebut ekuivalen jika B = PAQ untuk suatu matriks P dan Q yang tak singular atau matriks elementer. Untuk relasi ekuivalensi ini diberikan simbol ‘ ~ ‘. B A ~ memiliki arti A ekuivalen dengan B . Relasi ekuivalen, yaitu : i. A A ~ untuk setiap matriks A ii. B A ~ maka A B ~ iii. B A ~ dan C B ~ maka C A ~ Contoh 2.10            1 2 3 3 1 2 3 2 1 A            1 1 1 3 2 1 B maka 3 2 1 3 1 2 4 1 3 1 ~ 8 4 3 3 3 2 1 3 2 ~ 1 2 3 3 1 2 3 2 1 b b b b b b A                              B b b                       1 1 1 3 2 1 ~ 2 1 1 1 3 2 1 2 3 ditulis B A ~ . Di mana 1 b yaitu baris ke-1, 2 b yaitu baris ke-2 dan 3 b yaitu baris ke-3. Definisi 2.5.3 Dua bentuk kuadrat x T Ax dan y T By disebut ekuivalen jika dan hanya jika terdapat matriks tak singular P yang memenuhi x = Py dan AP P B T  , yaitu 20 x T Ax = Py T APy = y T P T A Py = y T P T AP y = y T By

2.6 Nilai Eigen, Vektor Eigen dan Ruang Eigen